Cuaca di Jumat pagi (11/1) itu nampak begitu cerah di Jorong (dusun) V Pertemuan, Nagari (desa adat) Muaro Sungai Lolo, Kecamatan Mapattunggul Selatan, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat. Indahnya hari juga terlihat jelas pada lugu wajah anak-anak yang berada pada salah satu kawasan terpencil di kaki Bukit Barisan yang terhampar panjang di Pulau Sumatera.
Belajar sambil bermain bersama teman-teman di SD 07 Batang Timbulan yang merupakan satu-satunya lembaga pendidikan yang ada di kawasan tersebut menjadi langkah yang baik bagi anak-anak dalam menuntut ilmu pengetahuan untuk mengukir masa depan yang lebih cerah.
Namun, impian indah anak-anak di Jorong V Pertemuan juga banyak yang kandas di tengah jalan terutama pada saat himpitan permasalahan perekonomian yang dirasakan masyarakat setempat dan membuat putra-putri mereka banyak yang putus sekolah.
"Meskipun masyarakat di sini juga mendapatkan berbagai fasilitas dan bantuan dari program pemerintah, namun masih terasa kurang optimal karena kondisi daerah yang jauh dari pusat keramaian dan butuh penanganan khusus," kata salah seorang guru SD 07 Batang Timbulan, Inasril.
Bagi warga yang bermukim di Jorong V Pertemuan, hidup sebagai petani gambir dan karet sudah menjadi rutinitas harian dan merupakan warisan turun temurun dari leluhur mereka.
Jumat, adalah hari dimana masyarakat memanfaatkannya untuk berkumpul barang sejenak bersama keluarga yang ditinggalkan selama mencari nafkah di dalam hutan sekitar satu hingga dua jam perjalanan mendaki bukit dari perkampungan.
Pada hari itu masyarakat pulang dari ladang membawa hasil panen selama satu atau dua minggu untuk dijual kepada para pedagang pengumpul yang datang dari daerah tetangga seperti Kecamatan Kapur IX Kabupaten Limapuluh Kota.
Disamping itu, kesempatan pada hari tersebut juga dimanfaatkan masyarakat untuk membeli perbekalan yang hendak dibawa kembali ke ladang sekedar mencukupi hingga datangnya hari yang sama di minggu berikutnya.
"Selesai melaksanakan ibadah shalat Jumat sebagian masyarakat kembali berangkat ke ladang melakukan rutinitas seperti biasanya," ujar tenaga guru honorer ini.
Salah seorang tokoh masyarakat setempat Idris Dt. Bagindo Bosar, menyebutkan, perkampungan yang sudah ada lebih dari 150 tahun tersebut masih kental dengan adat Minang yang berasas "Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah".
Saat ini, masih ada lima rumah adat Minangkabau (rumah Bagonjong) yang merupakan milik masing-masing lima pasukuan (suku) yang berasal dari kerajaan Minangkabau di Pagaruyuang, Batusangkar, Kabupaten Tanahdatar.
Lima suku yang ada disana diantaranya Pitopang, Malayu, Piliang Datuak Mudo, Piliang Malangik dan Piliang Sutan Panghulu.
Salah satu dari lima rumah adat tersebut masih dihuni hingga saat ini oleh keturunan suku piliang datuak mudo meski kondisinya sudah lapuk. Sementara yang lainnya sudah tidak bisa dihuni karena rusak berat dan tidak terawat.
Daerah paling terpencil di Kabupaten Pasaman tersebut saat ini dihuni sekitar 800 jiwa yang terdiri atas 175 kepala keluarga.
Untuk mencapai perkampungan itu membutuhkan perjalanan sekitar 117 kilometer atau selama 6 jam naik mobil dari pusat ibukota Kabupaten Pasaman, Lubuk Sikaping, jika cuaca bagus ditambah 2 jam naik boot (sampan mesin tempel) dari kawasan jorong tetangga yakni jorong I Muaro, Nagari Sungai Lolo.
Tidak sembarangan mobil yang bisa sampai ke Nagari Sungai Lolo ini, terutama dari kawasan Tapus Kecamatan Padang Gelugur. Apalagi kondisi cuaca sedang musim hujan. Hanya kendaraan tertentu yang bisa sampai kesana seperti motor dan mobil yang memiliki "double gardan".
