BPBD Pasaman Barat minta warga laporkan perubahan air Sungai Nango

id Respon perubahn warna air sungai

BPBD Pasaman Barat minta warga laporkan perubahan air Sungai Nango

 Air Sungai Batang Nango Kampung Sawah, Jorong Tanjung Beruang, Nagari Kajai Selatan, Kecamatan Talamau, Kabupaten Pasaman Barat yang biasanya jernih dua hari terakhir berlumpur dan berubah warna menimbulkan bau belerang, Senin (29/4/2024). Antara/Altas Maulana. 

Simpang Empat,- (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pasaman Barat, Sumatera Barat meminta pihak nagari (desa) menyurati Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang serta Basarnas terkait berubahnya air Sungai Batang Nango Nagari Kajai Kecamatan Talamau menjadi lumpur agar dapat menelusuri hulu sungai itu agar masyarakat tidak resah.

"Jika telah disurati maka kita bersama-sama akan menelusuri ke hulu sungai dengan menggunakan drone, agar kondisi yang sebenarnya bisa kita ketahui dengan pasti," kata Kepala Pelaksana BPBD Pasaman Barat Jhon Edwar di Simpang Empat, Senin.

Pihaknya telah mendapatkan laporan dari masyarakat terkait berubahnya air sungai itu yang awalnya jernih menjadi berlumpur. dan menimbulkan bau.

Air Sungai Batang Nango Kampung Sawah, Jorong Tanjung Beruang, Nagari Kajai Selatan, Kecamatan Talamau, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat berubah menjadi lumpur dan berbau belerang dua hari terakhir mengakibatkan masyarakat resah.

"Kejadian ini sudah berlangsung sejak Minggu (28/4) sampai siang ini. Selain bercampur lumpur berwarna hitam juga air sungai itu menimbulkan bau belerang," kata Ketua Siaga Bencana Nagari Kajai Selatan Elwa Masri di Simpang Empat, Senin.

Menurutnya, air sungai yang biasanya jernih itu telah berubah menjadi keruh bercampur lumpur sejak Minggu (28/4/2024) kemarin.

Sementara, air bersumber dari pegunungan Talamau yang mengalir di sungai tersebut. Kondisinya keruh dan berbau belerang yang menyengat.

Selain itu, juga ditemukan adanya ikan yang mati dan terapung akibat kejadian itu. Bahkan beberapa masyarakat mengambil ikan tersebut.

Akibat kejadian ini, warga takut untuk beraktivitas, termasuk untuk pergi ke areal pertaniannya.

Pihaknya juga telah melaporkan hal ini kepada Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pasaman Barat dan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang (PUPR) Pasaman Barat.

"Kita sudah laporkan dan sedang menunggu tindak lanjut dari instansi terkait. Karena kita khawatir adanya endapan kumpul di hulu sungai yang menyebabkan pendangkalan di musim kemarau sehingga berpotensi banjir bandang ketika hujan turun,"sebutnya.