Akibat pandemi COVID-19 sejumlah nakhoda dan ABK kapal wisata Pariaman kembali jadi nelayan

id pariaman,sumbar,covid-19,padang,berita padang

Akibat pandemi COVID-19 sejumlah nakhoda dan ABK kapal wisata Pariaman kembali jadi nelayan

Sejumlah kapal wisata terlihat bersandar di muara di Kota Pariaman, Sumbar karena objek wisata di daerah itu ditutup. (ANTARA/Aadiaat M.S.)

Pariaman (ANTARA) - Sekitar setengah dari jumlah nakhoda dan anak buah kapal (ABK) wisata di Kota Pariaman, Sumatera Barat terpaksa kembali menjadi nelayan akibat pandemi COVID-19 yang membuat objek wisata di daerah itu ditutup.

"Dulu mereka merupakan nelayan dan sekarang karena tidak bisa mendapatkan uang dari parwisata maka mereka kembali ke profesinya yang lama," kata perwakilan pengusaha kapal wisata di Pariaman Zainal Efendi di Pariaman, Senin.

Ia menyebutkan setidaknya di daerah itu terdapat 30 kapal wisata yang terdiri dari 60 nakhoda dan ABK atau satu kapal wisata terdapat satu nakhoda dan satu ABK.

Ia menyampaikan setengah dari nakhoda dan ABK tersebut saat ini lebih memilih memancing dan menangkap ikan di laut karena tidak memiliki pekerjaan lainnya.

Alasan lainnya, lanjutnya karena ingin menyelamatkan kapal wisata yang jika dibiarkan berada lama di muara maka sarana transportasi laut yang sering digunakannya itu cepat rusak.

Selain kembali menjadi nelayan, kata dia juga ada nakhoda dan ABK menjadi profesi lainnya yaitu sebagai buruh harian dan bahkan ada yang menganggur.

"Kalau soal bantuan dari pemerintah tidak sepenuhnya yang dapat karena pendataannya berdasarkan kartu keluarga sehingga nakhoda dan ABK yang bukan kepala keluarga tidak mendapatkannya secara utuh," katanya.

Ia menjelaskan nakhoda dan ABK yang bukan kepala keluarga mendapatkan bantuan bagian dari keluarganya sehingga dirinya tidak bisa memastikan apakah bantuan tersebut diserahkan dari kepala keluarga kepada mereka atau tidak.

"Kalau bisa kan nakhoda dan ABK ini khusus mendapatkan bantuan paling tidak sembako," katanya.

Ia menyampaikan untuk pemilik kapal wisata yang tidak memiliki usaha lainnya terpaksa hanya bisa berdiam diri di rumah.

"Sedangkan yang memiliki usaha lain maka usahanya itu yang dijalankan," ujarnya.

Ia menambahkan beberapa waktu lalu pihak asuransi kapal menyerahkan bantuan sembako untuk pemilik kapal namun bantuan tersebut bukan untuk nakhoda dan ABK.