BMKG : Musim kemarau 2020 lebih singkat di Sumbar

id berita padang,berita sumbar,musim hujan,kemarau

BMKG : Musim kemarau 2020 lebih singkat di Sumbar

Warga berjalan di depan rumahnya yang terendam banjir rob di Tiram Ulakan, Kabupaten Padangpariaman, Sumatera Barat. (ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra)

Pada Juli 2020 sudah tidak seperti biasa lagi, terjadi anomali,
Padang (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika mencatat musim kemarau pada 2020 lebih singkat di Sumatera Barat (Sumbar) karena sejak Juli sudah mulai memasuki musim hujan.

"Pada Juli 2020 sudah tidak seperti biasa lagi, terjadi anomali, biasanya saat Juni dan Juli curah hujan masih minim dan lazimnya terjadi musim kemarau di bagian daerah bayangan hujan," kata Pengamat Meteorologi dan Geofisika BMKG Stasiun Iklim Sicincin, Rizky Armei Saputra di Padang, Kamis.

Menurut dia pada 2020 menjadi salah satu tahun basah yang dicatat Stasiun Klimatologi Padang Pariaman dalam 10 tahun terakhir karena hampir seluruh daerah musim mengalami musim kemarau yang singkat rata-rata satu bulan.

Daerah yang cukup lama mengalami musim kemarau lebih dari dua bulan pada Mei dan Juni hanya Pasaman bagian Utara, Kecamatan Rao, Rao Utara, Panti dan Mapat Tunggul.

Sementara daerah Sungai Dareh Kabupaten Dharmasraya tidak mengalami musim kemarau sama sekali tahun ini, ujarnya.

Namun kondisi ini membuat curah hujan yang merata hingga tengah tahun dapat memenuhi pengairan pertanian sawah tadah hujan yang mendukung program percepatan area tanam.

"Apalagi sektor pertanian menjadi sektor andalan yang sedikit terpengaruh akibat COVID-19," kata dia.

Kemudian sawah tadah hujan di Kabupaten Pasaman, Limapuluh Kota, Tanah Datar, Agam, Solok, Kota Solok, Sijunjung, Dharmasraya yang biasanya berair kini dapat menyesuaikan komoditas tanaman karena musim kemarau masih berpotensi untuk dapat ditanam padi hingga akhir tahun.

"Akan tetapi perlu antisipasi hama dan penyakit yang akan meningkat jika hujan terjadi terus menerus," ujarnya.

Ia menganalisis singkatnya musim kemarau di Sumatera Barat pada tahun ini disebabkan dinamika atmosfer diantaranya tertahannya angin timuran yang aktif di sekitar khatulistiwa dan melemahnya angin barat/angin monsun Asia sehingga terjadi penumpukan awan di sekitar khatulistiwa menyebabkan banyak terjadi hujan.

Nilai indeks Samudra Hindia (IOD) yang sempat positif (0.5) di bulan Juni saat ini sudah menuju netral, ujarnya.

Hangatnya suhu muka laut juga mendukung pembentukan awan-awan hujan. Adanya gangguan cuaca mingguan internasional cukup mempengaruhi hujan di Sumatera Barat.

Pertemuan angin yang cukup banyak terjadi di bulan Juli pada perairan barat Sumatera juga meningkatkan curah hujan.

BMKG memprediksi curah hujan sampai awal Agustus berpotensi kategori menengah hingga tinggi yang terus diwaspadai dan diantisipasi untuk potensi bencana hidrometeorologi.