Solusi Mudik Lebaran Di Sumbar Tanpa Macet

id Mudik

Solusi Mudik Lebaran Di Sumbar Tanpa Macet

Mudik lebaran (Antara)

Padang, (Antara Sumbar) - "Aku mudik, maka aku ada," agaknya ungkapan tersebut tepat untuk menggambarkan realitas masyarakat di Tanah Air ktika berlebaran di kampung halaman bersama keluarga.

Bukan sekadar tradisi semata, melainkan mudik juga memiliki beragam makna sosial dan merupakan simbol eksistensi diri pelakunya di tanah kelahiran.

Saat desa tidak lagi memberikan penghidupan yang menjanjikan, merantau adalah pilihan guna mencari kehidupan yang lebih baik di kota. Mudik pun menjadi ajang pembuktian pencapaian hidup di rantau.

Tidak pelak lagi, pergerakan jutaan orang dari kota-kota besar menuju tanah kelahiran dengan beragam moda transportasi menjadi fenomena rutin menjelang Idulfitri.

Akibat pergerakan yang dilakukan secara bersamaan itu kemacetan menjadi langganan rutin yang harus dihadapi pemudik sebagai bagian dari perjuangan menuju kampung halaman.

Demikian pula, di Sumatera Barat yang kental dengan konsep merantau. Setiap akan Lebaran, jutaan perantau yang tersebar di seluruh Tanah Air akan berbondong-bondong pulang kampung ke Ranah Minang.

Akibatnya, jalan-jalan di provinsi itu akan penuh sesak oleh kendaraan dari luar sebagai indikasi kesuksesan perantau.

Pada H+2 dan H+3 Lebaran, jalur Padang-Bukittinggi berjarak 100 kilometer yang menjadi rute favorit warga untuk berwisata akan teramat padat.

Dalam kondisi normal jalur itu dapat ditempuh dalam waktu 3 jam saja. Maka, saat Lebaran bisa mencapai 6 hingga 10 jam.

Berdasarkan pemetaan yang dilakukan Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Sumbar setidaknya terdapat 13 titik rawan macet mulai dari arah jalur utara hingga selatan.

Titik kemacetan arah utara, yaitu Pasar Lubuk Alung, Pasar Sicincin, objek wisata Lembah Anai, RM Pak Datuak, Satai Mak Syukur, kemudian Pasar Koto Baru, Pasar Padang Luar, Pasar Baso, hingga Simpang Piladang.

Sementara iru jalur arah selatan dimulai dari Simpang Gaung Teluk Bayur, di sepanjang ruas jalan Tarusan-Painan dan Pasar Kambang.

Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Sumbar Amran memperkirakan peningkatan jumlah arus kendaraan pada H-3 Lebaran.

"Saat itu, diprediksi 13 titik ini mengalami kemacetan. Pemudik harus bijak mencari jalur alternatif saat itu agar tidak terjebak macet," ujarnya.

Menurut dia, sebagian penyebab kemacetan tersebut adalah pasar tumpah yang memakai badan jalan untuk berjualan atau parkir kendaraan.

Untuk mengatasi masalah itu, pihaknya bersama Dinas Prasarana Jalan Tata Ruang dan Permukiman telah berupaya membuat tempat parkir, salah satunya di pasar tumpah Koto Baru.

"Kami siapkan lokasi parkir seluas 40 meter persegi tidak jauh dari lokasi pasar. Mudah-mudahan bisa menampung kendaraan pedagang hingga tidak ada yang parkir menggunakan badan jalan hingga tidak terjadi macet," katanya.

Untuk mengurai kemacetan, pihaknya akan berkoordinasi dengan Dirlantas Polda Sumbar untuk penempatan petugas di sepanjang jalur mudik, terutama di titik rawan macet.

Berdasarkan Pengalaman 2015, setiap 2 kilometer jalur mudik, akan ditempatkan petugas Dinas Perhubungan dan kepolisian selain posko-posko pengamanan Lebaran.

Jalur Alternatif

Salah satu solusi menghindari kemacetan saat mudik Lebaran, pemudik dapat mengambil jalur alternatif guna meminimalkan kepadatan dan mengurai arus lalu lintas.

Bagi pemudik dari Padang yang akan menuju Bukittinggi untuk menghindari kemacetan di Pasar Lubuk Alung, bisa melewati jalur alternatif Simpang Mapolsek BIM-Simpang Ketaping-Jembatan Lubuk Alung.

Untuk menghindari kemacetan di Pasar Sicincin, bisa melewati Simpang Mapolsek BIM Ketaping Pariaman.

Pemudik juga dapat melewati jalur alternatif Sicincin-Malalak untuk menuju Bukittinggi. Ruas jalan ini dibuat sebagai alternatif menghindari kemacetan di jalur utama, seperti di kawasan Silaing, Pasar Koto Baru, dan Padang Luar.

