Longsor Palupuh, Keluarga Berharap Dulfitri Selamat

id Longsor, Palupuh, Agam, Dulfitri

Longsor Palupuh, Keluarga Berharap Dulfitri Selamat

Ilustrasi - Sejumlah warga mengunakan alat seadanya untuk mencari korban tertimbun longsor di Jorong Taratak Tinggi, Nagari Alam Pauh Duo, Kecamatan Pauh Duo, Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat. (ANTARA FOTO/Muhammad Arif Pribadi)

Jafril (15) tampak lemas dengan wajah gelisah duduk di pematang sawah, hanya sesekali memandang ibunya, Sabanian (50) yang juga tampak sama gelisahnya.

Ibu dan anak tersebut tengah menanti proses pencarian saudaranya, Dulfitri (24), salah satu korban longsor yang terjadi di Jorong Mudiak, Nagari/Desa Koto Rantang, Kecamatan Palupuh, Kabupaten Agam, 22 kilometer dari Bukittinggi, Sumatera Barat.

Sejak longsor terjadi di daerah itu pada Sabtu (4/6) sekitar pukul 16.30 WIB menyebabkan putusnya jalan nasional yang menghubungkan Bukitinggi menuju Medan, upaya pencarian Dulfitri hingga saat ini terus dilakukan namun tak kunjung ditemukan.

"Saya sangat berharap, kakak saya dapat segera ditemukan selamat, sudah tiga hari berlalu sejak longsor itu terjadi," ujarnya.

Sejak pagi hingga sore, tim pencari yang terdiri petugas dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Agam, Basarnas, TNI dan Polri dibantu masyarakat setempat melakukan pencarian korban.

Meski dalam keadaan terik dan tengah menjalankan ibadah puasa, warga ramai menyaksikan proses pencarian Dulfitri.

Sementara alat berat membongkar material longsor, warga lainnya membantu dengan menyisir bagian hilir sungai, berharap menemukan Dulfitri di sana.

Berulang kali Jafril dan Sabanian yang duduk di pematang sawah menyeberang jalan menuju lokasi pencarian, bergantian memandang penuh harap ke hilir sungai dan tumpukan material longsor.

Saat sosok yang ditunggu itu tak kunjung tampak dibawa warga dan tim pencari, mereka kembali duduk di pematang sawah.

Dugaan Dulfitri menjadi korban longsor tersebut diperkuat dengan ditemukannya jasad Mila Marta Sari (12) yang masih kerabat Dulfitri di sungai dan tidak jauh dari lokasi longsor pada Minggu (5/6) malam.

Kakak kandung Mila, Taslim (19) menceritakan, pada hari kejadian tersebut, Dulfitri mengantar Mila yang baru lulus SD untuk mendaftar di salah satu pesantren di wilayah Kamang, Agam, dengan membonceng sepeda motornya.

Usai mendaftar, menurut Taslim, mereka juga sempat menikmati makan siang dan beristirahat hingga pukul 15.00 WIB di rumah bibi Mila di daerah Pakan Kamis.

Selanjutnya, mereka pamit pulang ke kampung di Nagari Pagadih. "Sementara saat itu saya sedang berada di Bukittinggi," ujarnya.

Taslim menyebutkan, keluarga di Nagari Pagadih mulai gelisah ketika hingga Sabtu malam keduanya tidak kunjung sampai di rumah. "Sudah berulang kali keluarga mencoba menghubungi melalui telepon genggam, namun tidak ada jawaban," katanya.

Hingga kabar longsor tersebut sampai, pihak keluarga di Nagari Pagadih beranggapan kedua korban berada di Bukittinggi, sementara Taslim mengira keduanya telah sampai di rumah.

"Karena pada Minggu (5/6) sore ternyata keduanya belum kembali ke rumah, keluarga mendatangi lokasi longsor dan melaporkan dua anggota keluarga yang hilang," lanjutnya.