Sesampai di Jorong I Muaro, dengan membayar biaya sewa satu unit boot sebanyak Rp600.000, maka para penumpang bisa diantar langsung oleh "tekong boot" ke kawasan Jorong V Pertemuan tersebut selama sekitar dua jam penelusuran lewat sungai mengaliri kawasan itu dan bermuara di Provinsi Riau.
"Lamanya memakan waktu dalam perjalanan untuk mencapai kawasan ini disebabkan karena akses jalan yang belum begitu bagus. Masih banyak jalan tanah, namun secara bertahap Pemkab setempat sudah mulai untuk memperbaikinya," ujar pucuk adat daerah terpencil tersebut.
Kondisi ini membuat masyarakat di sana jarang keluar dari kampung halamannya untuk sekedar refreshing sambil memantau perkembangan kekinian yang terjadi di daerah lain.
Maklum, selain sulit akses jalan, perkampungan ini juga sulit dijumpai signal telepon untuk bertelekomunikasi dengan masyarakat lain. satu-satunya alat komunikasi di sana menggunakan telepon ceria dengan operator dari Provinsi Riau dan hanya ada di rumah kepala jorong terkait.
"Bahkan diantara sekian banyak warga disana juga ada yang hingga puluhan tahun tidak pernah keluar dari perkampuangan itu untuk bergaul dengan masyarakat lain." ujarnya.
Butuh Perhatian Khusus
Menikmati berbagai fasilitas dan program pemerintah sudah menjadi impian bagi setiap masyarakat. Tidak terkecuali bagi warga yang berada pada kawasan terpencil seperti di Jorong V Pertemuan ini.
Salah satu yang menjadi impian besar dalam hidup masyarakat di sini adalah mendapatkan pendidikan yang layak bagi anak-anak mereka seperti halnya yang dirasakan oleh penduduk di daerah lain pada umumnya.
Buat mereka, putra-putri yang terdidik akan menjadi cikal-bakal perubahan untuk menuju generasi yang cerdas sehingga kelak memiliki peruntungan berbeda dengan orang tuanya yang menghabiskan masa hidup dalam hutan.
Tak ayal, setiap ada program pendidikan yang dicanangkan pemerintah membuat masyarakat setempat berharap dapat berlaku sama dengan daerah lainnya.
Namun, kesulitan akses untuk menuju kesana dari pusat ibukota Kabupaten Pasaman, Lubuk Sikaping, membuat masyarakat belum bisa menikmati setiap program yang ada dengan seutuhnya.
"Situasi dan kondisi kami di sini berbeda dengan masyarakat di daerah tetangga, sehingga diharapkan ada perhatian dan kebijakan khusus agar berbagai fasilitas yang disediakan juga dapat dirasakan penuh oleh masyarakat," tutur salah seorang tokoh masyarakat lainnya Rilmanto.
Menurut guru pada satu-satunya instansi pendidikan yang berada daerah itu, sulitnya ekonomi masyarakat kerap menjadi alasan utama terhadap rendahnya pendidikan sehingga banyak anak-anak yang putus sekolah dan menyambung hidup seperti yang dilakukan oleh orang tua mereka.
Ia mengakui bahwasannya pemerintah telah melakukan berbagai upaya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat termasuk bidang pendidikan.
Pada 2010, SD 07 Batang Timbulan diberikan bantuan bangunan untuk dua kelas dan satu ruangan kantor dengan konstruksi bangunan permanen.
Dengan begitu, masih ada empat ruang belajar lainnya sekolah yang memiliki 102 siswa tersebut dengan kondisi bangunan lumayan tua dan konstruksi semi permanen.
Untuk biaya mendirikan bangunan permanen di sana memang cukup mahal. Satu karung semen saja hingga terpaksa menghabiskan biaya sekitar Rp130.000.
Saat ini ada sebanyak enam guru PNS yang mengajar di sana plus tiga orang tenaga honorer yang terus mendampingi para siswa.
"Walaupun demikian, masyarakat masih membutuhkan perhatian khusus dan ada sedikit kelonggaran dibanding daerah lainnya," ujarnya.
Kondisi tersebut sangat dirasakan masyarakat di saat putra-putri mereka yang mendapatkan bantuan beasiswa pendidikan bagi kalangan kurang mampu.
Menurut dia, banyak diantara siswa yang di sekolah tempat dia mengajar yang mendapatkan beasiswa miskin. Namun masyarakat tidak dapat memanfaatkannya karena persyaratan proses pencairannya yang tidak bisa diwakilkan kepada orang lain, terutama para guru yang mengajar diasa.
