UNP kembangkan mesin Cultivator Multipurpose, dorong transformasi pertanian di Nagari VII Koto Talago

id Tim dosen Departemen Teknik Otomotif Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang ,Nagari VII Koto Talago, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera B

UNP kembangkan mesin Cultivator Multipurpose, dorong transformasi pertanian di Nagari VII Koto Talago

Mesin Cultivator Multipurpose inovasi Tim dosen Departemen Teknik Otomotif Fakultas Teknik, Universitas Negeri Padang

Padang (ANTARA) - Tim dosen Departemen Teknik Otomotif Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang (FT-UNP) berhasil mengimplementasikan teknologi mesin Cultivator Multipurpose untuk meningkatkan produktivitas pertanian di Nagari VII Koto Talago, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat.

"Program ini berlangsung sejak Februari hingga November 2025 melalui skema Program Integrasi Prodi dan Nagari (PIPN) yang diselenggarakan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Negeri Padang (LP2M-UNP)," kata Ketua Tim, Dr. Rifdarmon, S.Pd., M.Pd.T., di Padang, Senin.

Ia mengatakan program tersebut berangkat dari persoalan klasik yang dihadapi Kelompok Tani Umpila di Jorong Tanjung Jati, seperti produktivitas lahan rendah, biaya pengolahan tinggi, mesin cultivator yang sudah tua, hingga minimnya kemampuan petani yang kebanyakan lansia, sehingga kesulitan dalam mengadopsi teknologi baru.

"Kondisi itu berdampak pada rendahnya rasio keuntungan, dan lambatnya regenerasi sektor pertanian," lanjutnya.

Ia menjelaskan bahwa inovasi ini dirancang untuk menjawab kebutuhan nyata petani, terutama terkait tingginya ketergantungan pada bahan bakar fosil. dan keterbatasan alat pengolah lahan.

“Melalui mesin Cultivator Multipurpose, kami ingin menawarkan solusi yang ekonomis, ramah lingkungan, dan mudah dioperasikan oleh petani,” katanya.

Tim yang juga beranggotakan Prof. Dr. Hasan Maksum, M.T., Dr. Irma Yulia Basri, S.Pd., M.Eng., Drs. Andrizal, M.Pd., dan Drs. Martias, M.Pd., melaksanakan kegiatan secara bertahap mulai dari sosialisasi, pelatihan, pengembangan prototipe, hingga pendampingan lapangan.

Dua mahasiswa, Mar’ie Muhammad dan M. Hariyansyah Putra, turut dilibatkan sebagai bagian dari transfer pengetahuan dan implementasi teknis.

Salah satu terobosan utama adalah sistem bahan bakar multipurpose yang memungkinkan mesin beroperasi menggunakan biosolar, minyak jelantah terfiltrasi, maupun FAME.

"Sistem dual tank dengan pemilih bahan bakar semi-otomatis, memudahkan petani mengganti jenis bahan bakar tanpa harus menghentikan pekerjaan," jelasnya.

Menurutnya, hasil pengujian laboratorium memperlihatkan ketiga bahan bakar memenuhi standar performa dan emisi. Biosolar menghasilkan performa paling stabil, FAME lebih ramah lingkungan, sementara minyak jelantah menjadi opsi ekonomis yang tetap layak secara operasional.

"Uji lapangan menunjukkan dampak signifikan. Mesin baru ini mampu memperluas cakupan olah lahan per hari, menurunkan waktu pengolahan per hektare, dan meningkatkan kedalaman garapan. Petani kini dapat memulai musim tanam secara serentak tanpa antrian panjang seperti sebelumnya," lanjutnya.

Selain itu, teknologi mesin Cultivator Multipurpose juga mampu mengefisiensi bahan bakar yang digunakan. Minyak jelantah menjadi pilihan paling hemat, dan ikut mendorong kerja sama baru antara kelompok tani, dan rumah makan lokal sebagai pemasok. Penghematan ini membuat periode balik modal lebih cepat dari perkiraan awal.

Tak hanya itu, tingkat keterampilan petani meningkat setelah mengikuti pelatihan operasional dan perawatan mesin. Pembentukan Tim Mekanik Tani, juga membuat troubleshooting bisa ditangani secara mandiri tanpa bergantung pada mekanik eksternal.

"Program ini turut memperkuat keberlanjutan melalui kerja sama strategis antara Prodi Pendidikan Teknik Otomotif UNP, dan Pemerintah Nagari VII Koto Talago," katanya.

Kesepakatan tersebut membuka peluang pengembangan teknologi pertanian berkelanjutan, pelatihan lanjutan, riset kolaboratif, hingga praktik lapangan mahasiswa.

Pihak UNP menegaskan bahwa program ini bukan sekadar penyediaan alat, tetapi model transformasi pertanian yang menggabungkan inovasi teknologi, peningkatan kapasitas petani, serta kolaborasi akademisi dan masyarakat.

“Tujuan akhirnya jelas: membuat pertanian lokal lebih produktif, lebih murah, lebih ramah lingkungan, dan lebih menyejahterakan,” kata Rifdarmon.

Program ini sekaligus mendukung Indikator Kinerja Utama (IKU) UNP, terutama terkait keterlibatan dosen dan mahasiswa di luar kampus serta pemanfaatan hasil riset untuk masyarakat.

Dengan keberhasilan ini, Nagari VII Koto Talago kini menjadi salah satu daerah percontohan transformasi pertanian berbasis teknologi di Sumatera Barat.

Program ini juga selaras dengan sejumlah target Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, diantaranya penggunaan mesin Cultivator Multipurpose yang meningkatkan produktivitas, dan efisiensi olah lahan berkontribusi pada SDG 2: Zero Hunger, karena membantu petani mencapai hasil panen lebih stabil dan berkualitas.

Pemanfaatan bahan bakar alternatif seperti minyak jelantah dan FAME mendukung SDG 7: Energi Bersih dan Terjangkau serta SDG 12: Konsumsi dan Produksi Berkelanjutan, melalui pengurangan ketergantungan pada bahan bakar fosil dan penggunaan energi yang lebih ramah lingkungan.

Kemudian peningkatan kapasitas petani, efisiensi biaya, serta pembentukan mekanik lokal berkelanjutan sejalan dengan SDG 8: Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi.

Sementara itu, pengembangan mesin berbasis riset dan kolaborasi multi-pihak antara kampus, pemerintah nagari, dan kelompok tani mencerminkan kontribusi nyata pada SDG 9: Inovasi dan Infrastruktur, serta SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.

Pewarta :
Uploader: Jefri Doni
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.