Padang (ANTARA) - Tepat pukul 04.30 WIB usai melaksanakan shalat malam Mahyeldi pun bersiap memakai baju koko dan sarung.
Pagi itu ia akan berkunjung ke salah satu masjid yang ada di Kota Padang untuk mengikuti kegiatan subuh mubarakah.
Kegiatan ini rutin ia lakoni sejak dilantik sebagai Wakil Wali Kota Padang mendampingi Fauzi Bahar pada 2009.
"Pai kalam, pulang kalam," demikian julukan yang diberikan salah seorang wartawan kepadanya.
Karena memang ia sudah terbiasa meninggalkan kediaman sebelum subuh di saat hari masih gelap dan kembali lagi ke rumah saat hari juga sudah kelam.
Saat menjabat sebagai Wali Kota Padang ia pun melanjutkan tradisi rapat bersama jajaran staf diawali dengan subuh berjamaah.
Usai subuh berjamaah, kultum di tengah pagi yang masih segar rapat pun dimulai dengan kondisi yang masih segar.
Selesai rapat dengan para staf jangan harap Mahyeldi akan bersantai di kantornya. Ia bukan tipe pemimpin yang senang duduk di belakang meja dan memilih turun langsung ke lapangan.
Usai menandatangani beragam berkas dan dokumen jika ada undangan kegiatan ia pun segera meluncur.
Selain itu ia pun rutin menerima tamu dari berbagai kalangan dan masyarakat. Jika ada keluhan dan pengaduan dari warga ia pun segera memerintahkan ajudan untuk segera menghubungi kepala dinas terkait.
Saat malam menjelang Mahyeldi pun masih menghadiri sejumlah undangan warga mulai dari mengisi pengajian hingga kegiatan lainnya.
Saat Padang diguyur hujan deras maka di belakang mobil dinasnya sudah siaga skop, sepatu bot, jas hujan.
Ia pun akan turun langsung meninjau kondisi yang ada di lapangan sembari terus berkoordinasi dengan BPBD.
Pada akhir pekan Sabtu dan Minggu Mahyeldi biasanya mengawali hari dengan berolahraga. Salah satu olahraga favoritnya adalah sepak bola.
Pernah pada suatu pagi ia bermain sepak bola di Pantai Padang bersama pemuda setempat usai mengajaknya bersama-sama bergotong royong.
Adakalanya ia memilih bersepeda dengan ajudan berkeliling kota.
Uda ulet dan pekerja keras. Apapun pekerjaan, asalkan halal, Uda tak gengsi mengerjakannya," demikianlah sosok Mahyeldi di mata istri tercinta.
Menariknya saat ada yang mengkritik kinerja dan kepemimpinannya di media Mahyeldi memilih untuk tidak menanggapi dan menjawab dengan kerja.
Ia kerap menyerukan kepada jajaran organisasi perangkat daerah di Padang untuk menjawab beragam kritikan terhadap pemerintah kota dengan bekerja.
Kalau ada yang mengkritik kinerja pemerintah kota di media ia menginstruksikan kepada dinas-dinas untuk tidak berdebat, cukup dijawab dengan bekerja lebih giat.
Menurutnya setiap program kerja yang dilaksanakan oleh pemerintah kota sudah melalui proses yang panjang mulai dari perencanaan, penganggaran hingga pelaksanaan.
Kalau ada yang mengkritik itu tanda warga Padang peduli, oleh sebab itu tidak perlu reaktif menyikapinya.
Ia mengatakan jika kritik yang disampaikan membangun bahkan disertai solusi tentu tidak ada salahnya untuk diaplikasikan.
Menurut Mahyeldi ia selalu mengingatkan bawahan agar tidak berdebat di media massa karena hanya akan membuang energi.
"Waktu yang tersedia untuk menyelesaikan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan saja belum cukup, oleh sebab itu jika ada yang mengkritik jawab saja dengan kerja," ujarnya.
Ia menambahkan kritik merupakan sebentuk kepedulian dan kecintaan dari berbagai pihak dibuktikan dengan menunjukan ada yang perlu diperbaiki dan dievaluasi sehingga perlu disikapi dengan positif. (adv)
Penulis adalah juru bicara Mahyeldi-Audy Joinaldy
Baca juga: Merintis karir dari nol
Baca juga: Mahyeldi Sang Penyeru Kebaikan sebelum menjadi apapun