Jumat, 7 November 2014 menjadi hari yang teramat berat dalam hidup Syamsul Bahri. Pria yang saat itu bekerja sebagai "office boy" (OB) di Packing Plant Semen Padang Teluk Bayur mengalami kecelakaan lalu lintas setelah pulang kerja, di kawasan Jalan Khatib Sulaiman Padang.
Pada saat itu ia berboncengan dengan motor bersama temannya, dan tidak tahu persis tabrakan terjadi. Usai kecelakaan ia sempat koma selama 18 jam di rumah sakit. Bangun dari koma, langsung dihadapkan dengan surat dokter untuk persetujuan amputasi kaki kirinya.
"Mungkin semua orang pasti akan mengalami 'shock' dan depresi berat untuk menerima kenyataan ini. Kenapa tidak, setiap orang akan berpikir setelah diamputasi akan menjadi apa nantinya," kenang pria yang sejak muda aktif di organisasi pecinta alam, pramuka, dan silat tradisi.
Namun keyakinannya yang kuat pada takdir Ilahi, membuatnya menerima kenyataan pahit itu dengan lapang dada. Ia menandatangani surat amputasi dari dokter.
Keputusan tersebut tidak diterima keluarga. Ia pun menjalani pengobatan yang tidak pasti ke sana dan kemari dengan berbagai macam alternatif hampir enam bulan lamanya.
Upaya itu tidak jua membuahkan hasil, dan dokter rumah sakit sempat "memvonis" karyawan Unit Pembelian Koperasi Keluarga Besar (KKSP) Semen Padang itu hanya berumur satu minggu sejak mulai kritis.
"Saya pasrah setelah mendengar informasi tersebut. Akhirnya saya dibawa keluarga pulang ke rumah dan dirawat selama 1 bulan dan kembali lagi ke Rumah Sakit Umum Pusat M Djamil Padang menjalani perawatan medis dan baru diamputasi.
"Setelah diamputasi saya sudah bisa diperbolehkan pulang, saya menjalani perawatan di rumah," ungkap Syamsul.
Tahun 2015, ia resmi menjadi penyandang disabilitas. Waktu terus berjalan berbagai hal ditemukan dan dilakoni sebagai penyandang disabilitas. Diawali membangun rasa percaya diri, ia berjuang untuk kembali ke masyarakat. Ia membiasakan diri untuk tampil apa adanya di tengah banyaknya orang.
Suatu hari ia meminta orang tuanya untuk mengantarkan ke Lapangan Imam Bonjol Padang guna menyegarkan diri. Pada saat itu ia duduk di atas kursi roda dan ia memakai jasa taksi untuk berangkat ke sana.
Di tengah perjalanan ia merasakan sebuah kepuasan dalam batin bagaikan orang yang terlepas dari penjara karena berbulan-bulan diisolasi di rumah sakit. Di tengah taman ia duduk memerhatikan lalu lalang banyaknya orang.
Di taman itu, ia ditemani adik perempuannya. Pada saat itu pula ia bertemu dengan sahabat adiknya. Kepada sahabat sang adik Syamsul Bahri bercerita tentang apa yang dialami. Tidak disangka-sangka perasaan iba datang dari teman adiknya tersebut.
"Saya diberi sejumlah uang sebagai rasa simpati, dan saya pun kaget, karena dalam hidup saya tidak ada keinginan untuk meminta-minta, dan saya pun menolaknya. Tapi mereka tetap memberikannya kepada adik saya, ya akhirnya saya mengucapkan terima kasih, karena ini rezeki yang Allah berikan untuk saya pada saat itu," ucapnya.
Inilah awal dari sebuah kehidupan saya sebagai penyandang disabilitas, menyesuaikan mental dan perasaan sebagai orang yang memiliki kekurangan. Apalagi selama ini saya sangat aktif di berbagai bidang, tuturnya.
Di balik derita yang dialaminya kehilangan kaki kiri, Syamsul mendapat banyak berkah dari Allah. "Saya tidak pernah membayangkan, setelah diamputasi tetap diterima bekerja di KKSP," ungkapnya.
Sebelum memakai kaki palsu, Syamsul dibantu suami adik perempuannya untuk masuk kantor dan keluar kantor. Namun beriring waktu, ia bisa mandiri tanpa harus berjalan dan bergantung lagi sama orang lain.
