Penuhi asupan protein hewani 'dadih' sebagai ikhtiar generasi bebas stunting di Sumbar

id Ikhtiar tangkal stunting,produk olahan pangan lokal cegah stunting,Stunting sumbar

Penuhi asupan protein hewani 'dadih' sebagai ikhtiar generasi bebas stunting di Sumbar

Seorang kakak mencoba menenangkan balita yang menangis (ANTARA/Laila Syafrud)

Solok (ANTARA) - Berbagai pihak telah memprediksi bahwa pada tahun 2045 mendatang akan menjadi tahun generasi emas bagi Indonesia. Untuk itu, harus ada perhatian serius dalam mempersiapkan generasi muda yang sehat, cerdas, produktif, dan unggul sebagai modal utama untuk mewujudkan generasi emas Indonesia di masa mendatang.

Mempersiapkan generasi emas pada 2045 tentu bukanlah suatu yang mudah. Bahkan banyak hal yang harus diperhatikan khususnya soal stunting atau kekerdilan yang saat ini masih menjadi masalah gizi utama bagi bayi dan anak-anak di Indonesia.

Seperti yang diketahui, prevalensi stunting di Indonesia sudah mengalami penurunan, tetapi untuk angka masih tinggi. Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 yang dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan, angka prevalensi stunting di Indonesia pada 2021 sebesar 24,4 persen atau menurun 6,4 persen dari angka 30,8 persen pada tahun 2018.

Kendatipun angka stunting di Indonesia mengalami penurunan, namun menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), masalah kesehatan masyarakat dianggap kronis bila prevalensi stunting lebih dari 20 persen. Itu artinya, secara nasional masalah stunting di Indonesia tergolong kronis, terlebih lagi di 14 provinsi yang prevalensinya melebihi angka nasional.

Sementara, angka stunting di Sumatera Barat masih cukup tinggi. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumbar jumlah stunting mencapai 27, 67 persen. Bahkan, Sumbar menduduki peringkat tiga tertinggi angka stunting di Sumatera yang melebihi daerah tetangga, yakni Bengkulu dan Jambi.

Berdasarkan data tersebut berarti satu dari tiga orang anak di Sumatera Barat, adalah penderita stunting. Kalau ada tujuh orang anak yang lahir, itu berarti dua orang diperkirakan menderita stunting. Kasus ini tentu sangat mengkhawatirkan dan perlu sinergitas semua pihak dalam penanganannya dalam menekan angka stunting di daerah itu.

Di wilayah Sumatera Barat sendiri terdapat sembilan daerah dengan kasus stunting tertinggi, yaitu daerah Kabupaten Pasaman, Kabupaten Solok, Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Limapuluhkota, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Pasaman Barat, dan Kota Padang.
Dua balita usia satu tahun tampak seyum lebar duduk di atas tumpukan beras (ANTARA/Laila Syafarud)


Menanggapi hal itu, Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi melalui akun resmi pemerintah Provinsi Sumbar mengatakan salah satu upaya untuk mengatasi stunting ialah dengan memanfaatkan potensi lokal yang ada untuk pemenuhan gizi masyarakat.

Ia juga menginstruksikan pada dinas terkait untuk mengoptimalkan dan menyosialisasikan tentang pemanfaatan potensi pangan lokal yang ada di sekitar lingkungan masyarakat. Diantaranya memperbanyak mengonsumsi buah-buahan, produksi susu sapi, telur, dan lain-lain untuk mencegah stunting.

Kenali stunting sejak dini

Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah umur lima tahun) atau masalah kurang gizi kronis yang ditandai dengan tubuh anak terlalu pendek untuk usianya.

Selain itu, kekurangan gizi juga bisa terjadi sejak bayi dalam kandungan atau pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi kondisi stunting akan terlihat setelah bayi berusia dua tahun.

Stunting biasanya disebabkan karena berbagai faktor diantaranya berupa factor ekonomi, pensisikan, dan kesehatan seperti buruknya fasilitas sanitasi, minimnya akses air bersih, dan kurangnya kebersihan lingkungan. Bahkan kondisi kebersihan yang kurang terjaga membuat tubuh harus secara ekstra melawan sumber penyakit sehingga menghambat penyerapan gizi.

Selain itu, rendahnya asupan gizi pada seribu hari pertama kehidupan, yakni sejak janin hingga bayi umur dua tahun juga dapat memicu stunting.

