Pekalongan, (Antara Sumbar) - Indonesia menjadi inisiator konsep bela negara dunia yang merupakan perwujudan Islam rahmatan lil alamin (rahmat bagi seluruh alam) dengan menyelenggarakan Konferensi Ulama dan Thoriqoh Internasional bertema "Bela Negara, Konsep dan Urgensinya dalam Islam" di Pekalongan, Jawa Tengah, pada 27-29 Juli 2016.
Tema bela negara dipilih mengingat banyak negara sedang mengalami perpecahan, konflik, pemberontakan dan peperangan, pada saat bersamaan paham dan ideologi ekstrem-radikal juga banyak bermunculan.
"Ini disebabkan serangan sistematis dari dunia luar dengan model penjajahan baru yang mampu menghancurkan mentalitas, karakter dan identitas bangsa, juga sangat mengganggu aspek ekonomi bangsa dan melemahkan berbagai aspek kehidupan warga negara terutama dalam hal kehidupan yang aman dan kesejahteraan hidup," ujar Direktur Jenderal Rencana Pertahanan (Dirjen Renhan) Kementerian Pertahanan Marsda TNI M Syaugi saat mewakili Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu membacakan pidato pembukaan konferensi di Pekalongan, Rabu siang.
Kewajiban bela negara tidak sekadar menjadi kewajiban kenegaraan yang bersifat duniawi, melainkan menjadi kewajiban agama yang bersifat sakral, dalam hal inilah peran dan partisipasi para ulama diperlukan.
Para ulama berbagai negara dan ratusan peserta konferensi diharapkan mampu menyebarluaskan kesadaran bela negara kepada masyarakat di negaranya masing-masing melalui kegiatan keagamaan yang dapat menumbuhkan rasa cinta terhadap bangsa sendiri serta penghargaan kepada bangsa lain.
"Bela negara bukan hanya kewajiban militer, tetapi upaya untuk membangun kesadaran hak dan kewajiban untuk berbuat yang terbaik guna menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara dalam menghadapi multidimensionalitas ancaman yang membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan bangsa," kata Syaugi.
Kesadaran bela negara, kata dia, penting ditanamkan sebagai landasan sikap dan perilaku, serta bentuk revolusi mental sekaligus untuk membangun daya tangkal bangsa dalam menghadapi dinamika ancaman yang semakin kompleks seperti peredaran dan penyalahgunaan narkotika, terorisme, perdagangan manusia, serta penyelundupan hasil kekayaan alam.
"Kesadaran bela negara yang diaktualisasikan dalam peran dan profesi setiap warga negara merupakan 'soft power' bangsa yang akan memberikan efek pencegahan bagi negara lain yang mencoba mengganggu bahkan mengancam kedaulatan bangsa," kata Syaugi.
Sementara itu, seorang ulama asal Sudan, Syaikh Umar Idris Hadhrah, menyampaikan dukungan kepada aparat dan bangsa Indonesia dalam menghadapi berbagai ancaman, terutama terorisme.
Ia juga mengapreasi penyelenggaraan Konferensi Ulama dan Thoriqoh Internasional yang tidak melulu membahas hal keagamaan namun juga memperhatikan masalah kenegaraan seperti bela negara.
Antusiasme dan partisipasi luar biasa terhadap konferensi itu, menurut dia, dibuktikan dengan kehadiran 58 ulama terbaik dari 32 negara islam, termasuk diantaranya Amerika Serikat, Spanyol, dan Brasil.
"Ini adalah partisipasi yang luar biasa. Di Indonesia, kami menemukan Islam dan umat yang mengamalkan ajaran Islam secara benar," kata Syaikh Hadhrah. (*)
Berita Terkait
ISI Padang Panjang lestarikan Silek Galombang Duobaleh
Jumat, 19 April 2024 15:02 Wib
Yayan Ruhian: Tahu diri lebih penting ketimbang bela diri
Jumat, 29 Maret 2024 19:32 Wib
Thom dan Ragnar, lahir di Belanda untuk bela lambang Garuda di dada
Jumat, 29 Maret 2024 7:51 Wib
Lionel Messi dipastikan absen bela Argentina di dua laga persahabatan
Selasa, 19 Maret 2024 9:39 Wib
Bellingham kembali bela Madrid saat lawan Valencia
Sabtu, 2 Maret 2024 5:29 Wib
Jota akan absen bela Liverpool berbulan-bulan karena cedera lutut
Rabu, 21 Februari 2024 5:18 Wib
Wamenhan sebut Hari Bela Negara momentum berkontribusi bagi Indonesia
Selasa, 19 Desember 2023 12:17 Wib
Sumbar gelar sepeda santai gratis peringati Hari Bela Negara ke-75
Kamis, 14 Desember 2023 15:53 Wib