Pusat Peradaban di Kaki Gunung Merapi

id Pusat Peradaban di Kaki Gunung Merapi

Pusat Peradaban di Kaki Gunung Merapi

Mimbar ukiran kayu dalam Masjid Raya Bingkudu, dibuat tahun 1906.

Masjid Raya Bingkudu salah satu masjid tertua di Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Masjid ini terletak di kaki Gunung Merapi, tepatnya di Jorong Bingkudu, Nagari Canduang Koto Laweh Kecamatan Canduang. Berdiri pada ketinggian 1.050 meter di atas permukaan laut dengan luas bangunan sekitar 21 x 21 meter. Atap bangunan masjid berbahan dasar ijuk dengan ketinggian atapnya sekitar 19 meter. Masjid itu merupakan kebanggaan masyarakat setempat. Apalagi masjid ini "menyimpan" nilai sejarah panjang dalam pengembangan agama Islam di Kabupaten Agam. "Masjid ini merupakan kebanggaan masyarakat di daerah sini. Masjid mempunyai banyak nilai sejarah dan salah satu tempat peradaban dalam pengembangan ajaran agama Islam di Kabupaten Agam," kata Asnimar (60), tokoh masyarakat setempat kepada antara-sumbar.com, beberapa waktu lalu. Sekitar tahun 1957, atap masjid yang dulunya dari ijuk itu pernah dilakukan penggantian dengan atap seng oleh warga. Serta sejumlah kelengkapan masjid mulai dari pintu, plafon rangka atap dan lainya. Namun, pada tahun 1991/1992 kembali dirombak, dan itu dilakukan oleh Proyek Pelestarian dan Pemanfaatan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Batusangkar wilayah Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, yang mana kembali mamasangan atap ijuk. Dalam perombakan itu terdapat juga pada plafon rangka atap, jendela, menara dan tangga menara serta satu buah makam, tempat wudhu, mimbar, mihrab, kolam, pemasangan penangkal petir pada menara, penataan lingkungan, pengecatan, serta pembuatan pintu gerbang. Masjid Bingkudu diperkirakan berdiri tahun 1823 atas prakarsa Inyik Lareh Candung gelar Inyik Basa (H Salam). Pendirian masjid merupakan hasil kesepakatan dari empat delegasi yang mewakili daerah sekitar Bingkudu. Selain merupakan masjid tertua, juga merupakan masjid terbesar di daerah Bingkudu. Definis Bangunan Masjid Bingkudu terletak di atas sebidang tanah yang lebih rendah dari sekitarnya berukuran 60 x 60 m, berdenah bujur sangkar dengan ukuran bangunan 21 x 21 m, dan bangunan masjid aslinya berbahan kayu dan atap ijuk. Bangunan berbentuk panggung menggunakan konstruksi atap susun tiga. Tinggi keseluruhan dari permukaan tanah lebih kurang 19 m dan mempunyai kolong setinggi lebih kurang 1,50 m. Pintu masuk terletak di sebelah timur. Ruang utama bangunan masjid berdenah bujur sangkar berukuran 21 x 21 m terbuat dari kayu (tiang) dan papan (dinding, lantai), beratap susun tiga dari ijuk. Bangunan berbentuk panggung dengan tinggi kolong 1,50 m dan tinggi bangunan sampai puncak 19 m. Bangunan ini didukung 25 tiang yang melambangkan 25 nabi dan rasul. Bagian depan terdapat teras yang menghubungkan dengan bangunan menara. Sedangkan dibagian dalam teras juga terdapat sebuah bedug berukuran panjang 3,10 m, diameter 60 cm, terbuat dari pohon kelapa. Mihrab masjid terdapat di sebelah barat menjorok keluar dari bangunan utama. Mimbar masjid tidak terdapat di dalamnya, tetapi terletak di depannya. Mimbar terbuat dari ukiran kayu dengan hiasan warna ke-emasan dan dibuat tahun 1906, berbentuk huruf "L", dengan memiliki tangga naik menghadap ke depan dan tangga turun mengarah kesamping. Pada bagian kiri dan kanan tangga terdapat pipi tangga berukir dengan motif sulur-suluran. Pada mahkota mimbar terukir kaligrafi, dan pada bagian atas juga ditemukan tulisan angka 1316 H (1906 M). Di pintu masuk ruang utama terdapat di sebelah timur. Di dalamnya terdapat 53 buah tiang berdiameter antara 30-40 cm dengan bentuk segi 12 dan 16 dan juga terdapat sebuah tiang sebagai tonggak macu yang terdapat di tengah-tengah berbentuk segi 16 berdiameter 75 cm. Pada bagian dalam masjid terdapat sebuah lampu gantung kuno dan beberapa buah lampu dinding kuno yang terpasang di setiap tiang-tiang masjid. Hiasan dan ukiran terdapat juga pada tiang-tiang bagian atas dan pada balok pengikat antara satu tiang dengan tiang lainnya. "Sejumlah hiasan dan ukuran itu masih terawat dengan baik sejak berdirinya. Kondisi itu bagi kami merupakan sebagai ciri ke-khasan Masjid Bingkudu ini," kata Asnimar. Melengkapi keindahan dan kemegahan Masjid Bingkudu, tahun 1957 di bangun menara pada bagian depan utama bangunan, berbentuk segi delapan dengan atap kubah setinggi 11 m dan memiliki 21 anak tangga yang memutar ke arah kiri mengelilingi tiang utama yang terdapat di tengah-tengahnya. Sebut Asnimar, menara itu merupakan menara pengganti yang sebelumnya manara lama dibangun terpisah di sebelah utara bangunan utama masjid. "Menara lama dahulunya memiliki 100 anak tangga, karena tersambar petir bangunan menara dipotong dan dinamai menara bulat dan difungsikan sebagai rumah garin dan tempat musyawarah tokoh masyarakat sekitarnya," katanya. Selain memiliki ke-unikan dan penuh dengan perpaduan arsistek berukiran seperti zaman kerajaan, di samping masjid terdapat sebuah makam bersebelahan dengan kompleks masjid. "Makam itu konon merupakan makam seorang ulama yang berpengaruh di daerah ini, yaitu Syekh Ahmad Taher yang meninggal pada tanggal 13 Juli 1962," ucapnya.(*/wij)