Padang (ANTARA) - Penari sekaligus koreografer Mentari Fahreza memecahkan puluhan piring saat menampilkan tarian Menuju Piring Terakhir pada Ganggam Tari Kontemporer digelar UPTD Taman Budaya Sumatera Barat di Padang, MInggu.
Mentari mengatakan, dalam karyanya itu menjadi simbol pergulatan batin antara menjaga warisan yang telah membentuk identitasnya dan meraih kebebasan yang menjadi hak kodratnya.
"Dalam panggung kehidupan Minangkabau, perempuan berdiri di antara dua dunia, satu sisi adalah lambang kehormatan, penjaga adat dan pewaris, sisi lain adalah individu dengan mimpi, keinginan, dan suara yang kadang terhalang oleh beban simbol yang ia pikul," katanya di Padang, Minggu.
Menurutnya, pertarungan itu bukan sekadar melawan, tetapi juga mengupayakan jalan pulang bagi dirinya sendiri , di mana adat dan kebebasan dapat berjalan beriringan tanpa saling meniadakan.
Mentari yang didukung komposer Avant Garde Dewa Gugat, stage manager Fazri Arif Saputra, dan Dramaturg Adam Musthofa itu tampil dengan memaksimalkan kondisi panggung.
Saat awal penampilan dimulai, pencahayaan merah menyorot Mentari yang menari sambil meniti piring-piring yang diletakan di atas panggung.
Ia menari, meniti, dan menginjak piring itu sampai pecah, bahkan juga ada bagian tubuhnya yang berdarah karena terkena pecahan beling.
Penampilan puncak ditutup dengan aksi Mentari yang membawa piring-piring di kepalanya kemudian dipecahkan bersama piring-piring yang lain sehingga membuat penonton terpukau.
Mentari Fahreza merupakan satu dari enam koreografer yang menampilkan karyanya pada Ganggam Tari Kontemporer III di Gedung Kebudayaaan Sumatera Barat, di Padang.
Pergelaran itu sebelumnya diawali dengan workshop tari untuk 25 orang koreografer muda Sumatera Barat yang dipilih melalui seleksi terbuka.
Dari proses itu terpilihnya 4 karya koreografer muda Sumatera Barat yang dikurasi dari peserta workshop tari tahun 2024 dan tahun 2025. (*)
