Roma, (Antara/Xinhua-OANA) - Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) memperkirakan sepertiga tanah di dunia berkurang, akibat erosi, pemadatan, pencurian tanah, bahan organik tanah dan kekosongan gizi, asidasi, polusi dan proses lain akibat praktek penanganan lahan yang tak berkelanjutan. Jose Graziano da Silva, Direktur Jenderal FAO, mengeluarkan pernyataan tersebut pada Kamis (4/12), pada malam Hari Tanah Dunia --yang diperingati pada 5 Desember. Ia memperingatkan jika pendekatan baru tak disahkan, jumlah lahan subur dan produktif di dunia pada 2050 hanya akan berjumlah seperempat jumlahnya pada 1960. Akan diperlukan waktu sampai 1.000 tahun untuk membentuk satu sentimeter tanah, dan dengan 33 persen dari seluruh sumber daya tanah global merosot sementara tekanan manusia meningkat, batas kritis akan dicapai sehingga dapat membuat layanan jadi masalah mendesak, kata Graziano da Silva. Graziano da Silva, yang menyebut tanah sebagai "sumber daya yang nyaris dilupakan", mendesak penanaman modal lebih besar pada penanganan tanah yang berkesinambungan, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Sabtu pagi. Ia mengatakan itu akan lebih murah dibandingkan dengan pemulihan dan "diperlukan untuk mencapai keamanan pangan dan gizi, penyesuaian pada perubahan ilim dan pengurangan serta seluruh pembangunan yang bekesinambungan". Menurut FAO, organisme kecil seperti bakteri dan jamur di bawah tanah bertindak sebagai zat utama yang mengendalikan lingkaran gizi dan membantu tanaman dengan meningkatkan asupan gizi, dan pada gilirannya juga mendukung keragaman hayati di permukaan tanah. Penanganan yang lebih baik dapat memastikan bahwa semua organisasi yang biasanya tak diperhatikan mendorong kemampuan tanah untuk menyerap karbon dan mengurangi penggurunan, sehingga makin banyak karbon bahkan bisa dipisahkan, dan membantu mengimbangi buangan gas rumah kaca pertanian, kata FAO. (*/jno)

Pewarta : 172
Editor :
Copyright © ANTARA 2024