Padang, (Antara Sumbar) - Ahli Spesialis Anak dr Utami Roesli, Sp.A mengemukakan kegagalan pemberian Air Susu Ibu (ASI) ekslusif selama ini lebih banyak disebabkan minimnya informasi dan pengetahuan sehingga banyak para ibu yang tidak dapat melaksanakannya.
"Minimnya informasi tentang ASI ekslusif bukan hanya pada ibu, tapi juga pada suami, keluarga hingga tenaga kesehatan sehingga angka ASI ekslusif di Indonesia masih rendah," kata dia di Padang, Sumatera Barat, Minggu.
Ia menyampaikan hal itu pada Seminar ASI dengan tema Kunci Sukses Menyusui Hingga Dua Tahun Lebih diselenggarakan Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Sumbar bekerja sama dengan RS Citra BMC Padang.
Menurutnya karena informasi tentang ASI ekslusif belum banyak diketahui akibatnya dukungan untuk ibu juga kurang terutama dari suami, keluarga, lingkungan, sarana kesehatan.
"Misalnya ketika seorang ibu bekerja, tempat kerjanya tidak mendukung fasilitas pemberian ASI sehingga jangankan hingga dua tahun, enam bulan saja masih sulit," ujarnya yang merupakan pendiri Sentra Laktasi Indonesia.
Padahal dalam Undang-Undang Kesehatan nomor 9 tahun 2006 jelas dinyatakan bagi karyawati yang tidak bisa memberikan ASI ekslusif k maka pimpinan perusahaan bisa dituntut penjara hingga tiga tahun bahkan pencabutan izin usaha, lanjut dia.
Pada sisi lain ia meminta produsen susu formula tidak agresif dalam memasarkan produk karena menjadi salah satu penghalang untuk mewujudkan program ASI ekslusif.
Hanya di Indonesia ada iklan susu yang bermacam-macam mulai susu untuk anak satu tahun, dua tahun, empat tahun, susu langsing, susu untuk berotot, susu ibu hamil dan menyusui.
"Bahkan ada susu untuk perempuan berjilbab, hingga susu untuk orang naik haji, mengapa kita harus dibodoh-bodohi seperti ini," kata dia.
Ia memastikan ibu menyusui tidak memerlukan susu khusus karena belajar dari hewan yang menyusui tidak ada yang minum susu.
Namun ia bersyukur karena pemerintah Indonesia sudah menandatangani rekomendasi dunia tentang aturan pemasaran susu formula.
Pada sisi lain ia berharap pemerintah membentuk semacam badan yang bisa menjadi tempat pengaduan jika ada persoalan yang dialami ibu menyusui.
Ia menyebutkan hingga saat ini pemberian ASI ekslusif sudah mencapai 40 persen dari sebelumnya 38 persen pada 2015, namun untuk ASI hingga dua tahun belum ada data yang diketahui.
Sementara Ketua Panitia Pelaksana Seminar dr Fitrisia Amelin, Sp.A menilai perlu kerja sama semua pihak mulai dari keluarga, dokter anak, bidan, perawat bayi untuk menjadikan ASI sebagai sumber utama nutrisi bayi sejak lahir.
Semua harus bersinergi agar ibu tidak mudah memberikan susu formula kepada bayi, jika ada kendala menyusui berikan penguatan dan pendampingan, katanya.
Ia menambahkan dari hasil pemantauan dari 10 ibu yang punya bayi usia di bawah enam bulan hanya tiga yang memberikan ASI ekslusif. (*)
Berita Terkait
Pelatihan pembuatan MP-ASI berbasis pangan lokal bagi kader posyandu dan ibu baduta di desa binaan Unbrah
Rabu, 1 November 2023 9:59 Wib
Hasil Penelitian : Susu kental manis tidak bisa gantikan ASI
Minggu, 24 September 2023 22:23 Wib
Dokter jelaskan alasan bayi lahir caesar harus segera diberi ASI
Rabu, 5 April 2023 17:59 Wib
Hasil survei ASI: 70,4 persen responden puas Kapolri tangani kasus Brigadir J
Kamis, 25 Agustus 2022 13:30 Wib
Pemkot Bukittinggi dampingi AIMI Sumbar dan BPA berikan motivasi pemberian ASI
Minggu, 19 Juni 2022 19:49 Wib
Pemkot Payakumbuh gelar rembuk stunting
Rabu, 25 Mei 2022 10:22 Wib
Ini dampak jika bayi menangis langsung diberi ASI
Rabu, 6 April 2022 11:07 Wib
Angka ASI eksklusif meningkat selama pandemi COVID-19
Rabu, 20 Januari 2021 13:51 Wib