2.000 Pulau Indonesia Diprediksi Hilang 2050

id Pulau, Indonesia, Hilang

Makassar, (AntaraSumbar) - Sekitar 2.000 pulau yang berada di Wilayah Indonesia diprediksi hilang atau tenggelam pada 2050 akibat naiknya permukaan laut dikarenakan efek rumah kaca yang berdampak pada perubahan iklim.

"Diprediksi sebanyak dua ribu pulau yang ada di Indonesia akan tenggelam pada 2050 akibat naiknya permukaan laut," kata Staf Ahli Menteri Bidang Kebijakan Publik Kementerian Perikanan dan Kelautan, Achmad Poernomo di Makassar, Selasa.

Ia menjelaskan jika itu terjadi maka sebanyak 42 juta jiwa masyarakat Indonesia akan kehilangan tempat tinggal. Ini tentu harus menjadi perhatian serius bagi seluruh pihak untuk mengantisipasi kemungkinan tersebut.

Sejauh ini, kata dia, memang sekitar 42 juta jiwa yang menetap di dekat laut. Mereka tinggal diberbagai pulau di beberapa provinsi di Indonesia.

"Masyarakat yang tinggal di pesisir juga akan kehilangan tempat tinggal. Ini tentunya menjadi salah ancaman nyata," ujarnya dalam acara pelantikan rakernas Dewan Pengurus Pusat Forum Pemuda Bahari Indoensia (PP FPBI) di Gedung Mulo Makassar, Sulsel.

Sementara itu, pihaknya juga mengakui ada beberapa hal yang menjadi tantangan pihaknya kedepan. Bukan hanya masalah perubahan iklim dan naiknya permukaan air laut, namun juga masalah 'illegal fishing', pengelolaan perikanan yang belum maksimal yang tentu harus dicarikan solusi terbaik.

"Untuk itu dengan keberadaan FPBI ini kita harapkan bisa ikut memberikan kontribusi atas kondisi yang terjadi. Kami juga bersyukur sekarang ini sudah ada satgas illegal fishing yang terbentuk untuk mengatasi masalah pencurian ikan di laut Indonesia," ujarnya.

Sementara terkait masalah kesejahteraan nelayan di Indonesia, dirinya mengakui memang masih belum menguntungkan. Masih banyak nelayan di Indonesia yang berada di garis kemiskinan dan itu juga menjadi perhatian dan tantangan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).

"Ada tiga hal yang membuat masyarakat nelayan belum mampu sejahtera seperti masalah struktural, kultural dan nonsubtural," jelasnya. (*)