Indonesia dan Iran Bahas Tarif Perdagangan Barang

id eskpor

Indonesia dan Iran Bahas Tarif Perdagangan Barang

Ilustrasi. (Antara)

Jakarta, (Antara Sumbar) - Pemerintah Indonesia dan Iran melakukan pembahasan terkait penurunan tarif dalam upaya memperluas akses pasar produk-produk potensial dalam negeri pada putaran keempat perundingan Preferential Trade Agreement (PTA).

Direktur Perundingan Bilateral Kementerian Perdagangan Ni Made Ayu Marthini mengatakan bahwa salah satu agenda yang dibahas dalam perundingan tersebut adalah mengenai penurunan tarif ekspor Indonesia ke Iran, yang dinilai cukup tinggi.

"Perundingan tersebut merupakan langkah konkret Indonesia yang hasilnya dapat dirasakan oleh para pelaku usaha," kata Made, dalam keterangan tertulis yang diterima, Sabtu.

Made mengatakan, tingginya biaya ekspor ke Iran disebabkan oleh tingginya tarif yang diterapkan oleh negara tersebut, serta transaksi pembayaran yang harus melalui pihak ketiga. Dengan adanya penurunan tarif, maka biaya untuk ekspor ke Iran akan berkurang.

Perundingan yang berlangsung di Iran pada 28-30 September 2017 di Jakarta tersebut dipimpin oleh Made, sementara Delegasi Iran dipimpin oleh Deputy for Export Market Development, Iran Trade Promotion Organization, Ministry of Industry, Mines and Trade Mirhadi Seyedi.

Pada perundingan sebelumnya, kedua negara lebih fokus untuk menyamakan persepsi dan membahas draf teks PTA dengan hasil menyepakati beberapa pasal.

"Pada perundingan kali ini, pembahasan masuk pada isu yang paling substansial, yaitu pembahasan modalitas dan produk yang akan dimintakan penurunan tarifnya. Pembahasan juga tidak terlepas dari draf teks Rules of Origin," ujar Made.

Made menyampaikan, kedua negara sepakat untuk menyelesaikan perundingan secepat mungkin agar dapat segera diimplementasi. Diharapkan, pada pertengahan 2018 negosiasi telah mencapai titik kesepakatan.

Saat ini, struktur tarif Iran mulai dari 5-55 persen, dan lebih dari satu per tiga tarif yang dikenakan oleh Iran lebih besar dari 15 persen.

Pada putaran ke-5 nanti, kedua ketua juru runding akan lebih fleksibel dan pragmatis dalam bernegosiasi dengan semangat menyelesaikan perundingan. Sehingga dapat menghasilkan dokumen yang berkualitas dan saling menguntungkan kedua negara.

"Iran merupakan mitra penting dan potensial bagi Indonesia dalam memperluas akses pasar di kawasan Timur Tengah," tambah Made.

Indonesia diharapkan, lanjut Made, tidak kalah dengan negara-negara mitra Indonesia yang saat ini sedang atau akan melakukan negosiasi dengan Iran. Beberapa kesepakatan tersebut adalah Free Trade Agreement (FTA) dengan Malaysia, PTA/FTA dengan Vietnam, FTA dengan Pakistan, dan Iran juga akan membentuk Free Trade Zone dengan Eurasian Economic Union (EAEU).

Neraca perdagangan Indonesia-Iran selama periode 2013-2016 selalu menunjukkan surplus bagi Indonesia. Data tahun 2016 menunjukkan nilai ekspor Indonesia ke Iran mencapai 235,19 juta dolar AS dan impor Indonesia dari Iran sebesar 103,4 juta dolar AS.

Sedangkan total perdagangan Indonesia-Iran periode Januari-Juli 2017 naik 201,82 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2016.

Ekspor Indonesia ke Iran pada periode tersebut tercatat sebesar 175 juta dolar AS, sementara impor Indonesia mencapai 208,2 juta dolar AS.

Komoditas ekspor utama Indonesia ke Iran adalah kertas dan produk kertas, serta minyak kelapa sawit. Sedangkan komoditas impor Indonesia dari Iran adalah minyak bumi, gipsum, produk dari besi atau baja, dan sulfur. (*)