Meneropong Kesaktian Pancasila dari Peristiwa Gestapu

id Meneropong Kesaktian Pancasila dari Peristiwa Gestapu

Sejarah memang tidak pernah mengenal kata akhir, karena hari ini dibangun dari bentukan sejarah masa silam. Tanpa bermaksud mengusik kemurnian sebuah sejarah, khusus peristiwa Gerakan 30 September---Gestapu--- (G-30-S/PKI) tahun 1965 silam, paling pasti nilai sejarah itulah sebagai salah satu bukti nyata betapa saktinya Pancasila yang merupakan satu-satunya azas dan ideologi negara ini. Sejumlah intrik, taktik terpaut menjadi satu dalam sebuah wadah cobaan, yang tergambar dari sejumlah catatan sejarah Gestapu, tidak pernah bisa mengusik sedikitpun kokohnya ideologi itu dalam sanubari terdalam masyarakat di negeri ini. Sedikit mengutip sejumlah catatan sejarah terkait G-30-S/PKI. "isu dewan jenderal" dan "dewan revolusi" yang mengancam eksistensi negara saat itu, terutama terhadap Presiden Soekarno dari kudeta (coup d'etat), telah memantik pembunuhan keji tujuh anak bangsa yakni, Jenderal Ahmad Yani, Mayor Jenderal R Suprapto, Mayor Jenderal MT Haryono, Mayor Jenderal Siswondo Parman, Brigadir Jenderal Donald Izacus Panjaitan, Brigadir Jenderal Sutoyo, Brigader Jenderal Siswomiharjo, serta Letnan Satu Pierre Tandean. Demi ibu pertiwi dan Pancasila, tujuh orang satria bangsa pencatat sejarah itulah yang telah mengukir saktinya Pancasila dengan darah dan nyawanya yang telah memungkinkan bangsa Indonesia hingga saat ini, masih tetap bertahan dalam kehidupan kenegaraan yang satu dari kebhinekaan. Terlepas dari ceritera kelam sejarah masa silam itu, di era ini, sejumlah ancaman terhadap idiologi Pancasila pun tidak pernah berhenti, melalui sejumlah aksi dari sejumlah oknum pelaku di negeri ini. Ancaman disintegrasi bangsa melalui sejumlah isu dan kegiatan yang mencoba mengusik eksistensi keberagaman suku, agama, ras dan antaragolongan (SARA), kian bersemi dalam poros pusaran dangkal pemahaman kebangsaan dan kebhinekaan. Kendati begitu, berbagai upaya terus dilakukan oleh pemerintah dari pusat hingga ke daerah-daerah, termasuk seluruh komponen bangsa, untuk tetap menjaga keutuhan, kebersamaan, persatuan dan kesatuan dalam keberagaman itu. Negeri ini tidak akan pernah lagi mau didera oleh peristiwa yang sama, sebagaimana sejumlah catatan sejarah yang masih tetap terukir dan telah menjadi bagian penting dari sebuah perjalanan bangsa ini, hingga hari ini. Wali Kota Kupang, Daniel Adoe mengatakan, kehidupan dalam keberagaman dan kebhinekaan merupakan wadah yang telah memberikan sejumlah kekayaan dan potensi bagi pelaksanaan pembangunan kemasyarakatan saat ini. Perbedaan dalam keberagaman dan kebhinekaan merupakan potensi yang memiliki nilai positif, bagi perjalanan panjang pergerakan pembangunan kemasyarakatan, untuk mencapai cita-cita luhur sebagaimana yang terkandung di dalam Pancasila sebagai dasar dan ideologi bangsa. Mantan Wakil Wali Kota Kupang itu, menuturkan pengalamannya memimpin Kota Kupang sebagai salah satu kota yang paling heterogen dan beragam dari segala aspek sosial seperti suku, agama, ras dan antargolongan. Menurut Adoe, kehidupan keberagaman dan kebhinekaan telah memberikan sejumlah sumbangsi besar bagi perjalanan pembangunan kemasyarakat di daerah ini. Hal yang menjadi dasar pijak keberlanjutan pelaksanaan pembangunan kemasyarakatan di daerah tersebut, kata dia adalah keterbukaan untuk membangun komunikasi dan dialog yang jujur dan ikhlas baik antarmasyarakat maupun dengan pemerintah dan antarpemimpin masing-masing golongan. "Hubungan sosial yang jujur dan ikhlas itulah yang telah menjadikan Kota Kupang sebagai salah satu daerah heterogen yang paling aman, damai dan satu," kata Adoe. Pendekatan berpola peningkatan pendidikan berkarakter, terus dilakukan untuk menumbuhkan dan mengembangkan jiwa serta semangat nasionalisme, kebersamaan, toleransi dalam sebuah wadah kebhinekaan yang utuh dan satu, dalam konteks NKRI. Pendidikan karakter, lanjut Ketua DPD II Partai Golkar Kota Kupang itu, telah menjadi dasar pijakan bagi setiap tindakan yang merupakan implementasi dari kebijakan pembangunan di tengah masyarakat. "Pendidikan karakter kita awali dari dalam rumah dan terus dikembangkan dalam pola komunikasi dan hubungan sosial kemasyarakatan di daerah ini, guna membangun rasa solidaritas antarsesama," kata dia. Menurut Adoe, solidaritas antarsesama yang dimulai dari solidaritas dan keakraban para pemimpin dan masyarakat, wajib untuk dipupuk dan dipertahankan, demi keberlanjutan pelaksanaan pembangunan di daerah ini. Tidak ada pemimpin yang bisa tegar berdiri tanpa perlu menggandeng pemimpin lainnya dalam segala bentuknya melalui komunikasi intensif dalam suasan kekerabatan dan kekeluargaan. Adoe kembali menegaskan, Kota Kupang, merupakan ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang juga merupakan bagian dari NKRI dan menjadi salah satu daerah yang memiliki keberagaman dari semua apseknya. "Karenanya sangat penting untuk terus membangun komunikasi melalui silaturahmi antara pemimpin dan masayarakat dalam segala momentum, sebagai fondasi pijakan dalam membangun kekerabatan dan toleransi di daerah ini," kata Adoe. Hilangkan Prasangka Ketua Fraksi Demokrat DPRD Kota Kupang Irianus Rohi mengatakan, untuk tetap menjaga keutuhan suatu bangsa dalam keberagaman dan kebhinekaan, perlu diawali dengan menghapus sejuta prasangka buruk terhadap komunitas dan pihak lain. Dengan begitu kehidupan kebersamaan dan kekerabatan, akan terpatri abadi sebagai pewarna dari sejuta warna kebhinekaan kehidupan sosial kemasyarakat, untuk mewujudkan satu tekad sebagaimana yang dinginkan oleh Pancasila, sebagai satu-satunya idiologi bangsa ini. "Dari sanalah bangsa ini akan tetap satu untuk terus maju dan sejahtera, sembari tetap meneropong saktinya Pancasila dari sebuah perjalan sejarah kelam Gerakan 30 September (Gestapu)," kata Irianus. *