Tak lama, usai Maghrib, sosok tubuh Mila ditemukan di sungai kemudian jasad itu dibawa ke puskesmas untuk divisum.

"Mila telah dikebumikan pada Senin pukul 11.30 WIB. Saat ini kami berharap Dulfitri juga segera ditemukan," katanya.

Salah seorang rekan kerja Dulfitri, yang juga turut serta menyaksikan dan membantu proses pencarian, Abdul Muzir mengatakan, Dulfitri merupakan pemuda yang aktif dalam kegiatan keagamaan dan pemuda di kampungnya.

"Dia tipe pekerja keras dan sangat mandiri," katanya sambil memerhatikan alat berat membongkar material longsor di seberang sungai.

Bahkan, lanjutnya, Dulfitri telah membantu keluarganya dengan membiayai sekolahnya sendiri sejak masih duduk di kelas 3 SMP dengan bekerja sebagai penjaga sekolah di SMP 3 Palupuh.

"Sekitar satu minggu yang lalu, saya berkomunikasi dengannya untuk terakhir kalinya, kami membahas rencana mengadakan MTQ di kampung. Sampai saat ini saya masih berharap Dulfitri tidak menjadi korban longsor," katanya.

Abdul mengatakan, Dulfitri saat ini tengah menjalani tugas praktik lapangan di SMP 3 Palupuh, yaitu sekolah tempat ia dulu pernah bekerja sebagai penjaga sekolah.

Rawan Longsor

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Agam, Yunaidi menyatakan, tebing di Jorong Mudiak, Nagari Koto Rantang, tersebut rawan longsor.

"Bila memerhatikan kondisi tanah tebing tersebut, memang tergolong rawan longsor. Longsor yang terjadi pada Sabtu tersebut juga secara tiba-tiba ," ujarnya.

Longsor tersebut menimbun jalan hingga panjang sekitar 200 meter dan juga menimbun aliran sungai yang ada di seberangnya.

Sementara, Camat Palupuh, Herizon mengharapkan, segera ada solusi dari pihak yang terkait untuk penanganan tebing yang rawan longsor tersebut karena jalur yang terkena longsor merupakan jalan provinsi.

"Longsor yang terjadi saat ini bukan yang pertama kali, dapat dilihat dari posisi tebing yang semakin menjauh dari jalan. Kami menunggu koordinasi dengan pihak yang terkait untuk penanganan selanjutnya," lanjutnya.

Ia mengimbau masyarakat yang melintasi wilayah tersebut agar selalu berhati-hati karena kondisi tebing yang dapat longsor sewaktu-waktu meski tanpa didahului hujan.

Terkait pencarian korban, ia menambahkan, tim akan melanjutkan proses pencarian pada Rabu (8/7) dan difokuskan di titik yang berbeda.

"Sebelumnya telah ada kesepakatan bahwa pencarian dilakukan hingga pukul 16.00 WIB atau paling tidak pukul 18.00 WIB bila kondisi memungkinkan," sebutnya.

Menurutnya, salah satu kendala dalam pencarian korban yakni ketidaadaan informasi mengenai keadaan di lokasi longsor dari para korban yang selamat atau saksi lainnya saat kejadian, sehingga pencarian tidak dapat difokuskan di satu titik.

Sementara Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menyampaikan akan terjadi gejala alam La Nina mulai bulan Juli, Agustus, September 2016 dengan intensitas lemah sampai Sedang.

Kondisi ini akan berdampak positif dan negatif. Banjir dan longsor berpotensi meningkat. Sedangkan kekeringan dan kebakaran hutan dan lahan tidak akan sebesar tahun 2015, katanya.

Oleh sebab itu ia mengingatkan agar dilakukan antisipasi sesuai dengan tingkat ancaman bencana.

Sosialisasi juga perlu lebih digalakkan agar masyarakat memahami kondisi terkini terkait ancaman bencana yang akan dihadapi, katanya. (*)