Jakarta (ANTARA) - Proses osteoporosis bisa menyerang siapa saja bahkan di usia muda dan produktif seperti 30 tahun-an dan terkadang tak disadari penderitanya, menurut dokter spesialis gizi klinik dari Universitas Indonesia, Dr. dr. Luciana B. Sutanto, MS, Sp.GK.
Luciana yang tergabung dalam Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia (PDGKI) itu mengatakan, proses osteoprosis berlangsung dalam jangka panjang. Seseorang dengan kondisi ini dapat tidak menyadarinya sampai kerusakan benar-benar terjadi.
"Osteoporosis memang seringkali dikaitkan dengan orang-orang berusia lanjut, namun nyatanya bisa menyerang siapa saja, bahkan di usia muda dan produktif seperti usia 30," kata Luciana melalui siaran persnya, dikutip Rabu.
Osteoporosis yakni penyakit akibat tulang kehilangan kepadatan dan akhirnya rapuh, sehingga tekanan ringan seperti membungkuk atau batuk pun dapat menyebabkan patah tulang. Fraktur atau patah tulang terkait osteoporosis paling sering terjadi di pinggul, pergelangan tangan atau tulang belakang.
Beberapa gejala atau tanda yang terjadi merupakan fraktur akibat dari osteoporosis, seperti postur bungkuk, sakit punggung, menurunnya tinggi badan, sering mengalami cedera atau keretakan tulang.
Menurut Luciana, hal ini perlu menjadi perhatian, khususnya perempuan yang memasuki usia 30 tahun karena pada masa itu mereka cenderung mengalami penurunan massa tulang sampai periode menopause dan seterusnya.
Jika mereka menikah, di usia 30-an, banyak dari mereka yang mungkin hamil atau menyusui dan inilah salah satu kelompok risiko osteoporosis. Penelitian International Osteoporosis Foundation menunjukkan, risiko perempuan untuk terkena osteoporosis 4 kali lebih tinggi dibandingkan laki-laki.
"Sayangnya, tidak banyak perempuan usia 30 yang sadar menjaga kesehatan tulang sangatlah penting," tutur Luciana.
Dalam menjaga kesehatan tulang, asupan makanan mengandung kalsium dan vitamin D menjadi penting dan sebaiknya dimulai bahkan sebelum seseorang memasuki usia 30 tahun. Kedua nutrisi ini bisa bekerja secara sinergis untuk menjaga kesehatan tulang.
Orang Indonesia pada umumnya hanya mengonsumsi 25 persen kalsium (254 mg) dari asupan kalsium harian yang direkomendasikan (1000 – 1200 mg). Menurut Luciana, suplementasi dapat mengompensasi defisit ini.
Selain itu, hidup sehat seperti aktif berolahraga, mengurangi konsumsi kafein dan alkohol, tentu akan membantu mencegah seseorang terkena osteoporosis.
Menurut Infodatin Kementerian Kesehatan RI 2020, pada tahun 2050 di seluruh dunia, diperkirakan 6,3 juta orang per tahun mengalami patah tulang pinggul, dan lebih dari setengahnya terjadi di Asia.
Pada tahun 2050, penduduk Indonesia pada kelompok risiko osteoporosis akan tumbuh sebesar 135 persen. Sebanyak 40,6 persen perempuan Indonesia berusia 20-29 tahun memiliki massa tulang rendah, yang meningkatkan risiko osteoporosis dan patah tulang dalam 20 tahun ke depan saat mereka mencapai menopause.
Berita Terkait
Menteri BUMN tinjau pameran foto Pers Demo-Krasi dan Pembangunan
Senin, 19 Februari 2024 11:42 Wib
Selebgram Sarti Suku Badui
Selasa, 13 Februari 2024 16:30 Wib
Persiapan klenteng See Hin Kiong Padang jelang Imlek
Rabu, 7 Februari 2024 17:03 Wib
Prangko edisi Imlek 2024
Selasa, 6 Februari 2024 12:22 Wib
Perayaan Hari Arak Bali ke-2
Selasa, 30 Januari 2024 12:33 Wib
Tradisi batagak pangulu di Minangkabau
Senin, 29 Januari 2024 16:22 Wib
Tradisi nyadran gule di Kampung Ngijo Semarang
Kamis, 18 Januari 2024 15:42 Wib
Pernikahan warga Suku Badui
Kamis, 11 Januari 2024 14:21 Wib