Melihat kemeriahan Tour de Singkarak di Kota Serambi Mekah Padang Panjang
Padang Panjang, (ANTARA) - Senin (4/11) pagi aktivitas warga di Pasar Serikat Padang Panjang, Sumatera Barat tampak menggeliat. Tidak jauh dari pasar tersebut sekitar 100 meter tepatnya di Jalan Jenderal Sudirman ratusan orang berkerumun sehingga jalan ditutup pada satu titik.
Ratusan orang terlihat memadati sisi kanan dan kiri jalan menunggu para pebalap Tour de Singkarak (TdS) 2019 masuk ke finis.
Hari itu merupakan pelaksanaan etape III mengambil garis finis di kota berjuluk Serambi Mekkah tersebut.
Di Mesir Van Andalas sebutan lain Padang Panjang itu kemeriahan acara cukup kental. Warga sudah antusias menanti bahkan dimulai sebelum para pebalap start di Kabupaten Limapuluh Kota sekitar pukul 10.00 WIB.
Jika ditilik, jarak antara garis start dengan finis di Padang Panjang tidak dekat. Memiliki lintasan 129,9 kilometer, sehingga memerlukan waktu beberapa jam sampai ke finis.
Meskipun tergolong kota kecil dengan luas wilayah 23 kilometer persegi, animo masyarakatnya terbilang luar biasa.
"Saya sengaja datang supaya bisa menyaksikan langsung 'event' Tour de Singakarak. Apalagi finisnya di Padang Panjang," kata salah seorang warga Febrianti.
Menyadari adanya interval waktu yang panjang, dan bermaksud menyemarakkan acara, pertunjukan pun ditampilkan untuk warga. Agar penonton tidak jenuh karena menunggu.
Ada banyak penampilan terutama yang berkaitan dengan seni tradisi Minangkabau di garis finis tersebut.
Mulai dari musik tradisi Minangkabau, beragam tari, pertunjukan Silek Tuo, dan lain-lain. Pada saat bersamaan juga tersuguh beragam kuliner tradisional.
"Tara tak, tum-tum, taratak, tararak, tum-tum....," gendang ditabuh, dan musik mulai dimainkan.
Perhatian penonton yang awalnya berdiri dan melihat-lihat ke arah datangnya pebalap, mulai teralihkan ke tengah jalan tempat hiburan digelar.
"Suguhan itu sebagai daya tarik tambahan bagi masyarakat untuk meramaikan 'event' tahunan ini," kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pariwisata Padang Panjang Medi Rosdian.
Sanggar Seni Anak Nagari Gunuang (Aguang), serta pelajar Thawalib sebagai eksekutor pertunjukan berkaitan dengan seni tradisional, menjalankan tugasnya dengan ciamik.
Mulai dari penampilan atraksi tambua, tari gurau salinduang, pasambahan, silek tuo gunuang, tari kipeh, tari sapu tangan, dan lainnya.
"Ada sekitar limapuluh orang yang terlibat dalam kegiatan kali ini, gabungan penari serta pemusiknya," kata pembina sanggar Asnimar.
Selain agenda TdS, sanggar tersebut juga telah sering tampil di sejumlah acara besar.
Beberapa koreografi yang ditampilkan sanggar, bahkan diangkat dari lingkungan dan sosial masyarakat di Kenagarian Gunuang.
"Sanggar ini secara misi juga untuk mewadahi kesenian pemuda nagari. Daripada nongkrong-nongkrong saja," kata pengajar di Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang.
Dalam deretan penampilan menjelang siang itu juga terdapat peragaan silek (silat) yang menarik perhatian penonton.
Salah satu peraga adalah Farhan Hidayat, laki-laki berusia 15 tahun yang kini duduk di bangku kelas tiga MTSS Thawalib Gunuang.
Ia bersama rekannya memperagakan gerak dengan lincah dan gesit, namun tidak kehilangan keindahan geraknya.
Meski sadar sedang tampil di hadapan ratusan orang serta sejumlah pejabat, ia mengaku tidak grogi sama sekali.
"Saya tidak grogi karena sebelumnya sudah beberapa kali tampil di beberapa acara. Saya mempelajari silek dari kelas 3 SD," katanya.
Sementara itu tak jauh dari lokasi pertunjukan, pada saat bersamaan juga tersuguh beberapa kuliner nan menggoda selera.
Beberapa di antaranya adalah perkedel jagung, lamang tapai, katupek kuah gulai, bubur hitam, dan lainnya.
Memasuki sekitar pukul 13.20 WIB, para penonton mulai kasak-kusuk, tepatnya saat panitia mengingatkan penonton menjauh dari lintasan karena pebalap akan segera finis.
Moncong kamera pun ikut bersiaga di pinggir jalan untuk mengabadikan momen kedatangan pebalap.
Tepuk tangan riuh menyambut kedatangan 94 pebalap. Mulai dari yang pertama hingga yang terakhir.
Banyak destinasi pemandangan alam yang menawan tersaji pada etape tiga. Seperti Kelok Sembilan, Lembah Harau, dan seterusnya sebelum berakhir di Kota Padang Panjang.