Sementara jumlah yang akan diterima tidak sebanding dengan biaya ongkos yang harus dikeluarkan untuk datang ke Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Daerah Pasaman yang berada di Lubuk Sikaping.
"Jika masyarakat hendak pergi ke Lubuk Sikaping terpaksa harus menyediakan ongkos untuk pulang dan pergi sekitar Rp1.000.000," tambahnya.
Untuk itu, masyarakat disana meminta untuk diberikan pengecualian dalam hal ini sehingga bantuan tersebut bisa saja dikirimkan lewat orang lain seperti para guru di sekolah bersangkutan disaat mereka sedang melakukan perjalanan ke Lubuk Sikaping.
Upaya Pemerintah
Pemerintah Kabupaten Pasaman tengah memperioritaskan untuk menangani tiga pilar utama dalam mencapai visi dan misi daerah dalam menjadikan "Kabupaten Pasaman yang maju dan berkeadilan".
Bupati Pasaman Benny Utama, mengatakan, ketiga unsur yang dimaksud diantaranya sektor pendidikan, kesehatan dan disusul dengan peningkatan pada perekonomian masyarakat.
Menurut Bupati, khusus untuk sektor pendidikan menjadi pilar yang paling utama yang mesti dibangun agar seluruh masyarakat yang berada di Pasaman tanpa terkecuali lebih pintar sehingga mampu untuk menciptakan hal baru yang mengarah pada perkembangan di semua lini.
Saat ini pemerintah setempat mendorong masyarakat terutama kalangan siswa untuk terus dibimbing agar dapat mengecap dunia pendidikan bahkan hingga ke Perguruan Tinggi favorit yang ada di seluruh tanah air.
Dengan begitu, pemkab memberikan bimbingan belajar gratis yang dimulai pada tahun ini serta menggagas untuk program wajib belajar 12 tahun bagi seluruh siswa agar lebih matang serta memiliki ilmu pengetahuan yang lebih luas.
Disamping itu, pemerintah setempat juga terus mengupayakan untuk melengkapi fasilitas dan infrastruktur dunia pendidikan seperti pembangunan sekolah disetiap Kecamatan.
Pada tahun ini, akan dibangun dua sekolah tingkat SMA yang berada di Kecamatan Rao Utara dan Mapattunggul Selatan dalam meningkatkan derajat pendidikan masyarakat.
Dalam pendirian dua unit sekolah tersebut akan didukung melalui pendanaan yang dianggarkan melalui dana APBD Pasaman dan APBN hingga Rp2 miliar lebih.
Untuk USB SMA Negeri 1 Rao Utara akan didirikan akan didirikan dengan konstruksi tiga kelas belajar serta masing-masing satu unit untuk kantor, labor bahasa, labor fisika dengan pagu dana sebesar Rp1,5 miliar bersumber dari dana block grant APBN Perubahan.
Sementara SMA di Kecamatan Mapattunggul Selatan, disediakan dana sebesar Rp650 juta yang bersumber dari APBD dengan rincian konstruksi pembangunan untuk tiga ruang kelas belajar ditambah satu kantor.
"Dengan didirikannya pembangunan ini diharapkan dapat membantu masyarakat dalam meringankan beban untuk menyekolahkan anak-anaknya," ujar Bupati.
Disamping itu, dalam mendukung meningkatnya pendidikan siswa, terutama pada daerah terpencil seperti di Kecamatan Mapattunggul Selatan, pemkab juga tengah melakukan penataan terhadap akses jalan dan jembatan.
Bupati juga telah meminta Kepala Bappeda dan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) untuk melakukan pendataan terhadap seluruh jalan jorong pada 32 nagari yang ada di Pasaman untuk bisa diperbaiki.
"Pendataan jalan jorong ini penting dilakukan menyusul mulai tahun depan kita menargetkan setiap jorong memiliki jalan yang layak dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat," kata Bupati.
Dengan begitu, pada saat berakhirnya jabatan Bupati periode sekarang (2010-2015) sehingga tidak ada lagi jorong yang belum bisa ditempuh oleh kendaraan roda empat termasuk di jorong V Pertemuan Nagari Muaro Sungai Lolo Kecamatan Mapattunggul Selatan.
"Masih banyak program lainnya yang tengah dilaksanakan dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kita berharap agar semua program tersebut dapat terealisasi sehingga segala urusan masyarakat dapat menjadi lebih mudah," ujar Bupati. (*/jno)