Penderita stunting pada umumnya rentan terhadap penyakit, memiliki tingkat kecerdasan di bawah normal serta produktivitas rendah. Tidak hanya itu, tingginya kasus prevalensi stunting dalam jangka panjang juga akan berdampak pada kerugian ekonomi bagi Indonesia.

Kendati demikian, stunting dapat dicegah dengan cara pemenuhan kebutuhan gizi bagi ibu hamil, pemberian ASI eksklusif selama enam bulan kemudian dilanjutkan dengan Makanan Pendamping ASI (MPASI).

Selain itu, setiap orang tua juga diharapkan membawa balitanya secara rutin ke Posyandu, memenuhi kebutuhan air bersih, meningkatkan fasilitas sanitasi, serta menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal.

Dadih berpotensi cegah stunting

Dadih merupakan hasil fermentasi dari susu kerbau yang sudah diperah lalu dimasukkan dalam bambu dan didiamkan selama dua hari hingga mengental menjadi dadih. Kandungan kalori setiap dadih berbeda-beda karena tergantung makanan kerbau itu sendiri.

Produk pangan tradisional khas daerah Sumatera Barat itu juga dapat dikonsumsi secara langsung atau sebagai pengganti lauk pendamping nasi. Tidak hanya itu, dadih juga bisa dikonsumsi dengan mencampurkannya bersama produk pangan lainnya berupa puding, gula merah, saus sambal dan lainnya.

Berdasarkan hasil penelitian Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas (Unand) Padang, Dr Helmizar menemukan bahwa susu kerbau yang difermentasi atau "dadih" memiliki potensi untuk mencegah stunting.

Helmizar juga menyebutkan dadih mengandung bakteri asam laktat, yakni bakteri baik yang berpotensi sebagai probiotik yang bermanfaat untuk pertumbuhan anak.

"Selain bermanfaat besar untuk pertumbuhan pada anak, juga membuat sistem imunitas dan penyerapan makanan yang lebih baik," katanya.

Menurutnya dadih juga berpotensi jika dikembangkan menjadi produk probiotik sebagai bahan pangan fungsional agar dapat dinikmati manfaatnya oleh masyarakat luas. Baktersi asam laktat yang terdapat di dalam dadih berperan sebagai probiotik yang mengatur ekosistem saluran pencernaan.

Selain itu, zat gizi yang terkandung di dalam dadih diantaranya berupa kadar air 84,35 persen, protein 6,81 persen, lemak 8,66 persen, karbohidrat 3,34 persen, Ph 3,4 dan total bateri asam laktat 16.0x10 CFU/mL

"Rata-rata kandungan kalori yang terdapat dalam 100 gram dadih yakni sekitar 250 kalori dan kandungan proteinnya hampir mencapai 16 kalori yang setara dengan 2 butir telur," ujarnya.

Ia juga mengatakan untuk pencegahan stunting harus dilakukan sejak dini yakni sejak awal kehamilan.

Dia menyarankan agar setiap ibu rumah tangga rutin mengonsumsi dadih sejak awal kehamilan supaya dadih yang dikonsumsi dapat tersalurkan ke janin yang berada dalam kandungan.
Seorang balita duduk di atas sepeda dengan seyuman lebar (ANTARA/Laila Syafarud)


Manfaat dadih berdasarkan penelitian

Helmizar mengatakan berdasarkan hasil penelitian yang pernah dilakukan sejak tahun 2017 di Kabupaten Agam dan Bukittinggi, yakni memberikan dadih sebanyak 100 gram pada ibu hamil untuk pencegahan stunting.

Selain itu, berdasarkan hasil penelitian pemenuhan gizi pada ibu hamil sangat penting karena rata-rata gizi pada ibu hamil hanya bisa mencukupi 50 sampai 60 persen saja. Sedangkan 40 persen lainnya tidak terpenuhi, itulah penyebab bayi yang lahir menjadi pendek dan berat badan kurang. Sehingga resiko stunting terjadi sejak usia kehamilan.

"Mereka harus mengonsumsi dadih rata-rata 70 gram per hari selama enam bulan dan kami terus memantau sampai anaknya lahir," katanya.

Hasil penelitian tersebut memberikan efek yang bagus mencapai 56 persen, berat bayi yang dilahirkan oleh para ibu hamil yang telah mengonsumsi dadih tersebut yakni di atas 3 kilogram dengan panjang badan di atas 50 centimeter.

