Tujuh titik panas terdeteksi di Riau

id Titik Panas

Tujuh titik panas terdeteksi di Riau

Ilustrasi - kebakaran hutan. (ANTARA FOTO)

Pekanbaru, (Antaranews Sumbar) - Satelit pada Jumat pagi mendeteksi ada tujuh titik panas atau hotspot, yang menjadi indikasi kebakaran hutan dan lahan, berada di Provinsi Riau.

"Paling banyak hotspot di Rokan Hilir sebanyak lima titik," kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, Sukisno, dalam pernyataan pers yang diterima Antara di Pekanbaru, Jumat.

Pendeteksian tersebut merupakan hasil pencitraan Satelit Terra & Aqua yang terakhir terpantau pada pukul 06.00 WIB. Jumlah hotspot mengalami sedikit peningkatan dibandingkan pencitraan satelit pada Kamis petang (15/3), yang saat itu terdeteksi tiga titik panas di Riau.

Selain di Rokan Hilir, hotspot juga terdeteksi masing-masing satu titik di Kabupaten Pelalawan dan Kepulauan Meranti.

Sukisno menjelaskan, dari pendeteksian tersebut menunjukkan ada tiga titik yang memiliki tingkat keakuratan di atas 70 persen. Ini artinya, lokasi tersebut terdapat titik api kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).

"Dua titik di Rohil, dan satu titik di Pelalawan," katanya.

Ia mengatakan masih ada peluang hujan dengan intensitas ringan pada pagi hari di sebagian wilayah Kabupaten Rohil, Kota Dumai, Inhil, dan Kepulauan Meranti. Kondisi ini berlanjut hingga siang hari.

Terhitung sejak 19 Februari hingga 31 Mei 2018, Riau sudah berada pada status Siaga Darurat Karhutla. Pemerintah Provinsi Riau menetapkan kondisi ini karena pada awal tahun 2018 terjadi peningkatan jumlah titik panas dan luas Karhutla yang sangat signifikan. Data terakhir Satgas Karhutla Riau menunjukkan luas lahan yang telah terbakar sejak 14 Januari mencapai sekitar 849,5 hektare (Ha).

Sebelumnya, Satuan Tugas Siaga Darurat Kebakaran Hutan dan Lahan Provinsi Riau memerintahkan agar penegakan hukum terhadap pelaku pembakar lahan jangan setengah-setengah untuk memunculkan efek jera.

"Kita semua tahu, kebakaran ini penyebabnya adalah ulah manusia. Karena itu, rekan Polri dan kejaksaan jangan segan dalam penegakan hukum agar ada efek jera," kata Komandan Satuan Tugas Siaga Darurat Kebakaran Hutan dan Lahan Provinsi Riau Kolonel Inf. Sonny Aprianto.

Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Riau Wan Thamrin Hasyim berharap ada sinergi yang dalam penegakan hukum antara kepolisian dan kejaksaan. Ia mengakui praktik tebas dan bakar (slash and burn) dalam pembukaan lahan, masih menjadi salah satu penyebab utama Karhutla Riau banyak terjadi lagi pada tahun ini, setelah pada dua tahun sebelumnya relatif sangat rendah.

Akibatnya, aktivitas pembakaran itu berdampak buruk karena dilakukan dilahan gambut yang mudah menyebar saat musim kemarau dan sulit dipadamkan dengan cara yang biasa.

"Yang paling mudah adalah dengan dibakar, bermodal korek api saja sudah terbakar (lahan)," katanya.