Pengamat: Perguruan Tinggi Kurang Hasilkan Lulusan Yang Kritis

id Perguruan Tinggi, Lulusan, Kritis

Padang, (Antara Sumbar) - Pengamat pendidikan Universitas Negeri Padang (UNP) Sumatera Barat (Sumbar), Dr Erianjoni menilai perguruan tinggi yang ada di Indonesia masih kurang dalam menghasilkan lulusan yang kritis.

"Ini disebabkan karena ada gejala semacam kapitalisme di perguruan tinggi saat ini," katanya di Padang, Senin.

Ia menjelaskan cara kerja perguruan tinggi yang kapitalis mengakibatkan terjadi budaya pragmatis dan instan di dalam lingkungan kampus.

Menurutnya ini menyebabkan mahasiswa saat menuntut ilmu di perguruan tinggi hanya fokus berkuliah, masuk mengikuti pembelajaran, memenuhi prosedur yang ada, dengan harapan cepat di wisuda.

"Karena mahasiswa belajar dalam proses yang linear inilah yang menyebabkan daya kekritisan lulusan yang sangat rendah," tambah dia.

Hal ini terjadi karena biaya pendidikan di perguruan tinggi yang mahal sehingga tujuan utama mahasiswa banyak yang hanya ingin cepat lulus tanpa memikirkan kompetensi lain pada dirinya yang harus dikembangkan.

Ia mengemukakan selain daya kritis mahasiswa dibelenggu oleh sistem yang prosedural tersebut, mahasiswa juga diikat oleh standarisasi yang kaku karena kampus terjebak oleh target rangkingnisasi seperti pencapaian akreditasi perguruan tinggi, reputasi riset dan pengabdian yang hanya menjalankan prosedural yang dibuat oleh lembaga independen.

"Perguruan tinggi sekarang ibaratnya mengejar pontent dari content yang ada," tegas dia.

Selain itu, iklim akademis yang monoton menyebabkan hal tersebut berimplikasi pada semangat akademik percepatan lulusan sehingga kejujuran ilmiah digadaikan.

Ia mencontohkan seperti maraknya fenomena plagiat dikalangan mahasiswa atau dosen belakangan ini sehingga hal tersebut memerparah kualitas dan melanggengkan kultur akademis instan.

Ia mengharapkan agar mahasiswa yang menuntut ilmu di perguruan tinggi harus banyak melakukan kegiatan ilmiah, seperti mengikuti seminar, diskusi, permanfaatan labor dan perpustakaan, mempelajari artikel dan penelitian terbaru.

Selain itu, pintar membagi waktu untuk mengikuti kegiatan organisasi di lingkungan kampus juga diperlukan untuk memperluas wawasan mahasiswa dan dapat melatih untuk mampu bersifat kritis.

"Ini penting untuk menanamkan jiwa yang kritis pada diri mahasiswa nantinya setelah lulus," katanya. (*)