Kiprah Laboratorium Biomedik Unand mengabdi di tengah pandemi COVID-19

id labor biomedik unand,kabar baik,berita baik,sembuh dari covid,berita padang, berita sumbar

Kiprah Laboratorium Biomedik Unand mengabdi di tengah pandemi COVID-19

Kepala Pusat Diagnostik dan Riset Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Unand Dr. dr Andani Eka Putra (tiga dari kiri depan) bersama tim laboratorium biomedik FK Unand. (ANTARA/HO-FK Unand)

Padang (ANTARA) - Di tengah pandemi virus corona jenis baru (COVID-19), Sumatera Barat patut berbangga karena selangkah lebih maju dalam deteksi dini penyakit yang disebabkan oleh virus yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China tersebut.

Jika provinsi lain butuh waktu tiga hari bahkan hingga satu minggu untuk mengetahui hasil laboratorium tes swab (cairan tenggorokan), sejak disahkannya Laboratorium Infeksi Biomedik Universitas Andalas (Unand) Padang sebagai salah satu tempat pengujian sampel dan diagnosa COVID-19, dalam waktu lima jam dan paling lama 24 jam hasil tes sudah dapat diketahui.

Dengan melibatkan sumber daya manusia 40 orang, mulai dari dosen, mahasiswa S2, S3 dengan latar kedokteran, biologi, kimia, Laboratorium Fakultas Kedokteran Unand paling berperan dalam menentukan diagnosa positif atau negatif COVID-19.

Keberadaan Laboratorium Biomedik, Diagnostik, dan Riset Terpadu Penyakit Infeksi tersebut tak bisa dilepaskan dari sosok Kepala Pusat Diagnostik dan Riset Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Unand Dr. dr Andani Eka Putra.

Kehadiran laboratorium ini tak terlepas dari obsesi Andani yang ingin mengembangkan dan memberikan pelayanan terhadap diagnostik penyakit infeksi yang bisa digunakan masyarakat.

Dalam merintis pembangunan laboratorium dengan sisa dana riset dan bantuan sejumlah pihak sejak 2016, tak kurang dari Rp2,5 miliar biaya telah dihabiskan agar cita-citanya bisa terwujud, sedangkan pada akhir 2019 pihaknya juga mendapat bantuan dana untuk membangun fasilitas dan kondisinya baru 60 persen karena keterbatasan anggaran.

Kini, laboratorium tersebut telah memiliki fasilitas yang lengkap dan memadai mulai dari dua mesin Polymerase Chain Reaction (PCR), elisa reader, winston blood, dan sekat inkubator.

"Fokus saya waktu itu mengembangkan diagnostik molekuler dengan bioteknololgi rekombinant protein pengembangan antibodi policronal, dan dalam prosesnya kita berhasil mengembangkan diagnostik untuk rota virus serta human papiloma virus," ujar dia saat live melalui instagram fkunandofficial.

Pada Februari 2020, muncul pandemi COVID-19 dan semua orang panik. Saat itu, terlintas oleh Andani bagaimana bagaimana caranya berinovasi dalam mengembangkan diagnostik COVID-19.

"COVID-19 ini adalah virus RNA, dan kita sudah biasa bekerja untuk itu, sama dengan beberapa virus yang lain," ujarnya.

Ia menemukan masalah, yakni beberapa alat masih kurang. Akhirnya, Andani menghibahkan alat miliknya ke fakultas supaya tidak ada persoalan di kemudian hari.

Rupanya, Tuhan berbaik hati. Setelah itu, pihaknya mendapat bantuan banyak untuk pembelian peralatan.

Setelah mendapatkan pengesahan sebagai salah satu laboratorium pengujian COVID-19, Andani beserta tim mulai bekerja dengan target awal mampu memeriksa minimal 200 sampel per hari.

Ternyata, dalam prosesnya bisa melebihi target karena tak kurang dari 320 sampel yang diuji setiap hari.

"Saya terus terang sangat senang dan apresiasi dengan apa yang telah dicapai oleh tim, saya selalu sampaikan mari kerja dengan gembira dan pahamilah kita bekerja untuk orang banyak dan masyarakat," ujarnya.

Ia pun memberikan motivasi bahwa banyak orang menunggu hasil kerja, akan banyak nilai yang diberikan kepada masyarakat, sedangkan Tuhan akan membalas apa yang telah dikerjakan dengan cara-cara yang tidak terduga.

Hingga saat ini, lebih dari 3.200 sampel telah diperiksa dengan jam kerja mulai pukul 06.00 WIB hingga 03.00 WIB.

Dalam pengujian proses pemeriksaan laboratorium berbasis molekuler mendeteksi RNA virus, sedangkan yang diperiksa adalah sampel pasien dalam pengawasan dan tindak lanjut pasien yang sudah dinyatakan positif.

"Intinya semua orang yang dicurigai COVID diperiksa," ujar dia.

Dalam proses pengujian, pihaknya tidak memungut biaya dari masyarakat dan hanya menerima sampel yang dikirim pihak rumah sakit.

"Alhamdulillah untuk operasional dukungan Pemprov Sumbar bagus, dan ada banyak donatur juga, karena misi kami membantu pemerintah memutus mata rantai penularan," ujarnya.

Keberadaan laboratorium tersebut membuktikan masyarakat perguruan tinggi juga bisa berkontribusi, membantu masyarakat.

Alur pemeriksaan sampel diambil di rumah sakit karena jika diambil di laboratorium membutuhkan energi dan akan terjadi penumpukan orang, menunggu antrean, dan akhirnya laboratorium menjadi sumber infeksi baru.

