Padang, (Antaranews Sumbar) - Dinas Pertanian Kota Padang, Sumatera Barat berupaya mencegah alih fungsi lahan pertanian untuk kepentingan lain oleh masyarakat di daerah setempat, melalui program Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (PLP2B).
"Untuk melaksanakan program PLP2B itu kami sudah mulai melakukan survei terhadap petani di lapangan, ini untuk mengumpulkan data serta membuat pemetaan lahan," kata Kepala Dinas Pertanian Padang Syaiful Bahri di Padang, Kamis.
Karena, katanya, program PLP2B dijalankan dengan cara pembuatan komitmen antara petani pemilik lahan dengan pemerintah. Dengan perjanjian tidak akan mengalihkan lahan yang ada.
"Dari survei ini akan ditemukan berapa petani yang sepakat dengan program, setelah itu dibuat pemetaannya," jelasnya.
Dikarenakan setiap petani yang mengikuti program akan mendapatkan imbal balik, atas komitmennya mempertahankan lahan.
Imbal balik yang akan didapatkan oleh petani itu berupa bantuan pupuk, bibit, alat pertanian, dan lain-lain.
Ia menargetkan pelaksanaan survei serta pemetaan itu dapat selesai pada November 2018.
Saat ini di Padang tercatat lahan sawah seluas seluas 6.474 hektare, dengan indeks panen (IP) 2,5 hingga 2,6.
"Pada pertengahan 2019 diharapkan program ini sudah diajukan ke Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), untuk dijadikan Perda," katanya.
Program itu adalah upaya untuk mewujudkan kemandirian pangan, secara nasional telah diatur oleh Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.
Berdasarkan data yang ada di Padang saat ini tercatat sebanyak 115 ribu petani, yang terdiri dari petani pemilik sebanyak 45 ribu orang, dan petani penggarap 70 ribu orang.
Pemkot Padang juga akan membuka lahan sebesar 25 hektare untuk jenis padi gogo (tanaman yang diusahankan di lahan kering), dan 25 hektare untuk padi rawa.
"Pembukaan lahan ini diharap bisa mendongkrak jumlah produksi, bantuan bibit sudah ada dari pemerintah pusat," jelasnya
Kedua jenis tanaman padi itu merupakan alternatif dengan mempertimbangkan keadaan geografis daerah setempat, yang 70 persennya terdiri dari hutan. (*)