Pada bagian lain, baik pemeritah kota ataupun pemerintah provinsi berharap even tahunan tersebut semakin mengenalkan Indonesia khususnya Sumbar di mancanegara.
Sebelumnya Wakil Gubernur Sumatera Barat Nasrul Abit menilai ajang balap sepeda internasional berbalut pariwisata, Tour de Singkarak (TdS) bisa memberikan efek ekonomi langsung kepada masyarakat selain fungsi utamanya untuk promosi.
"Daerah yang menjadi tuan rumah baik sebagai lokasi start ataupun finish, bisa mendesain kegiatan pendukung dengan melibatkan UMKM sehingga dampaknya bisa langsung dirasakan masyarakat," kata Nasrul
Kegiatan seperti bazaar, pameran, pasar rakyat atau kegiatan-kegiatan lain yang bisa mengundang keramaian sangat tepat untuk mendukung Tour de Singkarak.
Kegiatan seperti itu selain bisa menggerakkan perekonomian, juga bisa meramaikan dan meningkatkan jumlah penonton kegiatan Tour de Singkarak 2019.
Fungsi promosi yang melekat pada kegiatan itu sejak mulai digelar 11 tahun lalu, pada akhirnya juga bertujuan untuk menggerakkan perekonomian masyarakat melalui sektor pariwisata.
Ada banyak destinasi yang bisa dipromosikan selama kegiatan berlangsung. Hal itu diharapkan bisa menjadi salah satu daya tarik sehingga wisatawan makin banyak berkunjung ke Sumbar.
Efek dominonya adalah menghidupkan banyak sektor yang bergantung pada pariwisata. Usaha transportasi, perhotelan, rumah makan, kerajinan hingga penganan untuk oleh-oleh akan mendapat dampak positif.
Namun karena promosi itu jangka panjang, hasilnya tidak bisa langsung dirasakan oleh masyarakat.
Nasrul mengatakan saat ini penonton TdS tercatat sebagai nomor lima terbanyak di dunia.
"Dan tahun ini wilayah yang dijangkau lebih besar hingga ke Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh," kata dia.
Ia menyampaikan untuk memperluas jangkauan jalur TdS pihaknya akan menyelenggarakan even tersebut hingga ke tingkat Sumatera.
Ia mengatakan pihaknya juga akan mempelajari pengembangan even balap sepeda yang dilaksanakan oleh Banyuwangi sehingga juga mendapatkan tingkat baik sekali.
Sekitar 180 atlet yang berasal dari 24 negara mengikuti 'event' balap sepeda bertaraf internasional Tour de Singkarak (TdS) yang dilaksanakan mulai 2 hingga 10 November 2019 terdiri atas sembilan etape dengan panjang rute 1.317 kilometer. (*)
Ratusan orang terlihat memadati sisi kanan dan kiri jalan menunggu para pebalap Tour de Singkarak (TdS) 2019 masuk ke finis.
Hari itu merupakan pelaksanaan etape III mengambil garis finis di kota berjuluk Serambi Mekkah tersebut.
Di Mesir Van Andalas sebutan lain Padang Panjang itu kemeriahan acara cukup kental. Warga sudah antusias menanti bahkan dimulai sebelum para pebalap start di Kabupaten Limapuluh Kota sekitar pukul 10.00 WIB.
Jika ditilik, jarak antara garis start dengan finis di Padang Panjang tidak dekat. Memiliki lintasan 129,9 kilometer, sehingga memerlukan waktu beberapa jam sampai ke finis.
Meskipun tergolong kota kecil dengan luas wilayah 23 kilometer persegi, animo masyarakatnya terbilang luar biasa.
"Saya sengaja datang supaya bisa menyaksikan langsung 'event' Tour de Singakarak. Apalagi finisnya di Padang Panjang," kata salah seorang warga Febrianti.
Menyadari adanya interval waktu yang panjang, dan bermaksud menyemarakkan acara, pertunjukan pun ditampilkan untuk warga. Agar penonton tidak jenuh karena menunggu.
Ada banyak penampilan terutama yang berkaitan dengan seni tradisi Minangkabau di garis finis tersebut.
Mulai dari musik tradisi Minangkabau, beragam tari, pertunjukan Silek Tuo, dan lain-lain. Pada saat bersamaan juga tersuguh beragam kuliner tradisional.
"Tara tak, tum-tum, taratak, tararak, tum-tum....," gendang ditabuh, dan musik mulai dimainkan.
Perhatian penonton yang awalnya berdiri dan melihat-lihat ke arah datangnya pebalap, mulai teralihkan ke tengah jalan tempat hiburan digelar.
"Suguhan itu sebagai daya tarik tambahan bagi masyarakat untuk meramaikan 'event' tahunan ini," kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pariwisata Padang Panjang Medi Rosdian.
Sanggar Seni Anak Nagari Gunuang (Aguang), serta pelajar Thawalib sebagai eksekutor pertunjukan berkaitan dengan seni tradisional, menjalankan tugasnya dengan ciamik.
