Simpang Empat (ANTARA) - Kalau ada pertanyaan siapa orang yang paling sibuk usai gempa bumi yang mengguncang Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat, pada 25 Februari 2022, maka bisa dibilang Hamsuardi orangnya.
Lelaki berusia 61 tahun itu hanya tidur paling lama dua jam saja sehari, meski sudah berusia lanjut namun semangatnya tidak sepuh.
Memakai peci menutupi rambutnya yang telah putih, setiap hari orang nomor satu di Kabupaten Pasaman Barat itu mengenakan rompi turun ke berbagai lokasi terdampak gempa meski dengan langkah yang berat.
Pada hari itu pos kesehatan yang ada di lokasi pengungsian Pasaman Barat, Sumatera Barat, masih terus melayani para pengungsi yang sakit hingga pukul 00.15 WIB.
Banyak warga mulai mengeluhkan sakit kepala, flu, ataupun batuk setelah berhari-hari tinggal di lokasi pengungsian mengandalkan tenda darurat.
Tidak lama berselang, Bupati Pasaman Barat Hamsuardi tiba dan mengeluhkan tubuhnya terasa lelah, matanya terasa gatal dan merah.
Sejak gempa mengguncang Pasaman Barat, pada Jumat (25/2), Hamsuardi menceritakan selalu tidur lewat tengah malam.
Tidak canggung
Begadang sudah menjadi rutinitas dalam beberapa hari terakhir dan waktu tidurnya pun hanya sekitar dua jam, mulai pukul 02.30 WIB hingga pada 04.30 WIB.
Sambil mendengarkan ceritanya, petugas medis terus melakukan pemeriksaan, mengecek tensi, serta memberikan sejumlah pertanyaan terkait kondisi kesehatan.
Hingga saat itu belum ada yang menyadari kalau laki-laki berpostur tinggi yang sedang mereka tangani saat itu bukan warga biasa, namun sosok yang spesial.
Hal itu wajar karena petugas yang piket di pos kesehatan malam itu bukanlah dari Dinas Kesehatan Pasaman Barat, tapi tim relawan dari suatu organisasi kemanusiaan.
Pada dada rompi yang ia kenakan tertulis H. Hamsuardi, nama yang sudah tidak asing lagi bagi warga ataupun perangkat pemerintah di Pasaman Barat.
Dialah orang nomor satu di Pasaman Barat menjabat sebagai Bupati sejak 2021 bersama wakilnya Risnawanto.
Tim medis baru mengetahuinya ketika diberitahu oleh salah seorang pendamping bahwa laki-laki yang sedang mereka tangani adalah Bupati.
Suasana berubah canggung untuk sementara waktu, namun Hamsuardi langsung menengahi dan tidak mau mempersoalkan masalah itu.
Setelah situasi mencair, tim medis langsung melanjutkan pekerjaan dengan memberi obat tetes ke mata sang bupati yang merah akibat iritasi dan kelelahan.
Sementara itu untuk hasil pengukuran tensi menunjukkan angka 140 yang tergolong normal bagi orang seusia Hamsuardi.
Utamakan kebutuhan warga
Sambil duduk ia layangkan mata ke halaman kantor bupati sekeliling tempat berdirinya 20 lebih tenda darurat yang menjelma sebagai rumah bagi ribuan warga yang mengungsi.
Lindu yang mengguncang Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat, pada Jumat 25 Februari, menjadi kado pahit di hari ulang tahun sang Bupati. Tepat pada tanggal tersebut ia menginjak usia 61 tahun.
Tidak ada yang menyangka gempa yang terjadi sekitar pukul 08.30 WIB dengan magnitudo 6,1 akan berdampak begitu parah bagi Pasaman Barat.
Semuanya baru terang-benderang setelah laporan masuk silih berganti menyatakan banyak rumah warga rusak akibat dihoyak gempa.
"Laporan kerusakan rumah terus berdatangan usai gempa terjadi, pikiran saya yang utama saat itu adalah mengevakuasi warga secepatnya," katanya.
Tanpa ingin membuang-buang waktu Hamsuardi memutuskan halaman kantor bupati serta rumah dinas bupati dijadikan sebagai titik utama pengungsian.
Tenda-tenda darurat segera didirikan di lokasi untuk menampung warga yang terus berdatangan dari siang hingga Jumat tengah malam. Ada yang diangkut dan banyak yang datang sendiri.
Setelah tenda darurat, tugas selanjutnya adalah memastikan kebutuhan utama warga terutama yaitu makanan dan minuman. Semua dilakukan semaksimal mungkin dengan seluruh kemampuan yang dimiliki.
Rendah hati
Hamsuardi terus memantau kondisi yang terjadi dari Jumat (25/2) hingga Sabtu dini hari tanpa tidur sepicing pun. Dalam hatinya, bagaimana mungkin akan tidur dengan situasi yang kacau.
Semua jajaran, instansi, Aparatur Sipil Negara (ASN) bahkan sampai honorer di Pasaman Barat ikut terlibat dalam penanganan pengungsian itu.
Hingga Sabtu (26/2), setidaknya ada dua ribu lebih warga yang mengungsi di halaman kantor bupati. Puluhan tenda darurat juga terus didirikan satu per satu.
Sementara di luar pengungsian utama, ribuan warga juga mengungsi secara mandiri dengan membangun tenda ataupun terpal di depan rumah yang juga harus diperhatikan.
