Nasi Kapau Terasa Memanggil untuk Pulang Kampung

id Nasi Kapau Terasa Memanggil untuk Pulang Kampung

"Ambo taragak ka nasi kapau (Saya kangen nasi kapau)," kata Faridz, perantau Minang yang telah lama tinggal di Jakarta. Faridz "membayar tunai" rasa kangen pada nasi kapau, saat "pulang kampuang" ke Kota Padang, ibukota provinsi Sumatera Barat, beberapa waktu lalu. "Kadang nasi kapau ko taraso maimbau-imbau wak sakaluarga pulang kampuang," kata Faridz dalam bahasa Minang yang berarti terkadang nasi kapau itu seolah memanggil dia serta keluarganya untuk pulang kampung. Nasi kapau, selain ditemukan di Ranah Minang, kini sudah merantau ke kota-kota besar di Pulau Jawa, bakan ke negeri tetangga, Malaysia. Penjualnya tentu saja orang Minang yang merantau ke daerah tersebut. Nasi kapau adalah nasi "ramas" (campur) terdiri dari nasi, sambal, dan lauk pauk yang khas yaitu gulai cubadak (nangka), gulai cangcang (tulang-tulang dan daging kerbau), gulai babek (bagian perut kerbau) dan gulai tunjang (kulit, urat daging kerbau dan sapi). Lauk khas lainnya adalah dendeng balado, dendeng lado hijau, "randang", gulai ikan, goreng belut, goreng ayam serta lauk pauk lainnya. Satu lauk khas yang "unik" adalah gulai tambunsu, yaitu telur yang dimasukkan ke dalam usus sapi atau kerbau. Dari bentuknya, lauk ini sekilas tidak menarik, tapi soal rasa, "sangat enak dan sulit dilupakan lidah," ujar Faridz. Tambusu diolah dengan cara mengocok telur yang diberi bumbu khusus, selanjutnya dimasak dalam air mendidih lalu dimasukkan ke dalam usus kerbau atau sapi dan dimasak kembali dengan santan menjadi gulai. Beras yang dipakai untuk membuat nasi kapau harus bermutu tinggi, umumnya didatangkan dari Kota Bukittinggi dan Kabupaten Agam. Hampir semua lauk pauk nasi kapau berkolesterol tinggi, tapi kelezatannya bisa dibilang membuat orang tergoda. "Biar saja kolesterol, yang penting makan nasi kapau," kata Adli, wisatawan asal Jakarta yang sudah lama doyan nasi kapau. Nagari Kapau Kapau adalah satu nagari (sekumpulan kampung) di Kecamatan Tilatang Kamang, Bukittinggi.Jumlah penduduknya kini sekitar 5.000 jiwa tapi lebih banyak yang menjadi perantau berjualan nasi kapau. Jika berkunjung ke Nagari Kapau, jangan pernah membayangkan akan menemukan rumah-rumah sederhana karena hampir seluruh warga Kapau telah sukses. Rumah mereka modern, tak beda dengan rumah saudagar ulung. Tidak sembarang orang tahu racikan asli bumbu khas kapau, yang pasti, setiap keluarga punya komposisi sendiri dan selalu dirahasiakan secara turun temurun. Rasa khas masakan kapau dihasilkan dari cara memasak dengan tungku dan di-"sangai" (dimasak dengan tudung kukus) dalam kuali besi dengan api kecil sehingga butuh waktu panjang. "Makin lama disangai rasanya makin enak, apalagi rendang," kata Ni Er penjual nasi kapau di Pasar Lambuang Kota Bukittinggi. Ciri khas seluruh masakan pendukung nasi kapau adalah rasa yang sedikit asam karena mengandung banyak kemiri. Pasar labuang Jika ingin menikmati masakan nasi kapau asli buatan orang Kapau, silakan datang ke Kota Bukittinggi, tepatnya di Pasar Bawah, atau populer dengan sebutan "pasar lambuang", yang punya arti pasar untuk mengisi perut (lambuang). Letak pasar tersebut sekitar 300 meter dari dari Jam Gadang di pusat Kota Bukittinggi. Di tempat ini terdapat puluhan penjual nasi kapau yang asli orang Kapau Bukittinggi. Tempat berjualannya berbentuk segiempat yang hanya ditutupi tirai di samping kiri dan kanan. Satu porsi nasi kapau harganya Rp12.000 dan pengunjung juga bisa memesan minuman seperti aneka jus, teh manis, dan kopi susu. Penjual nasi kapau umumnya para ibu paruh baya atau dikenal dengan "uni-uni, seperti Uni Er, Uni Lis, dan Uni Erni. Menurut Ni Er, satu pantangan penjual nasi kapau adalah adanya rambut pada hidangan. "Kami sangat menjaga kebersihan dan tidak ingin satu helai rambutpun jatuh ke makanan-makan ini," kata Uni Er, yang mengenakan jilbab, sama seperti juga semua penjual kapau lainnya. Jadi, setelah puas berjalan-jalan di Kota Wisata Bukittinggi, jangan lupa mampir ke pasar lambuang menikmati nasi kapau. (***)