Guna menghindari kemacetan di Pasar Koto Baru, Tanah Datar pemudik juga bisa melewati jalur alternatif Simpang Pandai Sikek-Pasar Amur.

Bagi pemudik dari Padang menuju Payakumbuh agar terhindar dari kemacetan di Bukittinggi, dapat melewati Simpang Batu Pilano-Sungai Pua-Simpang Tanjung Alam.

Dirjen Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Hediyanto menyarankan jalur Sicincin-Malalak yang merupakan rute alternatif menuju Bukittinggi perlu fasilitas pendukung agar pengendara tertarik melewatinya.

Untuk jalur Sicincin-Malalak perlu dibuat objek wisata di lahan terbuka oleh pemerintah daerah untuk memancing pengendara melewatinya.

Selain membuat tempat wisata, menurut dia, perlu disiapkan fasilitas penunjang berupa rumah makan dan pusat kuliner yang menjadi daya tarik.

Pemerintah daerah cukup memfasilitasi tempat supaya pom bensin juga hadir sehingga akan makin ramai.

Tidak hanya itu, dia memandang perlu ada fasilitas ibadah berupa masjid dan surau sehingga pengunjung dapat lebih nyaman.

Sejumlah jalur alternatif yang dibangun pemerintah dinilai belum sepenuhnya dipakai masyarakat sehingga manfaat pembangunan jalan tersebut belum terasa.

Padahal, jalur utama sudah demikian padat dan macet. Namun, kata Hediyanto, tetap saja masyarakat tidak begitu banyak yang tertarik melewatinya.

Ia menambahkan bahwa semua itu terjadi karena pembangunannya tidak tuntas, seperti terowongan di Malalak. Akibatnya, daya tarik pengendara untuk melewatinya relatif rendah.

Lima Solusi

Pakar transportasi publik Universitas Andalas (Unand) Padang Dr. Yossyafra mengemukakan lima solusi guna mencegah terjadinya kemacetan saat Lebaran.

"Kemacetan saat Lebaran terjadi karena meningkatnya volume kendaraan mendekati daya tampung jalan. Solusi pertama adalah dengan meningkatkan kapasitas jalan," katanya.

Menurut Yossyafra, solusi pertama tidak ada cara lain untuk meningkatkan kapasitas jalan dengan melakukan pelebaran di sisi kiri dan kanan. Namun, karena waktu sudah tidak memungkinkan dan butuh biaya besar ada alternatif, yaitu melakukan pengerasan bahu jalan.

Langkah kedua, menghilangkan gangguan samping, seperti pemakaian jalan untuk parkir kendaraan, pasar tumpah, hingga hal-hal lain yang menyebabkan lalu lintas terhambat.

Hal itu dapat dilakukan dengan adanya larangan parkir dan penertiban pasar tumpah sehingga tidak ada lagi gangguan samping.

Berikutnya, langkah ketiga, melakukan rekayasa arus lalu lintas, terutama oleh pihak kepolisian dan Dinas Perhubungan, seperti penutupan jalur, pemberlakuan jalan satu arah, dan hal yang dianggap perlu untuk mengurai kemacetan.

Selanjutnya, penegakan hukum bagi pihak-pihak yang melanggar aturan, seperti larangan parkir di bahu jalan.

Jika sudah ada larangan parkir, pengendara masih membandel sebaiknya diderek saja sehingga memberi efek jera bagi yang lain.

Solusi kelima, menyebarluaskan informasi tentang kondisi lalu lintas melalui media massa sehingga pengendara dapat mengetahui dan mengambil alternatif pilihan perjalanan.

Ia memperkirakan jalan yang akan mengalami kemacetan cukup parah saat Lebaran adalah jalur Padang menuju Bukittinggi hingga ke Payakumbuh karena untuk menuju sejumlah daerah lain harus melewati rute itu.

Untuk itu, Yossyafra menyarankan pemudik mengambil jalur alternatif, yaitu Padang Solo via Ombilin bagi yang hendak ke Bukittinggi atau Payakumbuh.

Walaupun ada penambahan jarak, berdasarkan waktu tempuh, jauh lebih pendek karena rute utama Padang Bukittinggi relatif amat padat.

Selain itu, dia menilai rute alternatif seperti Sicincin Malalak belum sepenuhnya efektif karena pada sejumlah titik masih ada penyempitan.

Ia juga menyarankan sesama pemudik harus saling mengingatkan saat berkendara jika ada yang melanggar lalu lintas atau berperilaku yang akan berpotensi menyebabkan kemacetan.

Tidak ada salahnya sesama pengendara saling menegur jika ada yang melanggar demi kebaikan bersama agar dapat menikmati mudik tanpa macet.