Hanya satu nama yang dikirim Sumbar sebagai pahlawan nasional

id abdul gafar

Hanya satu nama yang dikirim Sumbar sebagai pahlawan nasional

Kepala Dinas Sosial Sumatera Barat Abdul Gafar. (ANTARA SUMBAR/Lestarysca)

Padang, (Antaranews Sumbar) - Pemerintah Provinsi Sumatera Barat hanya mengusulkan satu nama sebagai pahlawan nasional pada 2018 yaitu Rohana Kudus atau Roehana Koeddoes, kata Kepala Dinas Sosial setempat, Abdul Gafar.

"Syarat administrasi sudah terpenuhi. Selanjutnya Tim Peneliti, Pengkaji Gelar Pusat (TP2GP) akan turun langsung melihat bukti peninggalan beliau yang masih bermanfaat untuk masyarakat hingga saat ini," katanya di Padang, Rabu.

Proses pengkajian serta penelitian peran dan peninggalan Rohana Kudus itu rencananya dilakukan pada 19 Agustus 2018.

Peninggalan tokoh perempuan Minangkabau itu diantaranya sekolah Kerajinan Amai Setia (KAS) di Kotogadang, Kabupaten Agam yang didirikan 1911.

Sekolah tersebut sekarang dikelola Yayasan Amai Setia dan masih setia mendidik perempuan di bidang kerajinan tenun dan perak.

Selain itu peninggalan Rohana yang juga wartawan wanita pertama di Indonesia itu adalah tulisannya di beberapa surat kabar seperti "Soenting Melajoe".

"Kita akan persiapkan dokumen-dokumen pendukung yang dibutuhkan oleh TP2GP untuk penelitian dan pengkajian tokoh wanita yang luar biasa ini," ujarnya.

Pembina Organisasi Rohana Kudus Nevu Zuairina menyebutkan peran tokoh wanita tersebut sangat besar dalam perjuangan bangsa dan patut untuk dijadikan pahlawan nasional.

Upaya untuk pengusulan itu telah dilakukan diantaranya dengan menggelar seminar nasional tentang kiprah dan peran Rohana Kudus.

"Kami optimis beliau bisa menjadi satu dari sepuluh pahlawan nasional yang ditetapkan presiden pada 2018," katanya.

Sejarawan dari Universitas Andalas (Unand) Padang, Prof Gusti Asnan mengatakan Rohana Kudus sebagai salah satu pelopor pers Indonesia layak menjadi pahlawan nasional dari Minangkabau.

Jasa Rohana di antaranya mendirikan sekolah Kerajinan Amai Setia (KAS) di Kotogadang pada 1911, sekolah yang mendidik keahlian anak-anak perempuan ini merupakan tindak lanjut dari dideklarasikannya perkumpulan perempuan Kerajinan Amai Setia pada 11 Februari 1911 yang dipimpin Rohana.

Perempuan yang lahir di Koto Gadang, Kecamatan Ampekkoto pada 20 Desember 1884 itu hidup pada zaman yang sama dengan Kartini, saat itu akses perempuan untuk mendapat pendidikan yang baik sangat dibatasi.

Saat Belanda meningkatkan tekanan dan serangannya terhadap kaum pribumi, Rohana bahkan turut membantu pergerakan politik dengan tulisannya yang membakar semangat juang para pemuda.

Di dunia jurnalistik dimulai dari surat kabar Poetri Hindia pada 1908 di Batavia. Koran ini dianggap sebagai koran perempuan pertama di Indonesia.

Rohana dinilai sebagai perempuan Indonesia pertama yang secara sadar memerankan dirinya sebagai seorang jurnalis. Dia bersedia meliput berita sekaligus menulis untuk kemudian dikirimkan ke media massa. (*)