Wisatawan dan Masyarakat Bakal Dilibatkan dalam Festival Seribu Rumah Gadang

id Seribu Rumah Gadang

Wisatawan dan Masyarakat Bakal Dilibatkan dalam Festival Seribu Rumah Gadang

Gubernur Sumbar Irwan Prayitno foto bersama dengan Bupati Solok Selatan Muzni Zakaria di Rumah Gadang Gajah Maram kawasan Seribu Rumah Gadang, Solok Selatan, Selasa (15/8/). (ANTARA SUMBAR/Erik Ifansya Akbar)

Padang Aro, (Antara Sumbar) - Masyarakat dan pengunjung akan dilibatkan dalam pagelaran Festival Seribu Rumah Gadang di Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat, dalam memeriahkan event balap sepeda internasional Tour de Singkarak (TdS) 2017.

Hartati, seniman/koreografer yang membantu pelaksanaan Festival Seribu Rumah Gadang di Padang Aro, Minggu (22/10), menjelaskan festival ini mencoba mengingatkan kembali apa yang dilakukan di masa lalu.

Untuk itulah, sebutnya dipilih tema "Manjapuik Nan Tatingga, Mangumpuan Nan Taserak, Mangambang Pusako Lamo" atau menjemput yang ketinggalan/tercecer, mengumpulkan yang tersebar tak terkoordinasi, menampilkan pusaka lama.

"Dengan keterlibatkan masyarakat dan pengunjung dalam festival tersebut akan membuat pagelaran itu serasa menghidupkan dan menyatukan pusaka lama itu ke kehidupan masyarakat sekarang," ujar dia.

Ia menjelaskan bahwa tradisi adat yang kental dalam kehidupan sehari-hari tempo dulu, yang paling mendasar adalah bergotong-royong dalam mewujudkan sebuah peristiwa adat.

"Semua peristiwa adat/tradisi terjadi atas partisipasi masyarakat. Bukan instruksi dari atas," ujarnya.

"Prinsip 'duduak samo randah, tagak samo tinggi, dan pemimpin ditinggikan sarantiang', itu menjadi acuan untuk festival ini," sebutnya.

Agar festival tersebut "hidup", Hartati mengatakan masyarakat dan wisatawan yang berada dan keluar-masuk di Kawasan Seribu Rumah Gadang harus memakai baju kuruang untuk wanita.

Sementara untuk kaum pria menggunakan "Taluak Balango", "Deta" dan asesoris keseharian lainnya.

"Bukan baju adat, baju baralek atau baju datuk dan sejenisnya," ujarnya.

Masyarakat, sebutnya bukan sebagai penonton, namun ikut langsung sebagai pelakunya dan melakonkan kehidupan keseharian di Kawasan Seribu Rumah Gadang.

"Bahkan Wisatawan yang datang, hadir atau menginap di Seribu Rumah Gadang, kita imbau serius untuk berpakaian yang sama seperti masyarakat di sana," ujarnya.

Pihak sekolah juga diminta partisipasinya utk mengirim siswanya ke kawasan Seribu Rumah Gadang di hari kedua festival. Untuk memberi kesempatan dan kesadaran bahwa nagari mereka akan menjadi kawasan wisata dan dekat dengan budayanya.

"Dan tentu saja nanti mereka akan menjadi bagian yg akan ikut mempromosikan nagarinya lewat media sosial," sebutnya.

Bupati Solok Selatan, H. Muzni Zakaria mengataka Festival Seribu Rumah Gadang digelara sebelum Tour de Singkarak (TdS) masuk ke Solok Selatan pada Rabu (22/11/17), sehingga momentumnya akan saling mendukung.

"Masyarakat kembali melakukan tradisi adatnya, kesenian masyarakat yang disebut pamenan anak mudo seperti Randai, Silat, Barabab, dll. Yang terkenal sangat kuat dulunya. Selalu bekerjasama dan bergotong royong dalam mewujudkan sebuah peristiwa adat," terangnya.

Festival tahun ini merupakan tahap pertama dari rangkaian festival serial untuk tahun-tahun berikutnya dan kali ini diarahkan langsung oleh Hartati, seorang Seniman/koreografer.

"Kita beruntung memiliki seniman/koreografer asal Solok Selatan, Hartati, yang ikut terjun langsung pulang kampung bolak balik untuk membangun dan mengembangkan konsep festival ini," sebutnya. (*)