"Selain itu, potensi dadih yang sudah ada di usus bayi diusahakan tidak hilang yakni diupayakan tetap memberikan dadih dalam bentuk makanan pada balita berupa biskuit dari bahan lokal yang dicampur dengan dadih," kata dia.

Biskuit tersebut terbuat dari jagung, kacang kedelai, kacang merah, dan tambahan sedikit karbohidrat dari tepung dan mentega yang dicampur dengan dadih, jadi ada sekitar 500 kalori yang diberikan setiap hari untuk mengejar pertumbuhan mereka.

Helimazar juga mengatakan penelitiannya bertujuan untuk mempromosikan kembali makanan tradisional Minangkabau supaya bisa dipakai sebagai suplementasi makanan untuk mencegah stunting yang cukup tinggi frekuensinya saat ini.

Olahan produk pangan lokal upaya cegah stunting

Selain gencar memberikan sosialisasi untuk menekan angka stunting di daerah itu, Helmizar juga berupaya melakukan inovasi membuat roti sorgum dan vla yang berbahan dasar dari dadih atau susu kerbau yang difermentasikan sebagai upaya untuk menanggulangi stunting.

Pembentukan mini pabrik di Universitas Andalas yang didanai oleh Kedaireka, pada tahun lalu menghasilkan aneka produk dari olahan berbahan dasar sorgum dan dadih. Sorgum yang diolah menjadi tepung bisa dimasak menjadi aneka produk, salah satunya berupa roti.

Selain itu, dia mengatakan dadih juga bisa diolah menjadi vla sebagai isian roti. Kandungan gizi roti sorgum dengan vla dadih cukup untuk memenuhi asupan gizi makanan tambahan untuk ibu hamil dan balita stunting.

Kandungan energi roti sorgum dengan fla dadih sudah memenuhi 100 persen kebutuhan energi, 105 persen kebutuhan protein, 44 persen kebutuhan lemak, dan 140 persen kebutuhan karbohidrat harian dari makanan tambahan.

Ia berharap dengan pemberian asupan gizi yang optimal mampu mengurangi prevalensi stunting di Sumatera Barat, di samping juga membantu meningkatkan perekonomian petani sorgum dan peternak kerbau yang menghasilkan dadih di Sumatera barat.

Adanya dukungan berbagai pihak cegah stunting

Menurut Helmizar angka stunting harus diturunkan hingga di bawah 10 persen. Oleh karena itu, ia mengajak agar bersama-sama untuk menurunkan angka prevalensi stunting yang masih tinggi dimulai dengan intervensi gizi pada kelompok 1.000 hari pertama kehidupan melalui pemenuhan asupan gizi roti sorgum dengan vla dadih untuk mempercepat target penurunan prevalensi stunting Indonesia menjadi kurang 14 persen pada tahun 2024.

Ia juga berharap adanya dukungan dari pemerintah daerah setempat untuk menyuplai produk olahan pangan lokal yang dikirimkan ke daerah-daerah lokus stunting. “Berharap ada kerja sama yang baik dengan pemerintah daerah, Karena persoalan stunting ini tidak hanya tanggung jawab pemerintah saja, tetapi kita bersama,” ujar dia.

Selain itu, menurut dia upaya yang dilakukan untuk mencegah stunting membutuhkan waktu yang panjang. Makanan untuk mencegah stunting juga harus tetap mengonsumsi makanan pangan lokal dan sehat bergizi setiap harinya. Makanan bahan pangan lokal diolah dalam bentuk roti, puding, dan lainnya yang bisa dikonsumsi oleh ibu hamil dan bayi.

Tidak hanya itu, ia juga berharap pemerintah daerah setempat dapat membina para peternak kerbau dan mencarikan suatu badan usaha yang mampu membina para peternak. Sehingga keberadaan dadih di Sumatera Barat tidak mengalami kelangkaan.

"Saya berharap nantinya ada berupa rumah dadih karena dengan adanya rumah dadih peternak tau kemana ia akan menyuplai dadihnya dan tentu harga di pasaran tidak terlalu tinggi sehingga masyarakat juga dapat dengan mudah memperoleh dadih," ujar dia.

Selain itu ia juga terus mengupayakan untuk menyosialisasikan manfaat dadih ke masyarakat untuk pencegahan stunting.
Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Universitas Andalas (Unand) Padang Helmizar (nomor dua dari kanan). ANTARA/HO-Dokumen pribadi