Ini teknologi hijau pengolahan hasil pertanian yang digagas guru besar Unand

id teknologo hijau pertanian

Ini teknologi hijau pengolahan hasil pertanian yang digagas guru besar Unand

Guru besar Universitas Andalas (Unand) Padang Prof Novizar Nazir menyampaikan orasi ilmiah pada pengukuhan guru besar tetap dalam Ilmu Teknologi Hasil Pertanian dengan tema Aplikasi Life Cycle Thinking dalam Pengembangan Teknologi Hijau Pengelolaan Hasil Pertanian di Padang, Senin (29/4)   (ANTARA Sumbar/Ikhwan Wahyudi)

Padang, (ANTARA) - Guru besar Universitas Andalas (Unand) Padang Prof Novizar Nazir menggagas penerapan teknologi hijau pengolahan hasil pertanian sebagai upaya mengurangi emisi karbon.

"Selama ini sektor pertanian dan industri menyumbang emisi karbon paling besar, untuk itu perlu inisiatif pengembangan teknologi hijau," kata dia di Padang, Senin.

Ia menyampaikan hal itu pada orasi ilmiah pengukuhan guru besar tetap dalam Ilmu Teknologi Hasil Pertanian dengan tema Aplikasi Life Cycle Thinking dalam Pengembangan Teknologi Hijau Pengelolaan Hasil Pertanian.

Novizar memaparkan perubahan iklim dimulai dengan meningkatnya emisi karbon dan salah satu tantangan yang dihadapi saat ini adalah upaya bersama untuk menguranginya.

Ia mengemukakan salah satu pengembangan teknologi hijau dapat dilakukan dengan penerapan aplikasi life cycle thinking, yaitu cara berpikir yang mencakup konsekuensi ekonomi, lingkungan dan sosial dari suatu produk atau proses selama siklus hidupnya.

Ia menilai salah satu aplikasi life cycle thinking dalam pengolahan hasil pertanian adalah pengembangan biodiesel berbasis jarak pagar untuk mengurangi emisi karbon.

Biodiesel merupakan energi terbarukan berbasis pertanian yang bahan baku utamanya saat ini berasal dari minyak sawit, kata dia.

Akan tetapi karena ada isu lingkungan pada komoditas sawit maka tanaman pengganti potensial adalah jarak pagar, kata dia.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, katanya, produksi biodiesel dari jarak pagar lebih hijau daripada biodiesel minyak sawit.

Ia mengungkap dari setiap rantai nilai produksi biodiesel terlihat budi daya dan ekstraksi minyak kelapa sawit menghasilkan karbon lebih tinggi daripada jarak pagar.

Secara total, kata dia, emisi karbon biodiesel kelapa sawit hampir tiga kali lipat daripada jarak pagar.

Kemudian penerapan teknologi hijau juga dapat dipakai pada produk unggulan Sumatera Barat sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomis.

Produk tersebut mulai dari kopi, kakao, gambir, casia vera, nilam hingga produk pangan seperti rendang, keripik balado, galamai dan beras. (*)