Alzi Paparkan 10 Gejala Umum Demensia Alzheimer

id Alzi Paparkan 10 Gejala Umum Demensia Alzheimer

Jakarta, (Antara) - Direktur Eksekutif Alzheimer Indonesia DY Suharya memaparkan 10 gejala umum dimensia (kepikunan) Alzheimer. "Penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai apa sebenarnya gangguan ini, bagaimana mengenali gejala dan bagaimana pasien dan pengasuh dapat mendapatkan akses ke sumber daya yang tersedia," kata Suharya dalam diskusi yang bertajuk "Pentingnya Mengetahui" di Jakarta, Selasa. Suharya menyebutkan sebanyak 60-70 persen kasus demensia merupakan penyakit alzheimer atau pikun. Dia menyebutkan gejala yang pertama, yakni gangguan daya ingat, yakni sering lupa akan kejadian yang baru saja terjadi. "Lupa janji, menanyakan dan menceritakan hal yang sama berulang kali, lupa tempat parkir dimana dalam frekuensi yang tinggi," katanya. Kedua, dia mengatakan, sulit fokus dalam melakukan pekerjaan sehari-hari. "Lupa cara memasak, mengoperasikan telepon atau telepon genggam, tidak dapat melakukan perhitungan sederhana dan bekerja dengan waktu yang lebih lama dari biasanya," katanya. Ketiga, sulit melakukan kegiatan yang familiar, seperti seringkali sulit merencanakan dan menyelesaikan tugas sehari-hari, bingung cara mengemudi dan sulit mengatur keuangan. Keempat, yakni disorientasi yang bisa diindikasikan dengan bingung akan waktu (hari/tanggal/hari penting). "Selain itu mereka biasanya bingung di mana mereka berada dan bagaimana mereka sampai di sana, tidak tahu jalan pulang kembali ke rumah," katanya. Kelima, kesulitan memahami visuopasial, artinya sulit membaca, mengukur dan menentukan jarak, membedakan warna, tidak mengenal wajah di cermin, menabrak cermin dan menuangkan air di gelas, namun tumpah. Keenam, gangguan berkomunikasi, seperti kesulitan berbicara dan mencari kata yang tepat dan seringkali berhenti di tengah percakapan dan bingung untuk melanjutkannya. Ketujuh, menaruh barang tidak pada tempatnya, misalnya lupa meletakkan sesuatu. "Bahkan kadang curiga ada yang mencuri atau menyembunyikan barang tersebut," katanya. Kedelapan, salah membuat keputusan yang bisa ditunjukkan dengan berpakaian tidak serasi, tidak dapat memperhitungkan pembayaran dan tidak dapat merawat diri dengan baik. "Misalnya memakai kaos kaki kiri merah, kaos kaki kanan berwarna biru," katanya. Kesembilan, menarik diri dari pergaulan, yakni tidak memiliki semangat atau pun inisiatif untuk melakukan aktivitas dan hobi yang diminati. "Tidak terlalu semangat untuk berkumpul dengan teman-temannya," katanya. Terakhir, yakni perubahan perilaku dan kepribadian, yakni emosi berubah secara drastis, menjadi bingung, curiga, depresi, takut atau tergantung yang berlebihan pada anggota keluarga, mudah kecewa dan putus asa baik di rumah maupun di pekerjaan. Suharya mengimbau agar masyarakat melakukan diagnosa segera untuk memastikan gejala-gejala awal tersebut. "Diagnosa tepat waktu merupakan hal utama bagi orang-orang yang menderita demensia untuk mendapatkan akses pengobatan, layanan serta dukungan baik medis atau nonmedis," katanya. Dia menyebutkan secara global, kasus dimensia didiagnosa setiap empat detik, tetapi di Indonesia dan negara-negara berpendapatan menengah lainnya, masih kurang karena biaya ekonomi untuk alzheimer diperkirakan mencapai 1,77 miliar dolar AS atau sekitar Rp17 triliun per tahun. "Pikun itu bukan sesuatu yang bisa dianggap normal karena sudah tua, jangan maklum dengan pikun," katanya. (*/sun)