Padang (ANTARA) - Bencana gempa bumi di Kota Padang menjadi perhatian karena adanya pertemuan lempeng Eurasia dan Indo-Australia, dan Kota Padang berada di dalam lingkaran cincin api. Pertemuan lempeng tersebut disebut dengan zona Megathrust. Penyebab gempa bumi berpotensi tsunami di Kota Padang salah satunya adalah gempa Megathrust Mentawai yang perlu diwaspadai.
Menurut Pakar gempa dari Universitas Andalas (Unand) Sumatera Barat (Sumbar) Dr Badrul Mustafa Kemal terdapat dua segmen Megathrust Mentawai yaitu segmen Siberut dan segmen Sipora. Rentetan gempa kecil dan menengah yang terjadi di sekitar Kepulauan Mentawai dan Kepulauan Nias menunjukkan ancaman Megathrust Mentawai.
Namun, belakangan ini gempa tersebut jarang terjadi dari segmen Siberut. Hal inilah yang menjadi ancaman dan perlu diwaspadai oleh masyarakat Kota Padang dan sekitarnya, jika suatu saat energi Megathrust Mentawai tersebut terlepas.
Pelepasan energi yang sangat besar dapat mengakibatkan terjadinya gempa dahsyat yang berpotensi tsunami. Oleh karena itu perlunya mitigasi bencana yang tepat untuk menghadapi kemungkinan gempa Megathrust Mentawai yang akan terjadi.
Mitigasi bencana yang perlu disiapkan sebelum terjadinya bencana adalah infrastruktur yang kuat atau tahan terhadap gempa dan perilaku masyarakat pada saat terjadinya bencana.
Pada saat ini penelitian dan analisis dilakukan untuk penilaian infrastruktur di Kota Padang yang dinilai masih rentan terhadap bencana gempa dan tsunami. Sebab, masih banyak yang belum memenuhi standar keamanan dan ketahanan terhadap gempa bumi dan tsunami.
Oleh karena itu perlu evaluasi dan perbaikan pada infrastruktur tersebut dan pentingnya peran masyarakat dalam mitigasi bencana. Seperti yang diketahui kesadaran masyrakat di Kota Padang masih kurang tentang gempa bumi dan tsunami. Bahkan ada sebagian masyarakat yang mengambil kesempatan dalam kesempitan, ketika terjadi bencana gempa masyarakat yang dipinggir pantai mengevakuasi diri ketempat yang aman tetapi sebagian dari mereka tetap tinggal dan melakukan tindakan kriminal.
Hal inilah yang membuat masyarakat tidak mau meninggalkan rumah mereka atau mengevakuasi diri pada saat terjadi gempa karena takut kehilangan barang berharga mereka. Masyarakat yang seperti ini perlu diberikan pengetahuan tentang bencana gempa bumi dan tsunami, serta perlu informasi yang akurat pada saat terjadi bencana.
Berdasarkan kemungkinan Megathrust Mentawai yang akan terjadi dan kondisi infrastruktur serta perilaku masyarakat di Kota Padang dapat diprediksi dampak yang akan terjadi yaitu kerusakan parah pada infrastruktur, banyaknya korban jiwa, rusaknya ekosistem, kerugian yang sangat besar, perekonomian menurun drastis dan pemulihan pascabencana yang cukup lama dan kompleks.
Adapun saran yang dapat diajukan adalah pemerintah perlu membuat peraturan tentang standar pembangunan infrastruktur, memberikan penyuluhan atau sosialisasi kepada masyarakat tentang gempa bumi dan tsunami, meningkatkan fasilitas informasi di daerah rawan bencana. Masyarakat Kota Padang diharapkan memiliki kesadaran yang tinggi dan kerja sama dalam upaya mitigasi bencana ini bisa berjalan lancar.
Penulis adalah mahasiswa Prodi Magister, Jurusan Teknik Sipil, Unand dan Ketua Departemen Teknik Sipil Universitas Andalas.