Bukittinggi (ANTARA) - Pemerintah Kota Bukittinggi menegaskan komitmen untuk antisipasi kejadian luar biasa (KLB) terkait kasus penyakit campak. Upaya utama yang dilakukan saat ini adalah dengan layanan imunisasi.
"Kasus campak, jangan menjadi KLB. Sudah datang perwakilan WHO ke Bukittinggi. Ada temuan 56 orang terjangkit," kata Ramlan Nurmatias, Sabtu.
Ia mengimbau masyarakat Bukittinggi untuk membawa anak-anaknya mendapatkan imunisasi karena terbukti efektif menurunkan angka kesakitan dan kematian.
Menurut Wako, rendahnya cakupan imunisasi campak beresiko menimbulkan wabah dan KLB.
"Saat ini kasus campak meningkat di berbagai wilayah di Indonesia. Kita tidak ingin seperti di Madura dengan angka kematian 20 orang karena penyakit ini," kata Ramlan.
Wako mengungkap masih adanya laporan program imunisasi campak yang ditolak oleh warga ataupun orangtua murid.
"Masih ada juga satu sekolah yang satupun tidak mau anaknya divaksin. Edukasi penyebaran virus terlalu mudah perlu ditingkatkan ke masyarakat," kata Wako.
Kepala Dinas Kesehatan Pemkot Bukittinggi, Ramli Andrian mengatakan tim kesehatan telah bergerak ke setiap sekolah untuk memberikan imunisasi campak.
"Dari 56 warga yang terjangkit, sudah dilakukan pengambilan sampel darah dan diperiksa di labor khusus Kementerian Kesehatan di Jakarta," katanya.
Pemkot Bukittinggi juga telah menerbitkan surat edaran tentang wajib imunisasi campak dengan nomor 400.7/968/DKK-P2P-SURV.SE/2025.
Disebutkan terdapat tiga kelurahan di Bukittinggi yang penduduknya cukup banyak terjangkit campak yaitu Kelurahan Pakan Kurai, Tarok Dipo dan Campago Guguak Bulek.