Mulai dari penampilan atraksi tambua, tari gurau salinduang, pasambahan, silek tuo gunuang, tari kipeh, tari sapu tangan, dan lainnya.
"Ada sekitar limapuluh orang yang terlibat dalam kegiatan kali ini, gabungan penari serta pemusiknya," kata pembina sanggar Asnimar.
Selain agenda TdS, sanggar tersebut juga telah sering tampil di sejumlah acara besar.
Beberapa koreografi yang ditampilkan sanggar, bahkan diangkat dari lingkungan dan sosial masyarakat di Kenagarian Gunuang.
"Sanggar ini secara misi juga untuk mewadahi kesenian pemuda nagari. Daripada nongkrong-nongkrong saja," kata pengajar di Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang.
Dalam deretan penampilan menjelang siang itu juga terdapat peragaan silek (silat) yang menarik perhatian penonton.
Salah satu peraga adalah Farhan Hidayat, laki-laki berusia 15 tahun yang kini duduk di bangku kelas tiga MTSS Thawalib Gunuang.
Ia bersama rekannya memperagakan gerak dengan lincah dan gesit, namun tidak kehilangan keindahan geraknya.
Meski sadar sedang tampil di hadapan ratusan orang serta sejumlah pejabat, ia mengaku tidak grogi sama sekali.
"Saya tidak grogi karena sebelumnya sudah beberapa kali tampil di beberapa acara. Saya mempelajari silek dari kelas 3 SD," katanya.
Sementara itu tak jauh dari lokasi pertunjukan, pada saat bersamaan juga tersuguh beberapa kuliner nan menggoda selera.
Beberapa di antaranya adalah perkedel jagung, lamang tapai, katupek kuah gulai, bubur hitam, dan lainnya.
Memasuki sekitar pukul 13.20 WIB, para penonton mulai kasak-kusuk, tepatnya saat panitia mengingatkan penonton menjauh dari lintasan karena pebalap akan segera finis.
Moncong kamera pun ikut bersiaga di pinggir jalan untuk mengabadikan momen kedatangan pebalap.
Tepuk tangan riuh menyambut kedatangan 94 pebalap. Mulai dari yang pertama hingga yang terakhir.
Banyak destinasi pemandangan alam yang menawan tersaji pada etape tiga. Seperti Kelok Sembilan, Lembah Harau, dan seterusnya sebelum berakhir di Kota Padang Panjang.
Pada bagian lain, baik pemeritah kota ataupun pemerintah provinsi berharap even tahunan tersebut semakin mengenalkan Indonesia khususnya Sumbar di mancanegara.
Sebelumnya Wakil Gubernur Sumatera Barat Nasrul Abit menilai ajang balap sepeda internasional berbalut pariwisata, Tour de Singkarak (TdS) bisa memberikan efek ekonomi langsung kepada masyarakat selain fungsi utamanya untuk promosi.
"Daerah yang menjadi tuan rumah baik sebagai lokasi start ataupun finish, bisa mendesain kegiatan pendukung dengan melibatkan UMKM sehingga dampaknya bisa langsung dirasakan masyarakat," kata Nasrul
Kegiatan seperti bazaar, pameran, pasar rakyat atau kegiatan-kegiatan lain yang bisa mengundang keramaian sangat tepat untuk mendukung Tour de Singkarak.
Kegiatan seperti itu selain bisa menggerakkan perekonomian, juga bisa meramaikan dan meningkatkan jumlah penonton kegiatan Tour de Singkarak 2019.
Fungsi promosi yang melekat pada kegiatan itu sejak mulai digelar 11 tahun lalu, pada akhirnya juga bertujuan untuk menggerakkan perekonomian masyarakat melalui sektor pariwisata.
Ada banyak destinasi yang bisa dipromosikan selama kegiatan berlangsung. Hal itu diharapkan bisa menjadi salah satu daya tarik sehingga wisatawan makin banyak berkunjung ke Sumbar.
Efek dominonya adalah menghidupkan banyak sektor yang bergantung pada pariwisata. Usaha transportasi, perhotelan, rumah makan, kerajinan hingga penganan untuk oleh-oleh akan mendapat dampak positif.
Namun karena promosi itu jangka panjang, hasilnya tidak bisa langsung dirasakan oleh masyarakat.
Nasrul mengatakan saat ini penonton TdS tercatat sebagai nomor lima terbanyak di dunia.
"Dan tahun ini wilayah yang dijangkau lebih besar hingga ke Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh," kata dia.
Ia menyampaikan untuk memperluas jangkauan jalur TdS pihaknya akan menyelenggarakan even tersebut hingga ke tingkat Sumatera.
Ia mengatakan pihaknya juga akan mempelajari pengembangan even balap sepeda yang dilaksanakan oleh Banyuwangi sehingga juga mendapatkan tingkat baik sekali.
Sekitar 180 atlet yang berasal dari 24 negara mengikuti 'event' balap sepeda bertaraf internasional Tour de Singkarak (TdS) yang dilaksanakan mulai 2 hingga 10 November 2019 terdiri atas sembilan etape dengan panjang rute 1.317 kilometer. (*)