Pariaman (ANTARA) - Prosesi kedua dalam kegiatan budaya dan wisata Tabuik di Kota Pariaman, Sumatera Barat yaitu menebang atau Manabang Batang Pisang yang dilaksanakan pada Minggu (23/7) melambangkan meninggalnya cucu Nabi Muhammad SAW pada Perang Karbala.
"Hal ini melambangkan saat terjadi perang, (saat) cucu Nabi Muhammad SAW (yakni) Husen bin Ali lehernya dipancung oleh Raja Yazid Bin Umaiyah dan dibawa ke Padang Karbala," kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pariaman, Ferialdi di Pariaman, Senin.
Ia mengatakan pada Pesona Hoyak Tabuik Budaya Piaman 2023 prosesi tersebut dilakukan oleh dua kelompok yakni Tabuik Subarang yang melaksanakan kegiatan di Kampuang Kaliang, Kelurahan Lohong. Sedangkan kelompok Tabuik Pasa melaksanakan kegiatan di Simpang Alai Gelombang, Kelurahan Alai Galombang.
Ia menyampaikan sebelum kegiatan dimulai pedang yang akan digunakan sebagai alat memancung batang pisang diarak dengan iring-iringan tambua tasa oleh kedua kelompok tersebut oleh anak tabuik yang didampingi orang tuo tabuik.
Dalam arak-arakan ini, lanjutnya banyak anak-anak yang membawa galah bambu sepanjang 3 sampai 4 meter. Di antara galah itu terdapat di bagian ujungnya diikatkan bendera warna hitam dan putih serta galah lainnya juga ujungnya terdapat lampu sumbu minyak tanah. Potongan batang pisang yang sudah dipancung dibawa ke daraga atau tempat penyimpanan.
Namun karena lokasi manambang batang pisang berjauhan maka perjalanan menuju daraga masing-masing rombongan saling bertemu di Simpang Tabuik yang kegiatan itu disebut dengan basalisiah.
Saat kedua kelompok bertemu maka tambua tasa semakin kuat dipukul dengan ritme lebih cepat sehingga membangkitkan semangat orang yang mendengar.
Prosesi selanjutnya setelah Manabang Batang Pisang yaitu Maatam. Prosesi tersebut dilaksanakan di Daraga Tabuik Pasa dan Daraga Tabuik Subarang pada Selasa (25/7) sekitar pukul 12.30 WIB. Lalu dilanjutkan dengan Maarak Jari-jari yang dilaksanakan di Simpang Tabuik pada hari yang sama sekitar pukul 17.30 WIB.
Sebelumnya, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Pariaman, Sumatera Barat Ferialdi mengatakan Prosesi Maambiak Tanah yang dilaksanakan pada Rabu (19/7) dalam rangkaian kegiatan Tabuik di daerah itu melambangkan kesucian manusia.
“Prosesi Maambiak Tanah melambangkan bahwa manusia berasal dari tanah dan akan dikembalikan ke tanah. Tanah yang diambil pun melambangkan kesucian manusia," kata Ferialdi di Pariaman.
Ia mengatakan Maambiak Tanah dilakukan dengan mengambil tanah di dasar sungai dengan cara menyelam. Maambiak Tanah merupakan prosesi pertama dalam kegiatan budaya dan wisata Tabuik di Pariaman.