Hari Kebangkitan Nasional dan Tonggak Sejarah PSSI

id Hari Kebangkitan Nasional dan Tonggak Sejarah PSSI

Tanggal 20 Mei dikenal sebagai Hari Kebangkitan Nasional dan jika tidak ada aral melintang, tanggal ini juga menjadi tonggak bersejarah baru dimana 101 pemegang suara sah PSSI akan memilih kepengurusan baru sepak bola nasional.

Kongres kali ini secara khusus akan memilih ketua umum, wakil ketua umum, dan sembilan anggota Komite Eksekutif (Exco) periode 2011-2015.

Sebelumnya, pada 29 April 2011, Komite Normalisasi yang juga Komite Pemilihan memutuskan menolak atau menggugurkan pencalonan George Toisutta, Arifin Panigoro, Nirwan D Bakri, dan Joko Driyono untuk maju menjadi bakal calon pengurus.

Putusan ini merujuk keputusan FIFA 4 April dan 21 April 2011. FIFA melarang George Toisutta, Arifin Panigoro, Nirwan D Bakrie dan Nurdin Halid untuk mencalonkan diri di kongres PSSI. Sementara Djoko Driyono yang masuk anggota Komite Normalisasi, tidak bisa diusulkan masuk bakal calon Exco PSSI periode mendatang.

Putusan kedua, Komite Normalisasi juga menolak atau menggugurkan pencalonan tujuh mantan anggota komite eksekutif (Exco) PSSI di era Nurdin Halid yang tidak kredibel lagi oleh FIFA. Tujuh nama itu adalah Bernard Limbong, Subardi, Ibnu Munzir, Muhammad Zein, Ferry Paulus, Mafirion, dan Togar Manahan Nero.

Komite Normalisasi juga memutuskan 19 nama lolos verifikasi untuk calon ketua umum PSSI, 17 nama lolos verifikasi untuk calon wakil ketua umum PSSI dan 50 nama lolos verifikasi untuk calon anggota Exco PSSI.

Ketua Komite Normalisasi Agum Gumelar menyatakan untuk nama-nama yang tidak lolos verifikasi masih bisa mengajukan banding.

"Untuk nama-nama yang tidak lolos verifikasi masih dapat mengajukan banding, tapi untuk nama-nama yang ditolak atau digugurkan tidak dapat mengajukan banding," tegasnya.

Dalam kesempatan itu, Agum meminta semua pihak agar dapat menerima hasil verifikasi ini. "Keputusan ini memang tidak akan menyenangkan dan memuaskan semua pihak. Tapi saya berharap yang tidak puas, bisa menerima dengan lapang dada, jiwa besar dan tidak emosional," kata Agum. Agum juga menjelaskan ancaman sanksi dari FIFA jika tidak melaksanakan ketentuan ini.

Setelah melalui proses banding, Pada 13 Mei 2011, Komite Normalisasi menetapkan secara resmi 19 daftar calon tetap ketua umum, 16 untuk wakil ketua umum dan 51 anggota Exco PSSI.

Ketua Komite Normalisasi Agum Gumelar menyatakan nama-nama yang diumumkan dalam daftar calon tetap sudah final termasuk bakal calon yang sebelumnya mengajukan banding ke Komite Banding Pemilihan.

"Ada empat bakal calon yang dinyatakan lolos banding yaitu Diza Rasyid Ali, Hadiyandra, Kadir Halid dan Tony Apriliani," katanya. Komite Normalisasi tetap tidak mengakui nama-nama yang sebelumnya dinyatakan gugur oleh Komite Pemilihan meski pada banding nama-nama mereka diloloskan oleh Komite Banding Pemilihan.

Bakal calon yang tetap tidak diakui oleh Komite Normalisasi di antaranya adalah pasangan George Toisutta dan Arifin Panigoro. Kedua calon ini merupakan bakal calon yang didukung oleh mayoritas pemilik suara atau lebih dikenal dengan Kelompok 78.

Namun menjelang Kongres 20 Mei 2011 ini muncul kabar mosi tidak percaya kepada Komite Normalisasi dan isu intimidasi oleh aparat kepada pemilik suara. Hal ini membuat panas jelang Kongres.

Agum Gumelar berharap kongres berlangsung sesuai harapan semua masyarakat Indonesia dan terhindar dari berbagai intrik politik dan "money politic".

Hingga Rabu (18/5), sudah 92 pemegang suara yang sudah konfirmasi untuk menghadiri kongres.

19 Calon Bersaing

Tiga hari menjelang Kongres, calon ketum PSSI Adhyaksa Dault secara resmi mengumumkan bahwa dirinya telah mundur dari persaingan. Mantan Menpora tersebut menyatakan bahwa alasan pengunduran dirinya adalah karena persaingan yang terjadi di sana bukan lagi masuk di

ranah olahraga, melainkan di ranah politik.

Meski dirinya telah mengundurkan diri, Adhyaksa menegaskan bahwa dirinya akan tetap mendukung siapa saja yang terpilih menjadi ketua umum PSSI periode 2011-2015 nanti.

Pemilik suara tinggal memilih 18 calon lainnya. Ini menjadi rekor tersendiri dengan adanya 18 calon yang maju untuk PSSI-1.

