Ma'ambang durian, Sensasi baru di Festival Durian Solok Selatan

id festival durian,ma'ambang durian,solok selatan,sumbar Oleh Joko Nugroho

Ma'ambang durian, Sensasi baru di Festival Durian Solok Selatan

Wakil Gubernur Sumatera Barat, Audy Joinaldy, mencicipi durian saat penutupan Festival Durian Solok Selatan, Kamis (29/9). (ANTARA/HO-Diskominfo Solok Selatan)

Padang Aro (ANTARA) - Ada yang baru dan unik dalam Festival Durian yang digelar di Nagari Lubuk Gadang Utara, di Solok Selatan, Sumatera Barat, kali ini yakni ma'ambang durian atau menunggu durian jatuh dalam semalam.

Penanggung jawab Festival Durian Solok Selatan, Joni Pardilo di Padang Aro, Sabtu (24/6), mengatakan ma'ambang durian menjadi salah satu rangkaian acara dalam festival yang digelar untuk kedua kalinya tersebut yang dimulai pada Sabtu malam.

Ma'ambang durian yang berlangsung mulai 24 hingga 29 September ini sebagai paket dalam upaya meningkatkan perekonomian masyarakat. Harga paket ini dari Rp200.000 hingga jutaan rupiah tergantung banyaknya pohon dan jenis jenis durian.

"Dalam satu paket, ada yang berisi 12 buah pohon durian," katanya, yang merupakan penjabat Wali Nagari Lubuk Gadang Utara ini.

Untuk mempermudah pengunjung memilih paket, panitia telah menyediakan katalog yang bisa dilihat secara online. Selain mendatangi sekretariat panitia di Lubuk Gadang Utara, calon pengunjung juga bisa memesan paket via online.

Panitia menyiapkan lebih dari 34 kebun warga yang berada di tiga jorong, Koto Ramba, Palabiah, Manggiu. Pengunjung diberi waku 10 jam kepada pengunjung untuk merasakan pengalaman menunggui durian di kebun milik masyarakat setempat dalam satu malam, dan durian yang jatuh akan menjadi milik peserta.

"Selain bisa merasakan sensasi menunggu durian jatuh dan bisa membawa pulang durian," ujarnya.

Pengunjung menunggu durian jatuh di pondok yang telah dibangun pemilik kebun. Karena belum semua pengunjung mempunyai pengalaman menunggu durian jatuh, panitia telah menyiapkan pemandu, serta menyediakan minuman dan ketan untuk dimakan dengan durian.

Berebut mengejar dan mencari durian yang jatuh akan menjadi pengalaman yang berkesan bagi pengunjung dan sebagai obat stres setelah menjalani rutinitas sehari-hari.

Bupati Solok Selatan, Sumatera Barat, Khairunas. (ANTARA/HO-Diskominfo Solok Selatan)
Desa Agrowisata Durian

Festival Durian yang dicetus pada tahun 2021 bertujuan untuk mendongkrak harga durian yang jatuh saat panen besar. Naiknya harga durian menambah penghasilan masyarakat setempat.

Perhelatan ini mengenalkan Solok Selatan, khususnya Nagari Lubuk Gadang Utara, sebagai daerah penghasil durian masak jatuh, bukan petik, sehingga memiliki rasa yang khas karena matang melalui proses alam.

Bupati Solok Selatan Khairunas mengatakan Nagari Lubuk Gadang Utara kaya akan durian, bahkan telah berumur ratusan tahun. Tak salah jika pemerintah provinsi menetapkannya sebagai salah satu dari 50 Desa Wisata di Sumatera Barat.

Ia mendorong festival tersebut hendaknya semakin mengenalkan durian Solok Selatan di Sumbar bahkan Indonesia. Apalagi potensi agrowisata durian tersebut turut didukung pemerintah provinsi dengan telah dikeluarkannya SK Gubernur tentang penunjukan desa wisata dalam rangka pembinaan desa agrowisata.

Rasa durian Solok Selatan memiliki khas yang tidak kalah dengan durian lainnya di Indonesia, seperti durian Rajo Silului, sebagai pemenang festival tahun lalu.

Festival ini, katanya menjadi media pemerintah setempat untuk mencari durian unggul sehingga bisa kembangkan oleh Dinas Pertanian setempat. Dalam mencari durian unggul ini, Pemkab Solok Selatan menggandeng Balitbu Tropika Sumbar.

Khairunas juga mendorong munculnya UMKM yang mengolah durian sehingga muncul produk-produk olahan durian dari Solok Selatan.

"Dengan pelaksanaan festival, diharapkan dapat memajukan UMKM karena ini peluang yang harus dimanfaatkan," katanya.

Panitia membagi ribuan durian gratis kepada pengunjung saat penutupan Festival Durian Solok Selatan II di Nagari Lubuk Gadang Utara, Kec. Sangir, Kamis (29/9). (ANTARA/HO)
Dikemas apik

Ma'ambang durian, yang berpotensi menarik banyak minat masyarakat bukan saja di Sumatera Barat melainkan provinsi tetangga seperti Riau dan Jambi, sehingga perlu dikemas apik agar bisa menjadi destinasi wisata keluarga.

Semisal pondok yang digunakan untuk menunggu durian. Saat pelaksanaan salah satu rangkaian acara festival itu, pengunjung hanya menempati pondok-pondok ala kadarnya yang dibangun masyarakat setempat tanpa perlengkapan yang cukup.

Perlengkapan tersebut semisal, senter, perkakas sehingga pengunjung bisa memasak air atau sekedar membuat memasak mi instan untuk melawan hawa dingin, kemudian kotak P3K karena memiliki risiko tertimpa durian saat mengambil durian yang jatuh.

Penerangan pondok yang memadai juga perlu diperhatikan, meskipun sebagian pondok telah teraliri listrik, karena ma'ambang durian dilaksanakan pada malam hari dan sebagian kebun yang digunakan jauh dari permukiman masyarakat serta dengan hutan.

Pengunjung harus mewaspadai hewan melata, seperti ular, mengingat kebun tersebut banyak ditumbuhi semak belukar. Dan yang tak kalah pentingnya, pengunjung harus membawa sepatu boots agar lebih aman ketika mengambil durian jatuh.

Festival Durian ini juga mampu membuka peluang bagi masyarakat setempat untuk menyediakan penginapan karena rangkaian acaranya berlangsung selama enam hari. Jadi, jangan biarkan kesempatan berlalu!