Pandemi COVID-19 membuat jumlah orang miskin bertambah

id Wapres Ma'ruf Amin,COVID-19,TNP2K,orang miskin

Pandemi COVID-19 membuat jumlah orang miskin bertambah

Warga beraktivitas di Kampung Kerang Ijo, Muara Angke, Jakarta, Selasa (22/1/2019). Badan Pusat Statistik DKI Jakarta menyatakan presentase penduduk miskin di DKI Jakarta pada September 2018 mencapai 372.000 orang atau turun 0,02 persen dibandingkan dengan Maret 2018. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/ama.

Jakarta (ANTARA) - Wakil Presiden RI Ma'ruf Amin memprediksi jumlah orang miskin di Indonesia bertambah akibat pandemi COVID-19 karena banyak masyarakat kehilangan mata pencaharian sebagai dampak dari kebijakan-kebijakan untuk mencegah penyebaran virus tersebut.

"Banyak orang kehilangan pekerjaan dan banyak warung kecil yang tutup. Jadi, jumlah orang miskin pun makin bertambah. Mungkin di sekitar kita juga banyak orang yang terdampak corona ini," kata Wapres Ma'ruf di Jakarta, Senin.

Wapres Ma'ruf selaku Ketua Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) mengatakan bahwa pandemi COVID-19 tidak hanya menjadi isu kesehatan, tetapi juga berdampak pada kondisi sosial dan ekonomi.

"Akibat COVID-19 yang kita alami, tidak hanya saja mengakibatkan terganggunya kesehatan, tetapi juga berdampak pada masalah sosial dan ekonomi, angka kemiskinan menjadi berlipat, bertambah," katanya menjelaskan.

Menurut Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020—2024, Pemerintah menargetkan penurunan angka kemiskinan hingga 7—6,5 persen sehingga jumlah penduduk miskin di Indonesia menjadi 18,34—19,75 juta di akhir 2024.

Sementara itu, Pemerintah juga memberikan bantuan sosial (bansos) untuk meringankan beban warga miskin dan rentan yang terdampak pandemi COVID-19.

Selain itu, bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) juga dicairkan lebih cepat.

Pemerintah juga memberikan keringanan pembiayaan listrik dan air bagi masyarakat, serta meluncurkan program Kartu Prakerja di tengah pandemi COVID-19.