Syamsul Bahri dipindahkan ke bagian personalia di KKSP. Ia menjalani aktivitas sebagai orang kantoran di KKSP dengan memakai kaki palsu setelah mendapatkan bantuan kaki palsu dari Rumah Sakit Semen Padang.
Ke Australia
Berkah yang didapat Syamsul Bahri seakan tidak putus-putusnya. Ia dua kali mendapat beasiswa ke negeri Kangguru, Australia. Pada tahun 2015, ia meraih beasiswa dari Australia Award Fellowship, untuk mengikuti pendidikan singkat pemberdayaan perempuan dan penyandang disabilitas dalam pengembangan studi kewirausahaan.
Pada 14 - 31 Januari 2016, ia kembali mendapatkan beasiswa di Austalia Award Indonesia, untuk mengikuti kursus singkat "Organizational Leadership and Management Practices for Disabled People's Organizations Short Term Awards".
"Alhamdulillah, ini adalah kesempatan luar biasa bagi karyawan APLP dari KKSP, mendapatkan kesempatan untuk bisa menambah wawasan dan ilmu pengetahuan di bidang manajemen, dengan program kursus studi singkat Australia award," tutur Syamsul.
Latar belakang Syamsul bisa meraih beasiswa itu diawali keterlibatannya di "National Paralympic Committee" (NPC) Sumatera Barat sebagai Ketua Umum. NPC merupakan organisasi induk olahraga disabilitas.
Ia diajak ikut NPC oleh almarhum Rizali Darma yang juga merupakan karyawan PT Semen Padang. Pada saat itu almarhum meminta Syamsul menjadi sekretaris di NPC Provinsi Sumatera Barat.
Pada kesempatan yang sama Syamsul juga aktif di organisasi penyandang disabilitas, Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) Kota Padang. Dalam jabatan sebagai Wakil Sekretaris PPDI Kota Padang, Syamsul dan para pengurus aktif dalam memberikan advokasi, dan melindungi hak-hak para penyandang disabilitas.
"Saya diminta untuk menjadi Wakil Sekretaris PPDI Kota Padang selama tiga tahun belakangan , dan telah berperan aktif di lingkungan PPDI Kota Padang, berbagai kegiatan yang telah saya jalani bersama-sama dengan teman-teman penyandang disabilitas yang ada di Kota Padang dan Provinsi Sumatera Barat," katanya.
Sekretaris PPDI Kota Padang dijabat Antony Tsaputra PhD, yang merupakan penggerak dari seluruh kegiatan PPDI di Kota Padang dan Sumatera Barat. Antoni Tsaputra PhD merupakan salah seorang penyandang disabilitas yang mendapatkan beasiswa pendidikan S3 di Kota Sydney, Autralia.
Dari Antoni Tsaputra, Syamsul mendapat informasi ada beasiswa untuk kursus singkat di Australia, dan ia bersama 14 orang lainnya dari Sumbar mendaftarkan diri ke Australia Award Indonesia. Dari jumlah itu, yang lulus tiga orang, yakni Syamsul, Ilham Akerda Edyyul (Bendahara PPDI Kota Padang) yang bekerja sebagai guru pendidikan khusus di SMP 23 Padang (non-disabilitas), dan Notri Lidia (Sekretaris NPC Kabupaten Solok) yang bekerja di Pengadilan Agama Kabupaten Solok (disabilitas polio pakai kursi roda).
Pada kursus singkat kedua di Australia ini, Syamsul mempelajari kepemimpinan kelembagaan dan manajemen proyek untuk organisasi penyandang disabilitas. Kursus studi singkat ini bertujuan menciptakan para pemimpin muda yang mampu mengerahkan kecakapan-kecakapan di bidang kepemimpinan, dan manajemen dan pengembangan organisasi.
Disamping itu, program ini bertujuan mendorong para peserta agar menerapkan pengetahuan, sikap, dan kecakapan dalam mengadakan perubahan positif serta sumber daya manusia dalam profesi dan komunitas penyandang disabilitas di Indonesia. Kursus singkat ini diselenggarakan di Universitas Sydney yang diprakarsai Direktur Pusat Asia Tenggara Sydney (SSEAC), Profesor Michele Ford, dengan peserta berjumlah 24 orang dari seluruh Indonesia.
Bagi Syamsul Bahri, hasil kursus di Australia itu telah diaplikasikannya di tempat kerja, unit pembelian KKSP. Ilmu kepemimpinan misalnya, ia menjadi paham bagaimana mengelola pekerjaan sebaik mungkin mulai dari manajemen waktu, manajemen strategi dan bagaimana cara menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan pekerjaan, serta perencanaan-perencanaan terhadap pengelolaan pekerjaan di masa yang akan datang.