"Bisa saja orang diperiksa ada yang positif, jadi kami hanya menerima terima sampel, tidak ada pasien yang datang, apalagi dari data 80 persen positif itu dari kelompok orang dalam pemantauan dan orang tanpa gejala," katanya.

Tiga tahap

Ia menjelaskan pemeriksaan molekuler pada dasarnya terdiri atas tiga tahap di luar proses administrasi penerimaan sampel.

"Yang pertama kali dilakukan adalah mengekstraksi RNA dari sampel yang diambil, setelah didapatkan akan dilakukan analisis kualitas dari RNA, kemudian yang ketiga baru melakukan tahapan PCR, ujarnya.

Hasil PCR divalidasi tim validator dan selanjutnya diputuskan tim verifikator. Waktu yang dibutuhkan diusahakan dalam 24 jam hasil sudah selesai dengan syarat jumlah sampel yang diperiksa di bawah 200.

"Kalau masuk 25 sampel pada pagi hari jam 15.00 WIB sudah keluar hasil, kalau lebih akan ada perpanjangan waktu," kata dia.

Terkait dengan akurasi tes, ia menyampaikan penggunaan PCR dalam deteksi virus menjadi salah satu yang paling standar dan sesuai dengan rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

"Sama seperti virus RNA standar baku lewat PCR, kalau hasil positif pasti positif karena detektor yang digunakan sudah sesuai, dikalibrasi, diuji dan divalidasi dengan sampel sampel standar," katanya.

Terdapat sejumlah kemungkinan yang terjadi jika hasil pengujian negatif mulai dari pengambilan sampel yang asal-asalan, sekadar colok hidung.

Bisa juga hasil negatif karena kesalahan teknis di laboratorium berupa ekstraksi RNA tidak benar, membuat campuran PCR tidak benar, hingga cara kerja tidak rapi dan kotor yang akhirnya memengaruhi hasil.

Untuk meminimalkan kesalahan tersebut, pihaknya dapat mengetahui dari hasil kontrol yang dikembangkan.

"Masalah utama hanya pada posisi hasil yang negatif dan bisa muncul negatif palsu, kalau hasil positif dipastikan akurat," katanya.

Oleh sebab itu, bagi pasien negatif biasanya dilakukan dua kali pengujian, termasuk untuk pasien dinyatakan negatif hasil tes harus dua kali negatif dengan jangka waktu pengambilan sampel 24 jam.

Untuk pengumuman hasil tes dilakukan melalui Whatsap dan diikuti dengan surat resmi yang juga dikirim melalui Whatsap.

Menegakkan diagnosa

Dalam konsep penanggulangan wabah, prinsip pertama yang harus ada adalah menegakkan diagnosa secepat mungkin dengan metode yang akurat.

Oleh karena itu, keberadaan Laboratorium Unand merupakan upaya memutus mata rantai penyebaran COVID -19 di Sumatera Barat.

"Ketika pemeriksaan lebih cepat maka akan membantu pemerintah dalam memutus rantai penularan, salah satunya adalah dengan cara deteksi dini dengan cepat dan sesegera mungkin serta akurat," kata dia.

Oleh sebab itu, saat terjadi lonjakan kasus di Sumatera Barat, Andani merasa senang karena mata rantai dapat diputuskan

"Mungkin ada yang bertanya kenapa saya gembira kalau banyak yang positif? Konsepnya begini, misalnya ada 23 orang dinyatakan positif, maka bisa segera dilakukan pemutusan mata rantai dari 23 orang yang merupakan sumber penular infeksi," ujarnya.

Ia memberi contoh 100 kasus ditemukan di Sumbar dengan 500 kasus ditemukan di Jakarta berbeda karena yang dites di Sumbar adalah orang dalam pemantauan dan orang tanpa gejala, bukan mereka yang sedang dirawat di rumah sakit.

"Artinya lagi surveilans telah berjalan baik di Sumbar, begitu mata rantai terputus maka wabah bisa dicegah tidak meledak sehingga puncaknya tidak terlalu tinggi," ujarnya.

Andani menilai masalah utama COVID-19 bukan pada angka kematian melainkan penyebaran yang amat cepat sehingga perlu deteksi dini yang akurat untuk melakukan pencegahan dan memutus mata rantai penularan.

Rektor Unand Profesor Yuliandri menyampaikan sarana prasarana serta sumber daya manusia yang dimiliki Laboratorium Unand sudah memadai untuk diagnosis awal COVID-19.

Dengan hasil pemeriksaan di labororatirum yang bisa didapatkan dalam 24 jam, pemerintah daerah dan pihak terkait bisa lebih cepat mengambil kebijakan dalam penanganan pasien terduga corona.

"Ini sekaligus bentuk pengabdian Unand untuk masyarakat Sumbar," katanya.

Wakil Gubenur Sumbar Nasrul Abit mengatakan sebelumnya pengujian sampel dilakukan satu pintu di Litbangkes Kementerian Kesehatan.

Namun, karena sampel seluruh Indonesia masuk ke laboratorium itu, Litbangkes Kemenkes juga kewalahan.

Untuk mengetahui hasil sampel dari Litbangkes tersebut minimal butuh empat hari bahkan bisa lebih.

Rentang waktu yang cukup lama itu, membuat pemerintah daerah, termasuk Sumbar, tidak bisa mengambil kebijakan yang tepat dalam waktu cepat sebagai langkah antisipasi, selain memasukkan pasien dalam ruang isolasi.

Di tengah pandemi COVID-19, Andani beserta tim telah membuktikan kiprahnya untuk berbakti kepada masyarakat dan bangsa dalam melakukan deteksi dini.