Destinasi wisata perkampungan tradisional Minangkabau di Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat, yang memiliki objek Seribu Rumah Gadang (rumah adat Minang) perlu ditata ulang dan dilengkapi dengan pentas kesenian serta arena permainan lokal.
Objek wisata Seribu Rumah Gadang adalah kawasan tempat berdirinya ratusan rumah adat Minangkabau dengan ciri khas atap bagonjong (seperti tanduk kerbau).
Rumah-rumah itu berhadap-hadapan dan ada pula yang bersebelahan dengan rumah-rumah masyarakat lainnya yang dibangun dengan arsitek tempat tinggal biasa.
Atap-atap rumah gadang yang seperti tanduk kerbau dan meruncing ke atas nampak tersusun indah menghadap langit.
Dengan datang ke perkampungan tradisional Minangkabau, pengunjung seperti diajak merasakan kampung lokal tempo dulu yang masih asli.
Ratusan rumah gadang di kiri kanan sepanjang jalan perkampungan itu, sebagian besar masih terawat. Dinding rumah-rumah di perkampungan Minangkabau berupa ornamen ukiran.
Tak sulit menemukan kawasan yang pernah digunakan lokasi syuting film layar lebar "Di Bawah Lindungan Kabah" yang diangkat dari novel Buya Hamka. Lokasi itu berada dekat jalan utama Solok Selatan yang menghubungkan Kota Padang dengan Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi.
Begitu pengunjung memasuki Nagari Koto Baru, akan melihat plang raksasa bertuliskan "Kawasan Saribu Rumah Gadang" di samping pintu masuk Masjid Raya Koto Baru.
Setelah memasuki pintu gerbang, deretan rumah gadang di kiri kanan jalan seolah siap menyambut pengunjung yang ingin menikmati pemandangan rumah adat Minangkabau.
Untuk lebih bisa menikmati keindahan rumah gadang tersebut, pengunjung atau wisatawan bisa berjalan kaki, mengelilingi kawasan tersebut.
Akan tetapi, destinasi itu belum dilengkapi pentas kesenian dan arena permainan tradisional Minang. Hal itulah yang akan diupayakan pemerintah daerah setempat dalam penataan ulang kawasan perkampungan Minangkabau.
"Penataan ini untuk lebih menguatkan kesan sebuah perkampungan tradisonal di Minangkabau," kata Wakil Bupati Solok Selatan Abdul Rahman.
Pentas kesenian tradisional dan arena permainan diperlukan untuk menjamu para wisatawan yang berkunjung ke destinasi tersebut.
Saat ini, para pengunjung tempat itu baru sekadar menikmati paket untuk tidur dan bersantai di dalam rumah gadang, serta mendapatkan jamuan kuliner dan merasakan makan bersama di tempat itu.
Dengan adanya pentas kesenian dan arena permainan tradisional, akan memberikan hiburan lebih mengesan kepada para pengunjung.
Ia mengakui sudah saatnya menata kembali objek wisata perkampungan Minangkabau yang berada di Nagari Koto Baru, Kecamatan Sungai Pagu, Solok Selatan.
Terkait dengan hal tersebut, pada tahun ini pemerintah kabupaten setempat akan kembali membangun gerbang masuk kawasan tersebut dan membuat taman-taman serta melengkapi sejumlah rumah di sekitar gerbang dengan ornamen-ornamen yang membuat pengunjung langsung merasakan telah memasuki kawasan perkampungan tradisional.
"Dalam menata ini, kami akan menggandeng konsultan," ujarnya.
Hingga saat ini, objek wisata budaya tersebut bukan hanya dikenal di Indonesia, melainkan sudah sampai luar negeri.
Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Solok Selatan Bujang Basri menyebutkan pihaknya tahun ini kembali melakukan pendataan rumah gadang di kawasan itu.
Pendataan bukan sekadar memastikan jumlah, melainkan juga sejarah rumah gadang. Catatan sejarah rumah gadang itu akan dipajang di setiap rumah gadang.
Pada 2017, pemerintah setempat juga akan melengkapi kawasan Seribu Rumah Gadang dengan fasilitas internet gratis.
Jangan Setengah-Setengah
Pemkab Solok Selatan menyadari bahwa upaya membangun kepariwisataan di daerah itu harus fokus dan tidak setengah-setengah.
"Membangun pariwisata memang membutuhkan waktu dan biaya yang cukup besar. Selain itu juga harus fokus," ujarnya.
Selama ini, arah pembangunan pariwisata di daerah itu kurang jelas dan terkesan setengah-setengah sehingga Solok Selatan sampai kini belum memiliki destinasi wisata yang layak dikunjungi.
"Kini, kami mengawasi mulai dari perencanaan, pembangunan, dan aplikasinya di lapangan," ujarnya.
Saat ini, Solok Selatan tengah fokus mengembangkan sejumlah objek wisata, seperti kawasan Seribu Rumah Gadang, "Hot Water Boom Sapan Maluluang", dan air terjun kembar di Bangun Rejo yang diintegrasikan dengan bumi perkemahan, Puncak Bangun Rejo, serta jalur pendakian Gunung Kerinci.
Sejumlah objek wisata itu memiliki keunikan atau perbedaan dengan objek wisata serupa yang ada di Sumatera Barat.
Kendati demikian, katanya, objek wisata itu masih perlu dikemas dan ditata kembali sehingga wisatawan tidak kecewa.
Dalam mengembangkan objek wisata, pemerintah setempat memberdayakan masyarakat setempat. Mereka membentuk kelompok untuk turut mengelola objek tersebut.
"Jadi yang mengelola adalah masyarakat melalui kelompok," ujarnya.
Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan objek wisata bukan saja akan berdampak pada peningkatan ekonomi mereka, melainkan menjadikan warga lebih cerdas dalam mengelola potensi daerahnya.
Wakil Ketua DPRD Solok Selatan Armen Syahjohan menilai pemerintah setempat belum memiliki progres yang jelas dalam membangun dan mengembangkan pariwisata di daerah itu.
"Harusnya satu-satu dulu diselesaikan sehingga Solok Selatan memiliki destinasi wisata yang bisa menjadi kebanggaan," ujarnya.
Masyarakat yang akan terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam membangun kepariwisataan harus dibekali tentang sadar wisata.
Upaya mengembangkan kepariwisataan bukan sekadar membangun infrastruktur dan sarana penunjangnya, melainkan juga memperkuat kesadaran masyarakat tentang pariwisata.
"Sosialisasi tentang pariwisata perlu ditingkatkan kembali," ujarnya. (*)