Produksi ikan tangkap Pariaman 2020 capai 6.218,5 ton

id Citrha Aditur Bahri,perikanan tangkap pariaman,berita pariaman,pariaman terkini,berita sumbar

Produksi ikan tangkap Pariaman 2020 capai 6.218,5 ton

Kepala Bidang Kelautan dan Perikanan, Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Kota Pariaman Citrha Aditur Bahri. (Antara Sumbar/Aadiaat M.S)

Pariaman, (ANTARA) - Produksi ikan tangkap Kota Pariaman, Sumatera Barat pada 2020 mencapai 6.218,5 ton atau meningkat 205 ton dari 2019 yang hanya 6.013,5 ton.

"Peningkatan itu seiring bertambahnya jumlah kapal yang dimiliki nelayan serta bantuan kapal dan alat tangkap yang diberikan pemerintah kepada nelayan," kata Kepala Bidang Kelautan dan Perikanan, Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Kota Pariaman, Citrha Aditur Bahri di Pariaman, Senin.

Ia menyebutkan sekitar 2013 jumlah bagan di Pariaman hanya berjumlah tiga unit namun sekarang sudah mencapai 12 unit yang dimiliki oleh nelayan di daerah itu.

Selain itu pada 2013 jumlah kapal tonda di Pariaman hanya berjumlah tiga unit namun sekarang jumlahnya telah mencapai 16 unit.

Ia mengatakan peningkatan jumlah bagan tersebut terjadi semenjak 2018 yang hal tersebut menurutnya terjadi karena pengurusan izin yang dinilai mulai dipermudah.

"Nelayan selama ini kan terkendala perizinan, sekarang sudah bisa melalui aplikasi sehingga tidak perlu mengurus ke Jakarta," katanya.

Ia menyebutkan jenis ikan yang ditangkap oleh nelayan di Pariaman yaitu di antaranya dari ikan tongkol krai, tongkol lisong, tenggiri, dan serai.

Menurutnya produksi ikan tangkap di Pariaman sudah maksimal karena melihat kapal dan alat tangkap yang digunakan, serta sumber daya manusia nelayannya.

Ia menyampaikan Pemerintah Kota Pariaman dan pemerintah pusat telah membantu memberikan bantuan berupa kapal dan alat tangkap sebagai upaya modernisasi alat tangkap ikan nelayan di daerah itu.

Namun, lanjutnya hal tersebut belum bisa meningkatkan produksi ikan tangkap secara signifikan karena bantuan yang diberikan sesuai dengan kemampuan nelayan di Pariaman.

"Jika diberikan bantuan lebih modern maka tentu nelayan akan kesulitan modal dan tidak sesuai dengan pola pikir mereka yang harus menangkap ikan berhari-hari di lautan," tambahnya. (*)