Sidak ke pasar dan distributor, Pemkot Bukittinggi pastikan ketersediaan pangan jelang Ramadhan

id tpid bukittinggi,persediaan pangan,pemkot bukittinggi,sumbar

Sidak ke pasar dan distributor, Pemkot Bukittinggi pastikan ketersediaan pangan jelang Ramadhan

Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Bukittinggi saat melakukan inspeksi mendadak (Sidak) harga di Pasar Bawah Bukittinggi. (Antara/Al Fatah)

Bukittinggi (ANTARA) - Pemerintah Kota Bukittinggi, Sumatera Barat melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) menggelar inspeksi mendadak (Sidak) ke sejumlah pasar dan distributor untuk memastikan harga dan ketersediaan pangan jelang Ramadan 2023.

"Sidak juga diikuti langsung oleh unsur Forkopimda dan SKPD Provinsi Sumatera Barat dalam rangka memantau harga dan stok harga pangan di pasaran," kata Asisten 2 Setdako Bukittinggi, Rismal Hadi di Bukittinggi, Sabtu.

Ia mengatakan sidak ini juga dilakukan sebagai langkah antisipasi kelangkaan barang dan penertiban penimbunan pangan jelang Ramadan dan Idul Fitri 1444 Hijriah.

“Kita berharap, produsen dan distributor tidak menimbun barang jarena ini akan membuat harga naik dan masyarakat semakin susah," katanya.

Menurutnya, sesuai perintah kepala daerah, TPID melakukan sidak dan pengecekan harga pasar untuk menginventarisasi masalah yang bisa membuat harga pasar naik dan mencarikan solusi sejak dini.

Saat sidak, tim juga mengambil sejumlah contoh barang atau sampel cabai giling ditujukan agar ada standar higienis dari cabe giling yang diproduksi oleh distributor.

Tim juga melakukan sidak ke pangkalan gas tiga kilogram, salah satunya kawasan Simpang Tarok, di sini pihak pangkalan menerima 560 tabung per minggu, 70 persen harus dijual langsung ke masyarakat miskin dan 30 persen baru bisa dijual ke pengecer.

"Ini kita tegaskan kepada seluruh pangkalan yang ada di Bukittinggi, jika ada pelanggaran dari pangkalan, izin akan dicabut,” katanya.

Pada kesempatan itu, juga dilakukan sidak ke beberapa restoran yang dilakukan untuk memastikan tidak ada pengusaha rumah makan atau kafe yang menggunakan gas bersubsidi tiga kilogram.

“Kami didukung Polresta Bukittinggi dan pihak Pertamina, untuk memastikan pengusaha restoran di Bukittinggi tidak menggunakan gas tiga kilogram, kami juga apresiasi restoran yang tidak menggunakan gas bersubsidi karena memang diperuntukkan untuk masyarakat miskin,” katanya.

Salah seorang distributor cabai giling, Romi (45), menyebutkan, salah satu yang mempengaruhi kenaikan harga saat ini, karena harga garam naik dari Rp 200 ribu per karung menjadi Rp 250 ribu per karung.

"Kenaikan harga garam ini, pengaruhi harga lainnya, pasokan barang masih lancar dan aman namun akan ada kenaikan harga kemungkinannya," kata dia.

Sementara itu, harga cabai merah mulai naik karena memang ada kenaikan harga dari produsen.

"Kini, harga cabai merah keriting di pasaran dijual dengan harga Rp 50.000 per kilogram," katanya.