Bukittinggi (ANTARA) - Pria 35 tahun itu berjalan santai beriringan dengan belasan wartawan yang berbeda seragam dengannya, ia satu-satunya orang dalam barisan pewawancara memakai rompi bertulis "Media Polisi".
Kalau saja tak ada rompi penanda itu, sudah jelas badan tegapnya tidak mampu menjadikannya terlihat sebagai seorang perwira kepolisian di mata orang ramai karena begitu membaurnya ia bersama juru tulis khas para jurnalis.
Andre namanya, Bripka pangkatnya dan biasa dipanggil "Bang Jepret" oleh sebagian pewarta yang akrab bersua dengannya di peliputan khusus krimininalitas.
Tidak tampak senjata bedil di sabuknya, tidak terlihat sepatu bot petugas keamanan apalagi seragam bertulis nama dan aksesoris polisi yang dipakainya.
"Hampir setiap hari saya hanya memakai kaos berkerah dan sepatu santai bahkan sandal gunung khas wartawan, boleh dibilang saya menyamar sebagai jurnalis karena tugas yang banyak belajar juga kepada wartawan senior di daerah ini," ujar Andre sembari tertawa kecil.
Tugas pokoknya adalah dokumentasi, ia bersama tim kecil berjumlah empat personel di bawah kepemimpinan Bagian Hubungan Masyarakat Polres Bukittinggi bertugas untuk menyebarkan informasi kegiatan kepolisian setempat.
Senjata utamanya tentu saja bukan pistol atau pluit apalagi pentungan, ia dilengkapi peralatan canggih berupa alat perekam, komputer multimedia, perangkat telpon genggam terkini hingga kamera bidik terupdate.
"Bang Jepret" bukan sekedar pemanis atau perangkat tambahan semata dalam tugas kepolisian di Polres Bukittinggi.
Ia bahkan menjadi harapan terbesar wartawan dalam menggali informasi terkini dan sebagai sumur data yang bebas ditimba kapan saja.
"Foto-foto dokumentasinya mantap punya, Andre Si Abang Jepret tidak pelit berbagi informasi dan rajin membuat rilis hingga kami mudah membuat berita di wilayah hukum Polres Bukittinggi," kata salah seorang wartawan di Bukittinggi, Rudi.
Andre dan timnya juga membidani setiap akun media sosial resmi Polres Bukittinggi mulai dari Instagram, WA Grup, Facebook hingga Youtube.
"Semua jenis media sosial itu bak etalase yang menghadirkan seluruh kegiatan kepolisian, kami harus rajin mengecek dan memperbaruinya hingga membantu masyarakat mendapatkan informasi," ujar Andre.
Berangkat dari media itu juga salah satu faktor pendukung hingga pertumbuhan angka capaian vaksinasi di Kota Bukittinggi kini jadi salah satu pemuncak terbaik di Sumatera Barat.
Beragam hasil jepretan bukti sukses dan ramainya vaksinasi di Kota Wisata disebar lengkap dengan seluruh kegiatan pendukungnya.
Tidak terlihat adanya pemaksaan atau raut wajah terpaksa dari peserta vaksin, tidak bertemu kisah orang mati setelah vaksin atau warga dipenjara gegara ogah vaksin.
"Kami mengajak secara baik-baik, dilakukan persuasif humanis, polisi wanita ikut membujuk dengan halus, Kapolres dan seluruh perwira tinggi lainnya ikut meramaikan setiap apapun kegiatan vaksin," kata Wakapolres Bukittinggi Kompol Sukur kala itu.
Bripka "Bang Jepret" Andre mengatakan berbagai upaya penarik masyarakat untuk ikut secara sukarela melakukan vaksin terus dilakukannya.
"Kami mencari tokoh-tokoh masyarakat yang lekat di hati warga Bukittinggi, ada beberapa orang artis yang kami mintai tolong untuk mau direkam mengajak masyarakat untuk ikut vaksin, langkah ini manjur juga," sebutnya.
Menurutnya, warga muda Kota Bukittinggi lebih tertarik berinteraksi di media sosial jenis Instagram sedangkan yang lainnya aktif di Facebook.
"Dua aplikasi ini bagaikan dua roda motor publikasi media sosial kami saat ini, hasil jepretan dan rekaman kami sebar di sana, ketika masyarakat melihat ramai dan antusias orang divaksin dan semua baik-baik saja, otomatis mereka akan tertarik apalagi sebagai penyemangat pimpinan memberikan juga hadiah doorprize," jelas Andre.
Keabsahan bermacam foto dan rekaman video itu kemudian ditegaskan dan diperkuat dengan pemberitaan dari jurnalis setempat.
Kerja sama dan sinkronisasi unggahan dari media sosial bersama berita media massa itu menjadikan langkah percepatan vaksin di Bukittinggi semakin tinggi dari hari ke hari,bulan ke bulan hingga di 2022 menjadikan dua terbaik Sumbar.
Andre mengatakan ketepatan momen dalam pengambilan foto dan dokumentasi dipelajarinya dari wartawan dan seniornya.
"Bukan basa-basi memang, untuk belajar memotret dan menulis rilis saya sering bertukar fikiran dengan rekan wartawan, ada pesan khusus yang harus tersampaikan kepada warga yang melihat foto dan berita yang tayang khususnya bagaimana mengajak dan menarik warga untuk vaksin atau patuh protokol kesehatan," jelasnya.
Dia mengakui, untuk memberikan langkah antisipasi dan ancaman secara halus terkait penerapan protokol kesehatan, ia sengaja memajang foto warga yang dihukum atau didenda.
"Langkah itu sangat efektif, tindakan pelanggaran prokes berhasil diredam, masyarakat tentu tidak mau terjerat hukum karena melanggar dan mereka menjadi tau apa resiko yang ditanggung jika bersalah," kata dia.
Baginya, menjadi polisi dengan fungsional publikasi itu menjadi kebanggaan tersendiri mengingat efek luar biasa yang berhasil diraih dari satu jepretan foto.
"Menjadi Polisi Jepret ini juga tidak mudah, apalagi dalam media sosial yang sama kita ketahui warga lebih berani bahkan ada yang melawan di dalamnya, itu salah satu tantangan juga sih," katanya.
Polisi Jepret mungkin hanya salah satu sebutan untuk Tim Media Humas Polsek dan Polres bahkan Polda dan mungkin juga di Mabes Polri sekalipun, kinerja dan pengaruh kekuatan mereka sungguh memiliki dampak besar bagi negeri ini.
Ungkapan "Siapa yang menguasai media, dia akan menguasai dunia" menjadi penyemangat Polisi Jepret bersama kami para wartawan tukang tulis untuk terus menjadi senjata dunia mendapatkan informasi terkini, terlengkap dan tentu saja berharap menjadi yang terbaik, tidak terkecuali dalam perlombaan karya tulis kali ini tentunya...hahaaaa !
Bravo Polisi Jepret, Bravo Jurnalis, Bravo Polisi Indonesia !