Padang (ANTARA) - Rektor Universitas Andalas (Unand), Sumatera Barat (Sumbar), Efa Yonnedi meminta para lulusan kampus tertua di luar Pulau Jawa tersebut untuk meniru dan mencontoh semangat para pendiri bangsa asal Minangkabau dalam meniti karier.
"Para founding father dari Minangkabau sudah mencontohkan banyak nilai-nilai yang baik dalam membangun bangsa, kami berharap lulusan Unand bisa mencontoh setelah menamatkan studi," kata Rektor Unand Efa Yonnedi di Kota Padang, Sabtu.
Hal tersebut disampaikan Rektor Unand pada wisuda ke-3 tahun 2025 program Diploma III, Sarjana, Profesi, Spesialis, Magister, dan Doktor. Pada wisuda kali ini Unand meluluskan 1.411 mahasiswa.
Menurut rektor, integritas dan profesionalisme yang ditunjukkan para pendiri bangsa, khususnya dari Ranah Minang, patut diteladani para alumni. Baik itu ketika berkarier sebagai dosen, ilmuan, akademisi, pengusaha, dan lain sebagainya.
"Apapun jalur karier yang akan dipilih maka modalnya adalah integritas dan profesionalisme karena itu yang akan membawa kita ke level top," pesan dia.
Pada kesempatan itu ia mengatakan pada 2025 perguruan tinggi negeri yang didirikan 1956 tersebut berhasil menempati posisi ke-8 sebagai perguruan tinggi terbaik di Indonesia versi Times Higher Education (THE) World University Ranking 2025.
Bahkan untuk kategori Interdisciplinary Science Ranking, Unand masuk dalam jajaran 250 besar dunia dan menempati peringkat ke-6 nasional.
"Capaian ini tidak terlepas dari kerja keras seluruh sivitas akademika, termasuk kontribusi mahasiswa dan alumni yang terus membawa nama baik almamater," kata Efa Yonnendi.
Ia mengatakan sepanjang 2024 Unand juga berhasil mencatat rekor sejarah dengan melantik 37 guru besar baru yang menjadikan kampus itu sebagai salah satu universitas dengan pertumbuhan guru besar tercepat di Indonesia.
Menurutnya, capaian Unand dari berbagai bidang membuktikan lingkungan akademik tumbuh dinamis dan produktif dalam ilmu pengetahuan. Di sisi lain, peningkatan jumlah mahasiswa asing dan proporsi mahasiswa pascasarjana di atas 20 persen juga turut memperkuat atmosfer internasionalisasi yang menjadi salah satu pilar transformasi pendidikan tinggi.
Meskipun demikian, Efa mengingatkan para lulusan bahwa tantangan ke depan semakin kompleks, baik itu disrupsi teknologi, transformasi digital, hingga ketidakpastian global yang mempengaruhi hampir semua sektor. Selain itu ada juga tantangan kecerdasan buatan, otomatisasi, perubahan iklim, dan krisis ekonomi.
"Semuanya adalah tantangan nyata yang harus direspons dengan kesiapan dan daya saing yang tinggi," ucapnya.