Wall Street melemah terseret sektor teknologi

id Wall Street,indeks Dow,indeks S&P 500,indeks Nasdaq,sektor teknologi,saham pertumbuhan,kebijakan Fed

Wall Street melemah terseret sektor teknologi

Ilustrasi - Para pialang sedang bekerja di lantai Bursa Efek New York, Wall Street, Amerika Serikat. ANTARA/Reuters/pri.

New York (ANTARA) - Wall Street melemah pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), dengan Nasdaq turun tajam karena pengumuman Federal Reserve tentang penghentian yang lebih cepat untuk stimulus era pandemi mendorong investor menjauh dari Big Tech dan menuju sektor yang lebih sensitif secara ekonomi.

Indeks Dow Jones Industrial Average merosot 29,79 poin atau 0,08 persen, menjadi menetap di 35.897,64 poin. Indeks S&P 500 tergelincir 41,18 poin atau 0,87 persen, menjadi berakhir di 4.668,67 poin. Indeks Komposit Nasdaq anjlok 385,15 poin atau 2,47 persen, menjadi ditutup di 15.180,43 poin.

Delapan dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona hijau, dengan sektor keuangan terangkat 1,21 persen, memimpin kenaikan. Sementara itu, sektor teknologi merosot 2,86 persen, menjadikannya kelompok dengan kinerja terburuk.

Saham-saham teknologi seperti Nvidia, Apple, Microsoft, Amazon dan Tesla terperosok antara 2,6 persen dan 6,8 persen, memukul indeks Nasdaq dan S&P 500, sedangkan Dow Jones Industrial Average turun tipis.

Sebagian besar saham-saham pertumbuhan kelas berat tersebut telah mengungguli pasar yang lebih luas pada 2021, dengan Nvidia melejit lebih dari 100 persen tahun ini.

Bank sentral AS mengatakan pada Rabu (15/12/2021) bahwa pihaknya akan mengakhiri pembelian obligasi pada Maret dan mengisyaratkan kenaikan suku bunga tiga perempat poin persentase hingga akhir tahun 2022.

Itu menyenangkan investor yang semakin khawatir tentang lonjakan inflasi terkait pandemi virus corona. Tetapi pada Kamis (16/12/2021) itu berkontribusi pada aksi jual di saham-saham pertumbuhan.

Indeks value stocks (saham yang harganya di bawah nilai intrinsiknya) S&P 500 naik 0,7 persen, sedangkan indeks saham-saham pertumbuhan turun 2,1 persen, mencerminkan pandangan investor bahwa saham dengan pertumbuhan tinggi cenderung berkinerja buruk ketika suku bunga naik.

Indeks value stocks mencakup saham-saham yang dipandang lebih mungkin berkinerja baik selama pemulihan ekonomi.

"Anda melihat uang keluar dari (saham-saham) pertumbuhan, sebagaimana mestinya. Jika kita memasuki lingkungan di mana suku bunga naik, saham-saham pertumbuhan akan menjadi kurang menarik" kata Dennis Dick, pedagang di Bright Trading LLC.

"Ada banyak ketidakpastian saat kita memasuki 2022 ... Kita akan memiliki Fed yang lebih hawkish yang akan menarik diri," katanya.

"The Fed memberi pasar apa yang diinginkannya, dan hari ini saya pikir investor kembali ke ketidakpastian pandemi, dan mereka juga berhati-hati memasuki akhir tahun," kata Lindsey Bell, kepala strategi investasi di Ally Invest, di Charlotte, North Carolina.

Data terbaru tentang melonjaknya harga produsen dan konsumen, serta varian virus corona Omicron yang menyebar cepat, telah memicu kecemasan. Namun demikian, S&P 500 tetap naik sekitar 25 persen pada tahun 2021 dan diperdagangkan mendekati rekor tertinggi.

Indeks Volatilitas CBOE, yang sering dianggap sebagai pengukur ketakutan Wall Street, turun ke level terendah tiga minggu.

Data menunjukkan jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran meningkat secara moderat minggu lalu, tetap pada level yang konsisten dengan kondisi pasar tenaga kerja yang ketat.

Secara terpisah, sebuah survei menunjukkan produksi di pabrik-pabrik AS meningkat ke level tertinggi dalam hampir tiga tahun pada November.

Lennar Corp anjlok 4,1 persen, setelah pengembang perumahan itu meleset dari perkiraan analis untuk laba kuartalan karena masalah rantai pasokan akibat pandemi mendorong biaya kayu lebih tinggi dan menunda pengiriman rumah.

Volume transaksi di bursa AS mencapai 11,6 miliar saham, sejalan dengan rata-rata selama 20 hari perdagangan terakhir.