Ilmu perencanaan anggaran, ia bisa bisa menerapkan bagaimana membuat perencanaan terhadap kebutuhan unit di tempatnya bekerja, terutama strategi dalam meminimalkan biaya-biaya yang ditimbulkan di tempat kerja.
Ilmu manajemen proyek, ia terapkan dengan membangun kerja sama dengan perusahaan-perusahaan produsen guna memenuhi kebutuhan yang diperlukan induk perusahaan dalam hal ini adalah PT Semen Padang, dengan metode komunikasi yang efektif dan efisien dalam membangun kerja sama.
"Banyak hal yang bisa dikaitkan dengan kerja saya, secara otomatis ilmu yang telah saya peroleh selama dua minggu di Australia, bisa dijadikan rekomendasi untuk membangun kapasitas staf yang ada di lingkungan kerja saya terutama dalam membangun kapasitas SDM dalam ruang lingkup yang kecil dulu," katanya.
Kagumi Bung Hatta
Syamsul Bahri lahir di Bukittinggi, pada 8 November 1978. Pemilik tinggi badan 160 centimeter dan berat 55 kilogram itu merupakan sosok pengagum bapak bangsa Bung Hatta.
"Bung Hatta meninggalkan teladan besar, yaitu sikap mendahulukan orang lain, sikap menahan diri, bersahaja, dan membatasi konsumsi pada kemampuan yang ada. Kalau belum mampu, harus berdisiplin tidak bergantung pada orang lain dan juga tidak korup," kata Syamsul.
Syamsul menempuh pendidikan formal, di TK Gajah Tongga Kota Bukittinggi (1982-1983), SD 16 Anduring Padang (1983-1991), SMP Negeri 10 Padang (1991-1994), dan SMK Negeri 2 Padang (1994-1997). Setelah tamat SMK, ia melanjutkannya dengan mengikuri kursus komputer di 1 di Modern College Padang.
Syamsul dulu bercita-cita ingin menjadi dokter. Namun faktor ekonomi membuatnya urung menjadi dokter. "Cita-cita tersebut tinggal angan-angan, tetapi saya menyadari ada hal yang lebih baik dari pada apa yang saya cita-citakan yang terpenting hidup saya bisa bermanfaat bagi orang banyak dari apa yang saya punya," katanya.
Namun niatnya untuk mengubah nasib dan mencapai prestasi tinggi tidak pernah padam. Salah satu impiannya adalah, bagaimana menaikkan derajat orang tua.
"Ayah saya seorang penjaga sekolah. Di sekolah, banyak yang memandang rendah beliau. Namun sejak saya mendapatkan undangan mengikuti pertukaran budaya dengan Jepang pada 2001, di situ saya melihat perubahan yang sangat drastis, karena mereka memahami keberhasilan ayah saya dalam mendidik anak sehingga sampai berprestasi. Hal itu membuat ayah saya dihargai di sekolah," kata Syamsul.
Selain peran orang tua yang selalu memberi semangat, Syamsul Bahri juga mendapat dukungan dari General Manager KKSP, Novinaldi dan Manager KKSP, Amizar.
"Mereka selalu memberikan dukungan kepada kami untuk mengikuti kegiatan pengembangan SDM dan berorganisasi. Ini menjadi faktor penting kami bisa aktif dalam berbagai kegiatan organisasi, termasuk menuntut ilmu ke negeri Kangguru, Australia," ujar Syamsul yang bekerja di KKSP sejak tahun 2000.
GM KKSP Novinaldi mengatakan, meski memiliki keterbatasan fisik, namun tidak menghalangi Syamsul Bahri untuk memberikan kinerja terbaik untuk perusahaan. "Kami di KKSP memberikan tugas yang sesuai kondisi Syamsul, artinya pekerjaan yang tidak banyak menguras fisik. Hasilnya, kinerja Syamsul cukup baik," kata Novinaldi.
Di sisi lain, kata Novinaldi, pihaknya juga memberi keleluasaan kepada Syamsul untuk berorganisasi. Namun Syamsul disarankan untuk pandai membagi waktu, agar tidak sakit. "Jangan terlalu memforsir tenaga, karena akan berdampak pada kesehatan," pesan Novinaldi. (*)