Bukittinggi (ANTARA) - Gunung Marapi, Sumatera Barat yang terus mengalami erupsi mengakibatkan sungai-sungai yang berhulu dari gunung ini berubah warna. Sebelum gunung setinggi 2.891 mdpl itu erupsi, air sungai relatif jernih hingga kini berubah warna menjadi cokelat gelap.
Salah satu sungai yang mengalami perubahan warna air adalah Batang Aia Katiak, di Jorong Cangkiang, Nagari Batu Taba, Kecamatan Ampek Angkek, Kabupaten Agam.
"Perubahan warna air ini memang terjadi selama Gunung Marapi erupsi. Saat ini terlihat debit air cukup tinggi dan warna airnya sudah cokelat gelap, meski cuaca tidak hujan," kata tokoh masyarakat setempat, Hatta Rizal, Kamis.
Ia mengatakan Batang Aia Katiak memang berhulu langsung dari Gunung Marapi atau berjarak 9 kilometer dari pusat erupsi. Jika hujan di puncak, maka material sisa vulkanik akan turun melalui sungai ini.
"Erupsi yang terus terjadi membuat material vulkanik berupa pasir hitam terbawa arus sungai, kabar baiknya, pasir hitam ini merupakan bahan bangunan kualitas nomor satu," katanya.
Sementara, Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Marapi meminta warga mewaspadai keberadaan sungai-sungai yang berhulu dari gunung karena rawan terjadi banjir lahar dingin.
"Masyarakat yang bermukim di sekitar lembah atau aliran dan bantaran sungai-sungai yang berhulu di puncak Marapi agar selalu mewaspadai potensi ancaman bahaya lahar yang dapat terjadi terutama di saat musim hujan," kata petugas PGA, Teguh Purnomo.
PGA juga meminta masyarakat yang ada di sekitar Gunung Marapi dan seluruh pihak agar menjaga kondusifitas suasana di masyarakat.
"Tidak menyebarkan narasi bohong (hoax), dan tidak terpancing isu-isu yang tidak jelas sumbernya. Masyarakat harap selalu mengikuti arahan dari pemerintah daerah," katanya.
Seperti diketahui, gunung yang terletak di Kabupaten Agam dan Tanah Datar ini erupsi sejak Minggu 3 Desember 2023 silam dengan menimbulkan korban jiwa sebanyak 24 orang.
Hingga Kamis pagi, jumlah letusan tercatat sebanyak 109 kali dengan dua diantaranya terjadi di awal 2024 ini.