Sarilamak, (ANTARA) - Masyarakat Peduli Petani Indonesia (Mappindo) mengklaim setidaknya sudah ada 125 hektare lahan yang siap untuk ditanam dengan bibit jagung unggul di Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat.
"Total lahan itu berasal dari masyarakat yang berminat mengikuti program tanam jagung dan pinjaman modal tanpa modal yang disiapkan oleh Mappindo," kata Ketua Mappindo Muhammad Rahmad dalam rilis yang diterima Antara Sumbar, Minggu.
Ia mengatakan para peminat program ini nantinya akan mendapatkan pelatihan tentang tata cara mengelola pertanian bibit unggul dan tata cara pengelolaan ekonomi syariah.
“Alhamdulillah, respon publik yang berasal dari 13 kecamatan di Kabupaten Limapuluh Kota angkanya luar biasa. Jumlahnya ribuan dan jauh dari ekspektasi target yang hanya 500-an,” sebut pria yang berencana maju sebagai Calon Bupati Limapuluh kota tersebut.
Para calon peserta program, kata dia, ada yang mengajukan lahan yang dimiliki sendiri dan ada juga yang mengajukan lahan sewaan untuk ditanami jagung bibit unggul ini. Total lahannya, mencapai 125 hektare yang diharapkan awal tahun mendatang bisa diproduksi.
Lahan seluas itu diharapkan bisa menjadi produktif karena hingga saat ini dari data yang ia miliki terdapat 62 hektare lahan di Kabupaten Limapuluh Kota menganggur dan terlantar.
“Jadi ini diharapkan dapat memberdayakan masyarakat. Kami akan Ia akan membagikan bibit jagung, pupuk, dan racun kepada masyarakat, serta uang operasional atau modal usaha Rp5 juta per hektare,” ujarnya.
Selanjutnya, sambung dia bantuan tersebut akan diberikan tanpa bunga, artinya, berapa jumlah yang dipinjamkan, segitu yang dikembalikan. Pembinaan dan pelatihan gratis juga diadakan sebelum bercocok tanam. Ini jelas merupakan langkah gerakan ekonomi Syariah yang kongkret.
"Latar belakang peserta program tanam jagung ini didominasi dari masyarakat yang berlatar belakang petani yang jumlahnya mencapai 53 persen," ujarnya.
Setelah itu berasal dari ASN sekitar 17 persen serta pedagang dan pelaku UMKM yang mencapai 13 persen. Lalu ada ibu rumah tangga 9 persen dan yang berlatar belakang pelajar dan mahasiswa mencapai 5 persen.
"Sisanya berasal dari latar belakang yang beragam. Dilihat dari latar belakang pendidikan, peminatnya mencapai 39 persen yang berlatar belakang SLTA. Lalu ada 12 persen diploma, 15 persen sarjana," ujarnya.
Setelah itu, sebanyak 5 persen S2 dan 2 persen adalah berlatar belakang S3. Juga ada yang berlatarbelakang SD 5 persen dan SLTP 22 persen.
Masing-masing peserta diperkirakan akan mendapat hasil panen Rp39 juta hingga Rp48 juta per hektare.
"Estimasi modal investasi adalah Rp9.5 juta per hektare yang berasal dari Rp5 juta pinjaman modal dan Rp4,5 juta biaya pupuk, racun dan bibit hingga pelatihan yang disiapkan oleh Mappindo. Jadi estimasi dan perkiraan penghasilan bersih per hektare nanti akan mencapai Rp29.5 juta hingga Rp39.5 akan didapat para peserta,” katanya.