Kampus Sebagai Pusat Inovasi Teknologi Tepat Guna

id #teknologitepat guna

Kampus Sebagai Pusat Inovasi Teknologi Tepat Guna

Mahasiswa mencoba prototipe mobil listrik, di kampus Universitas Negeri Padang (UNP), di Padang, Sumatera Barat. ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra

Padang, (Antara Sumbar) - Perjuangan delapan orang mahasiswa Universitas Negeri Padang (UNP) Sumatera Barat patut diacungkan jempol atas karyanya menciptakan prototipe mobil listrik.

Berbekal semangat untuk menciptakan teknologi yang lebih ramah lingkungan akibat semakin menipisnya cadangan minyak dan gas, delapan mahasiswa Jurusan Teknik Mesin itu berhasil menciptakan prototipe mobil listrik, yang mampu berjalan hingga kecepatan 43 kilometer per jam menggunakan penggerak motor listrik.

Mereka adalah Fajar Wandra, Veby Prima Putra, Rolanda Putra, Suiseki Fadhail, Reodhy Hamzah, Fitrah Muhammad, Irawanta dan Aghel Novrinandhes.

Menggunakan sumber pengapian dari baterai kapasitas 48 volt, mobil yang menyerupai desain formula satu itu mampu menempuh jarak 40 kilometer sekali jalan.

Salah seorang pembuatnya Aghel Novrinandhes menerangkan sistem operasi mobil menggunakan tiga baterai dengan arus 12 volt untuk menggerakkan motor listrik yang dipasang pada bagian belakang.

Setelah diuji coba, mobil dengan dimensi panjang 2,5 meter dan lebar 1,1 meter itu butuh waktu isi ulang baterai tiga jam dan menggunakan motor listrik dengan putaran konstan, kata dia.

Menggunakan ban diameter 20 sentimeter mobil tersebut mampu mengangkut beban hingga 90 kilogram.

"Bodi mobil menggunakan fiber dan rangka memakai besi yang dirangkai," lanjutnya.

Untuk suspensi ia mengatakan memakai empat shockbreaker tunggal yang dipasang pada masing-masing ban bertumpu pada rangka kendaraan.

Sementara untuk setir menggunakan gerbox dengan radius belok 15 derajat dan menggunakan rem cakram pada roda belakang.

Aghel mengatakan ia bersama tim butuh waktu enam bulan untuk menyelesaikan mobil tersebut menghabiskan biaya sekitar Rp20 juta.

Sementara dua mahasiswa Jurusan Mesin UNP berhasil menciptakan prototipe palang kereta api otomatis dengan menggunakan sensor yang akan mendeteksi kereta lewat.

Melalui alat tersebut pada setiap perlintasan kereta tidak perlu lagi ada petugas yang ditempatkan, terutama pada jalan kecil

Salah seorang pembuatnya Wahyu Kurnia menjelaskan latar belakang pembuatan prototipe palang kereta api otomatis berawal dari banyak terjadi kecelakaan pada perlintasan jalur kereta yang tidak memiliki palang.

Ia memaparkan sistem kerja palang dibuat otomatis dengan menggunakan dua sensor.

Saat kereta melewati sensor pertama palang akan menutup otomatis, ketika gerbong kereta paling terakhir melewati sensor kedua palang akan terangkat.

Sensor pertama dapat dipasang dua kilometer sebelum perlintasan dan sensor kedua dua kilometer sesudah perlintasan, ujar dia.

Sementara, untuk sistem kelistrikan palang menggunakan modul peltier yang merupakan sumber energi menggunakan thermo elektrik generator listrik yang memanfaatkan energi panas.

Cara kerjanya memasang seng hitam pada miniatur berbentuk rumah sebagai penyerap panas matahari, kemudian dilapisan seng dalam dipakai kipas angin.

Akibatnya dalam rumah tersebut terjadi perbedaan temperatur dari panas seng hitam dengan kipas angin sehingga dapat menghasilkan energi listrik yang disimpan melalui baterai, ujar dia.

Jadi baterai akan otomatis terisi sehingga ketika daya habis tidak perlu isi ulang, lanjutnya.

Untuk peralatan sensor memakai mikrokontroler arduino uno R3 untuk menjalankan peralatan mulai dari sensor, motor palang, alarm hingga lampu led.

Untuk membuat prototipe Wahyu menghabiskan biaya sekitar Rp2 juta yang dikerjakan berdua dengan Tendean Pratama Putra sebagai proyek akhir penyelesaian studi.

Dua karya mahasiswa tersebut mengindikasikan kampus merupakan pusat lahirnya beragam inovasi dan teknologi tepat guna.

Memang selama ini muncul pandangan kampus ibarat menara gading yang asyik dengan dunia sendiri dan tidak menjawab persoalan-persoalan yang ada di masyarakat.

Namun pandangan tersebut dibantah oleh UNP dengan hadirnya karya-karya sederhana namun bernas yang ternyata dapat diterapkan di tengah masyarakat.

Wakil Dekan Fakultas Teknik UNP Fahmi Rizal mengatakan pihaknya terus mendorong mahasiswa untuk melahirkan karya-karya inovatif.

Dalam menempuh pendidikan di perguruan tinggi bukan hanya menimba ilmu yang sudah ada, tapi memikirkan apa yang belum ada seperti konsep mobil ini, ujar dia.

Fahmi mengatakan ke depan akan mengembangkan kurikulum yang mendorong lahirnya karya-karya mahasiswa yang bagus.

Ia mengakui salah satu kendala yang kerap dijumpai adalah soal pendanaan dan solusinya mencari dunia industri yang tertarik menjadi pengguna.

Sementara berdasarkan data Dirjen Penguatan Riset dan PengembanganKementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggia riset untuk teknologi tinggi semakin menurun dan sebaliknya riset untuk teknologi rendah semakin meningkat.

Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristekdikti Muhammad Dimyati mengatakan semakin menurunnya riset untuk teknologi tinggi karena kurangnya dukungan yang diberikan.

Ia mengatakan berdasarkan hasil survei yang dilakukan Kemenristekdikti menunjukkan sebagian besar masyarakat menyatakan kebijakan pemerintah sangat berpengaruh dalam mendorong kegiatan riset.

"Saat ini, 58 persen sumber teknologi utama Indonesa dari luar negeri yakni Jepang, Tiongkok dan Jerman, "katanya.

Oleh sebab itu kebijakan yang menciptakan lingkungan yang kondusif untuk melaksanakan riset di perguruan tinggi adalah harga mati untuk menjadikan negara ini berdaulat dalam bidang teknologi.

Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah tulang punggung utama untuk membangun peradaban karena itu Indonesia harus terus mengembangkan kemampuan dengan menjadikan kampus sebagai pusat inovasi.