Sementara itu, Ketua Masyarakat Terowongan dan Konstruksi Bawah Tanah Indonesia (MTKBTI) menyoroti berbagai tantangan teknis yang dihadapi industri konstruksi bawah tanah di Indonesia, terutama terkait kondisi geologi dan geoteknik yang bervariasi di setiap daerah.
Weni menilai peningkatan kemampuan sumber daya manusia dan transfer teknologi internasional menjadi kunci untuk memperkuat sektor ini.
"Kami membuka ruang kolaborasi dengan insinyur mancanegara agar terjadi pertukaran ilmu dan pengalaman," ujarnya.
Meski dihadapkan pada tantangan finansial dan teknis, Weni optimistis potensi industri konstruksi bawah tanah di Indonesia sangat besar.
Dalam jangka panjang, sektor ini akan memberikan manfaat besar bagi pembangunan nasional.
MTKBTI resmi dibentuk dan menggelar acara inaugurasi pertama. Asosiasi ini lahir dari kebutuhan untuk menghadirkan ruang sinergi di tengah meningkatnya proyek-proyek pembangunan bawah tanah di Indonesia, seperti MRT Jakarta, Kereta Cepat Jakarta-Bandung, hingga rencana terowongan bawah laut (immersed tunnel) menuju Ibu Kota Nusantara (IKN).
Weni menjelaskan bahwa organisasi ini menjadi wadah bagi para pelaku industri konstruksi bawah tanah untuk saling berkolaborasi, bertukar pengetahuan, serta menjembatani komunikasi dengan regulator.
"Kami ingin agar pelaku industri konstruksi bawah tanah tidak berjalan sendiri. Ini wadah bersama untuk berdiskusi, mencari solusi, dan berkomunikasi dengan regulator seperti Kementerian PUPR, Kementerian Perhubungan, maupun Kementerian ESDM," kata Weni.
Saat ini, MTKBTI telah menerima sekitar 130 aplikasi pendaftaran anggota individual dan menargetkan untuk merekrut 15 anggota korporasi pada tahun ini.
Ke depan, asosiasi berkomitmen memperluas keanggotaan sekaligus mengembangkan program pelatihan dan sertifikasi untuk meningkatkan kapasitas para insinyur dan praktisi di bidang konstruksi bawah tanah.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kementerian PU siapkan beasiswa untuk generasi profesional terowongan