18 calon itu adalah Achsanul Qosasi, Adhan Dambea, Agusman Effendi, Indra Muchlis bin Adnan, Yesaya Buinei, Wahidin Halim, Erwin Aksa, Jusuf Rizal, Tahir Mahmud, Habil Marati, IGK Manila, Iman Arief, Robertus Indratno, Japto Soerjosomarno, Djohar Arifin, Sarman, Sutiyoso dan Syarif Bastaman.

Salah satu pemegang suara, Pengurus Persela Lamongan, malah belum memutuskan arah dukungan kepada salah satu calon ketua umum. Asisten Manajer Persela, Yuhronur Efendi, mengemukakan, pihaknya masih melihat siapa di antara para calon ketua PSSI yang dimunculkan, memiliki visi sama dengan Persela. Persela merupakan salah satu di antara 15 pemilik suara berasal dari Jatim yang mendapatkan undangan mengikuti kongres.

Paling tidak ada empat kriteria yang harus dipenuhi calon ketua umum PSSI pada masa mendatang yakni harus paham soal sepak bola dan memiliki solusi jika dana APBD benar-benar dilarang untuk membiayai sepak bola profesional. Selain itu, calon ketua PSSI harus diterima semua pihak atau kalangan, baik pemerintah, insan sepak bola, maupun masyarakat.

Syarat terakhir, bersedia mundur dari jabatannya jika terbukti gagal mengangkat prestasi sepak bola Indonesia.

Hal berbeda bagi klub Perseba tetap ngotot mendukung George Toisutta dan Arifin Panigoro dalam kongres PSSI 20 Mei mendatang, meski pencalonan keduanya telah ditolak.

"Sampai kapan pun, kami tetap mendukung George dan Arifin dalam kongres PSSI nanti. Ini merupakan harga mati, yang tidak bisa ditawar lagi," kata Wakil Ketua Perseba Bangkalan, Hasan.

Perseba yang masuk dalam kelompok 78 merasa tidak terima atas penolakan yang dilakukan komite normalisasi (KN) terhadap pencalonan Arifin dan George sebagai Ketua Umum (ketum) PSSI dalam kongres. Bahkan Pengadilan Arbitrase Olahraga (Court Arbitrase in Sport/CAS) menolak gugatan kelompok 78 ini.

"Meski penolakan itu adalah instruksi dari FIFA, kami tidak sepakat dengan keputusan tersebut yang dinilai tidak adil," katanya.

Salah satu calon ketum, Agusman Effendi, berupaya untuk merangkul pemilik suara yang selama ini mendukung penuh kubu George Toisutta.

"Kami akan merangkul semua pihak dan akan mengajak bicara mereka. Yang jelas kami akan berusaha memajukan sepak bola Indonesia," kata Agusman yang juga mantan pengurus PSSI era Nurdin dengan menawarkan konsep "Ayo Benahi PSSI".

Kandidat ketua umum lainnya, Robertus Indratno, menyatakan akan membawa Indonesia ke peringkat lima besar Asia jika terpilih jadi Ketum PSSI 2011-2015. Dia menawarkan 10 program emasnya, di antaranya pembangunan wisma PSSI dan menggalang kemitraan startegis.

Pesaing lainnya, Sutiyoso, berupaya untuk merangkul semua elemen yang ada jika terpilih menjadi orang nomor satu di organisasi sepak bola nasional itu.

"Untuk membenahi kondisi organisasi PSSI, saya akan merangkul semua elemen dan semua konsep yang ada. Saya tentu tak bisa bekerja sendirian tanpa bantuan orang-orang yang memiliki kepedulian besar kepada sepak bola kita," kata mantan Gubernur DKI ini.

Sutiyoso yang mendapat dukungan lisan dari mantan Wakil Presiden RI dan juga tokoh sepak bola Makassar Jusuf Kalla ini menegaskan bahwa dirinya tidak akan mencari keuntungan pribadi di PSSI. Segala yang ada di PSSI semestinya kembali untuk kepentingan daerah selaku stakeholder PSSI.

Sedangkan kandidat Erwin Aksa menyatakan siap menang dan kalah dalam pemilihan ketua umum nanti.

Sementara sejumah mantan pemain timnas pada era tahun 1960 hingga 1980-an berharap kongres berlangsung sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku, adil, jujur, demokratis dan transparan.

Menpora Andi Malaranggeng pun berkomentar agar kongres PSSI dengan agenda utama pemilihan ketua umum, wakil ketua umum dan anggota Exco ini berlangsung sesuai jadwal.

Sementara suara suporter berharap Indonesia tikda terkenan sanksi FIFA jika tak mampu menyelesaikan kisruh PSSI.

Ketua Umum The Jakmania, Larico Ranggamone, mendukung hasil kerja Komite Normalisasi yang sudah mengumumkan daftar calon tetap untuk ketua umum, wakil ketua umum dan anggota Exco ang maju ke Kongres. Ia juga meminta kepada pihak-pihak atau kelompok yang calonnya tak lolos atau digugurkan agar jangan memaksakan kehendaknya.

"Kami berharap FIFA tidak memberikan sanksi untuk Indonesia karena kisruh sepak bola. Jika sanksi itu terjadi dan Indonesai tak bisa tampil di SEA Games. Kami sebagai suporter akan mengajak seluruh suporter Indonesia untuk melakukan aksi menuntut pihak-pihak yang menyebabkan hal itu," tegas Larico.

Kongres 20 Mei ini menjadi satu kesempatan emas bagi PSSI untuk dapat bangkit dan melangkah maju ke depan. (*)