Jakarta (ANTARA) - Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengatakan kitab suci Al Quran tidak cukup hanya dipahami secara harfiah atau tekstual, melainkan harus ditafsirkan bersama dengan ilmu-ilmu lain untuk dapat diamalkan bagi keberlangsungan kerukunan hidup masyarakat.
Beberapa ilmu yang dapat digunakan untuk memahami Al Quran antara lain Bahasa Arab, termasuk nahwu dan sharaf, ilmu tafsir, ilmu qiraat, ilmu rasmil Quran, ilmu ijazul Quran, ilmu asbabun nuzul, kata Ma’ruf Amin saat menutup MTQ Nasional XXVIII secara virtual dari Jakarta, Jumat malam.
“Bahkan, pada saat ini kita perlu juga menjadikan ilmu sosial, ilmu alam dan humaniora sebagai ilmu bantu dalam memahami ayat-ayat Al Quran. Dengan demikian, kita memahami Al Quran tidak hanya secara harfiah tanpa mengerti konteks ayat dan konteks sosial yang menjadi latar belakang turunnya ayat,” kata Ma’ruf Amin dalam sambutannya.
Untuk memahami Al Quran secara benar, lanjut Ma’ruf, diperlukan metodologi yang telah disepakati oleh para ulama dalam memahami atau menafsirkan ayat-ayat di dalamnya. Sehingga, dengan metodologi tersebut umat Islam dapat memahami ayat Al Quran secara dinamis dan kontekstual, namun tetap dalam bingkai pemahaman nash yang benar.
“Jadi bukan pemahaman yang statis, apalagi pemahaman yang radikal atau ekstrem yang menganggap pemahaman orang lain sebagai salah atau sesat,” tegasnya.
Wapres menjelaskan pemahaman terhadap Al Quran dan ajaran agama Islam seharusnya dapat mengambil posisi jalan tengah di antara berbagai hal, yaitu jasmani dan rohani, teks dan konteks, idealisme dan kenyataan, hak dan kewajiban, orientasi keagamaan dan kebangsaan, serta kepentingan individual dan kemaslahatan umat.
“Pemahaman Islam wasathiyah adalah yang tidak tekstual dan tidak pula liberal, tidak berlebihan tetapi juga tidak gegabah, dan tidak pula memperberat tetapi juga tidak mempermudah,” katanya.
Pemahaman Al Quran secara tekstual, yang hanya memahami teks-teks Al Quran dan Hadits tanpa penafsiran, akan menghasilkan pemahaman statis karena pemahaman tersebut tanpa disertai maksud utama dalam teks itu.
“Bahkan pemahaman pada teks-teks tertentu, secara literal, itu bisa menyesatkan, seperti ayat-ayat terkait dengan jihad,” ujarnya.
Oleh karena itu, Wapres berharap dengan adanya penyelenggaraan MTQ Nasional secara tahunan, pemahaman agama Islam yang moderat dapat dibangun sebagai bagian dari kesepakatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Berita Terkait
Tim Pembina Samsat Nasional gelar evaluasi kerja samsat tingkat Provinsi Regional Sumatera
Rabu, 8 Mei 2024 12:34 Wib
Thiago Silva akan pulang kampung ke Fluminense pada akhir musim
Rabu, 8 Mei 2024 5:14 Wib
Borussia Dortmund ke final Liga Champions usai singkirkan PSG
Rabu, 8 Mei 2024 5:12 Wib
Padang tetapkan Kampung Ketahanan Pangan dukung program nasional
Selasa, 7 Mei 2024 21:25 Wib
Jalan nasional di Sitinjau Lauik putus tertutup longsor
Selasa, 7 Mei 2024 20:25 Wib
SMPN 28 Korong Gadang Peragakan "Babako Babaki", Hendri Septa : Lestarikanlah Bahasa Daerah
Selasa, 7 Mei 2024 19:34 Wib
Inovasi satu nagari satu event antarkan Tanah Datar peringkat 4 Nasional Penilaian PPD Tahun 2024
Selasa, 7 Mei 2024 9:51 Wib
Fuellkrug ingin wujudkan mimpi bawa Dortmund ke final Liga Champions
Selasa, 7 Mei 2024 9:02 Wib