Pakar: Konservasi di Pulau Bando bisa jadi contoh bagi konservasi lain

id pulau bando,energi terbarukan,konservasi pulau pieh,konservasi alam,sumber energi terbarukan

Pakar: Konservasi di Pulau Bando bisa jadi contoh bagi konservasi lain

Community Development Officer AFT Minangkabau, Pertamina Patra Niaga Sumatera Bagian Utara, Wahyu Hamdika (paling kanan) menjelaskan cara kerja PLTS di Pulau Bando. ANTARA/Muhammad Zulfikar

Padang (ANTARA) - Pakar sekaligus peneliti dari Yayasan Indonesia Cerah, Sartika Nur Shalati, mengatakan penerapan energi terbarukan di Pulau Bando, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) bisa menjadi contoh bagi konservasi lain di tanah air.

"Penggunaan energi terbarukan di Pulau Bando yang masuk ke dalam Kawasan Konservasi Pulau Pieh dan laut sekitarnya patut diapresiasi," kata Research Associate, Yayasan Indonesia Cerah, Sartika Nur Shalati saat dihubungi di Padang, Senin.

Pulau Bando merupakan wilayah konservasi perairan nasional pertama di Indonesia yang menerapkan energi terbarukan berupa Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB). Selain PLTB yang berkapasitas 500 Watt, di pulau tersebut juga terdapat Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkapasitas 2.300 Watt Peak (WP).

Kedua sumber energi terbarukan tersebut berperan penting dalam pengelolaan kawasan konservasi terutama penyelamatan habitat penyu dan ekosistem yang ada di sekitar pulau itu.

Menurut dia, sudah sepatutnya konservasi dan instansi pemerintah beralih ke penggunaan energi terbarukan. Sebab, hingga kini pihaknya mencatat penggunaan energi terbarukan masih kurang dari satu persen.

Padahal, Indonesia memiliki potensi energi terbarukan hingga 3.686 gigawatt lebih. Oleh karena itu, Yayasan Indonesia Cerah memandang penggunaan dan penerapan sumber energi terbarukan penting untuk terus dilakukan di berbagai sektor.

Selain itu, Sartika juga mewanti-wanti agar pemerintah atau pihak terkait memberikan pelatihan dan pembekalan secara berkala kepada pengelola di kawasan konservasi yang telah menerapkan energi terbarukan.

Sebab, ia mengkhawatirkan apabila masyarakat atau pengelola Pulau Bando tidak dibekali dengan kemampuan yang cakap dalam menangani alat-alat PLTS dan PLTB, maka ketika terjadi kerusakan bisa berdampak buruk terhadap pelestarian penyu dan sebagainya.

Sementara itu, Community Development Officer AFT Minangkabau, Pertamina Patra Niaga Sumatera Bagian Utara, Wahyu Hamdika mengatakan pemasangan energi terbarukan berupa PLTB dan PLTS di Pulau Bando merupakan bagian dari program tanggung jawab sosial perusahaan tersebut di kawasan konservasi.

"Dua sumber energi ini berperan penting dalam pelestarian penyu salah satunya pengoperasian E-Katuang yang sangat mengandalkan energi listrik," kata Wahyu.*

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pakar: Konservasi di Pulau Bando bisa jadi contoh bagi konservasi lain