Hasto: Soekarno Hidup Dalam Urat Nadi PDIP
Jakarta, (Antara) - Pelaksana Tugas (Plt) Sekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto menegaskan bahwa Bung Karno hidup dalam urat nadi partai berlambang banteng moncong putih itu.
"Mereka yang menyederhanakan survei kepemimpinan PDI-P dengan mempersoalkan kepemimpinan Trah Soekarno tidak menyadari bahwa Bung Karno memang hidup dalam kepemimpinan dan urat nadi PDI-P," kata Hasto di Jakarta, Senin, menanggapi soal hasil survei soal kepemimpinan di PDI Perjuangan.
Ia menilai publikasi sejumlah survei itu menunjukkan adanya agenda politik de-soekarnoisasi, sekaligus menafikan realitas politik dan suasana kebatinan kader partai itu.
Survei terbaru mengenai itu adalah dari Poltracking, yang menyebutkan bahwa para pakar dan "opinion leader" melihat trah Soekarno yang ada tak diminati untuk kembali memimpin partai itu. Ketua Umum PDI-P saat ini, Megawati Soekarnoputri, bahkan disebut yang paling rendah tingkatannya untuk memimpin PDI-P.
Padahal di sisi lain, Kongres PDI-P bulan depan beragenda kembali mengukuhkan Megawati memimpin partai untuk periode 2015-2020.
Oleh karena itu, Hasto Kristiyanto menilai survei Poltracking itu sudah ditungganggi agenda politik de-soekarnoisasi.
Hasto menjelaskan bahwa sebagian besar anggota dan simpatisan PDI-P bergabung ke partai karena menyatukan diri dengan ide, gagasan, perjuangan, dan cita-cita Bung Karno. Sosok presiden pertama dan Pendiri Bangsa itu, dengan demikian selalu hidup.
"Ide, jiwa dan gagasan Bung Karno bahkan tidak pernah mati karena menyatu dengan kondisi aktual bangsa. Karena itulah berbagai proyek politik sejak jaman Orde Baru tidak pernah bisa menyingkirkan Bung Karno dari hati sanubari rakyat," ujar Hasto.
Demikian halnya ketika Megawati Soekarnoputri yang berjuang menempuh jalan sunyi dengan keliling seluruh Indonesia melantik koordinator kecamatan dalam masa yang sulit di bawah tekanan rezim otoriter.
Apa yang dilakukan, kata Hasto, merupakan praktik mengorganisasi rakyat karena keyakinan politik Megawati atas didikan Bung Karno untuk berani menyuarakan suara rakyat yang tersumbat kekuasaan.
Atas hal itu, Hasto menegaskan bahwa lembaga survei belum kredibel bila menggunakan hasil surveinya untuk agenda politik tertentu, termasuk mengambil keputusan sepihak dengan melupakan realitas politik dan suasana kebatinan anggota PDI-P.
"Itu hanya merendahkan tingkat kepercayaan survei itu sendiri. Saya meyakini bahwa Bung Karno, Megawati, dan PDI-P justru akan semakin hidup dengan berbagai bentuk agenda setting yang mencoba meminggirkan Trah Soekarno tersebut," tutur Hasto Kristiyanto. (*/sun)