"Alhamdulillah, bantuan dari berbagai pihak mulai datang ke Pasaman Barat, pada Sabtu, sehingga bisa kami salurkan ke warga di pengungsian utama serta pengungsi mandiri," katanya.
Sejumlah warga sempat mengaku kecewa karena lambatnya penyaluran bantuan serta tidak datangnya sang Bupati ke lokasi yang terdampak, Hamsuardi tak menampik semua itu.
Sebagai seorang Bupati, suami dari Titi Susilawati harus mengondisikan segalanya. Ia pun harus tetap di rumah dinas untuk menerima kedatangan bantuan, rapat untuk menanggulangi bencana, serta mendampingi pejabat pusat yang datang baik dari pusat maupun provinsi.
"Semua yang saya lakukan tidak lain demi memulihkan kondisi Pasaman Barat pascabencana, mulai dari pengungsian, kebutuhan warga yang mengungsi, hingga rekonstruksi rumah yang rusak pascagempa," katanya.
Kunjungi warga terisolir
Demi membagi konsentrasi dan memastikan penanganan bencana berjalan dengan maksimal, Bupati juga telah menunjuk Komandan Kodim 0305/Pasaman Letkol Kav Hery Bhakti sebagai Komandan Pos Komando tanggap darurat bencana.
Masing-masing kepala dinas serta para pejabat di Sekretariat Daerah Pasaman Barat juga ditunjuk untuk mengkoordinir posko-posko pengungsian warga, baik di posko utama ataupun posko yang didirikan di dekat lokasi pemukiman warga.
"Alhamdulillah, bantuan untuk Pasaman Barat pun terus mengalir dari berbagai pihak sejak hari pertama, terutama untuk kebutuhan dasar," katanya.
Selain itu bantuan untuk bidang kesehatan dan medis juga terus berdatangan, termasuk organisasi serta relawan dalam memulihkan trauma terhadap anak-anak.
Namun, di tengah berbagai kesibukannya dalam memantau dan memulihkan daerah, Hamsuardi tetap mencuri-curi waktu serta kesempatan agar bisa mengunjungi warga secara langsung di tiga kecamatan yang terdampak.
Tercatat ia pernah hadir ke Nagari Kajai sebanyak dua kali, bahkan sampai ke Timbo Abu yang arus transportasinya putus akibat longsor di daerah Rimbo Kejahatan.
Ia berangkat bersama tim dengan kendaraan off road untuk melintasi jalur alternatif yang berlumpur dan tidak bisa dilalui oleh kendaraan biasa.
Ketika sampai di sana ia kembali menyampaikan permintaan maaf kepada warga karena baru bisa menjenguk langsung pada hari itu, tapi Hamsuardi tegaskan semua itu bukan karena disengaja.
Pengertian keluarga
Memasuki hari ke sepuluh bencana gempa, pada Ahad (6/3), Hamsuardi belum mengalihkan perhatiannya sama sekali. Fokus ke depan adalah mengupayakan perbaikan rumah warga yang rusak.
Hingga saat ini Hamsuardi terus tenggelam dalam kegiatannya menangani bencana di Pasaman Barat, bahkan keluarga saja susah untuk bertemu.
Hal itu diungkapkan oleh putera sulung Bupati, HD Dianovri, yang hanya bertemu dengan Hamsuardi di pagi hari saja. Malam keluarga telah tidur lebih dahulu, sedangkan pagi Hamsuardi telah ditunggu banyak kegiatan.
"Kami bertemu hanya menjelang pukul 08.00 WIB, lewat dari jam itu sampai malam hari maka papa sudah sibuk dengan tugasnya," katanya.
Bahkan, katanya, Hamsuardi tidak lagi sempat bermain dengan cucu kesayangan atau bermain tenis seperti hari-hari biasanya.
"Saat hendak bermain dengan cucu di pagi hari, tamu sudah datang. Maka beliau langsung pergi untuk menyambut tamu," katanya.
Ia bercerita sosok ayahnya selama penanganan bencana gempa bumi memang berbeda dari keseharian, bahkan memasuki hari kesepuluh penanganan gempa keluarga tidak tahu dimana ia makan siang dan makan malam.
Sebelum tidur pun Hamsuardi masih menyempatkan diri untuk berkeliling melihat warga yang menghuni tenda-tenda darurat di halaman kantor bupati.
Sang istri Titi Susilawati hanya bisa mendukung perjuangan yang tengah dilakukan oleh suaminya. Sebab dirinya paham Hamsuardi sebagai Bupati adalah milik masyarakat Pasaman Barat.
Ia tidak pernah protes sedikitpun, namun demikian tetap mengingatkan agar Pak Bupati tetap menjaga kondisi kesehatannya dengan mengonsumsi vitamin serta jus.
Pasaman Barat diguncang gempa dengan magnitudo 6,1 pada (25/2) ,dan berdampak pada tiga kecamatan yakni Talamau, Pasaman, dan Kinali.
Hingga Jumat (4/3) malam, terdata sebanyak 4.800 lebih rumah warga yang rusak, akibatnya 11 ribu lebih warga terpaksa mengungsi.
Selain rumah warga, gempa juga tercatat merusak fasilitas pendidikan sebanyak 55 unit, fasilitas kesehatan 13 unit, dan fasilitas ibadah sebanyak 40 unit.
Jumlah korban jiwa yang tercatat hingga Jumat malam sebanyak sembilan orang, 45 orang luka berat, dan 336 luka ringan.*