Festival Gamad, upaya membangkit kesenian yang mulai "tenggelam"

id Gamad

Festival Gamad, upaya membangkit kesenian yang mulai "tenggelam"

Festival Gamad yang digelar di lapangan Kantor Camat Pauh, Sabtu malam (26/11). (ANTARA/ist)

Padang (ANTARA) - Ratusan warga Kota Padang, Sumatera Barat dimanjakan dengan lantunan lagu dan musik gamad, melalui Festival Gamad yang digelar di lapangan Kantor Camat Pauh, Sabtu malam (26/11).

Kesenian gamad yang dimainkan sejumlah group gamad pada Festival Gamad tersebut, tidak hanya berasal dari Padang saja. Tetapi juga berasal dari Bukittinggi, Payakumbuh dan Padang Panjang.

Festival Gamad yang digelar Dinas Kebudayaan Sumbar malam itu, merupakan dorongan anggota DPRD Sumbar, Hidayat, yang dikenal peduli dan konsen terhadap pelestarian nilai-nilai adat dan budaya Minangkabau.

Hidayat mengatakan, selama ini sebagai Anggota DPRD Sumbar dirinya sering berdiskusi dengan penggiat dan pecinta lagu dan musik gamad. Dari diskusi tersebut dirinya mencoba mengangkat Festival Gamad ini, agar kesenian gamad yang sempat hilang kembali semarak lagi.

“Kita ingin mengangkat festival ini untuk semarakkan kesenian gamad lagi. Kita ingin menggairahkan lagi musisi gamad yang pernah jaya di masanya,” ungkap Hidayat saat membuka Festival Gamad, Sabtu malam, (25/11).

Hidayat mengungkapkan, tidak semua orang bisa memainkan kesenian gamad. Kalau hanya sekadar menyanyikan lagu menggunakan gitar atau orgen itu gampang. “Tetapi kesenian gamad ada persyaratan skill tertentu dan ada nilai-nilai filsafat yang terkandung di dalamnya,” terangnya.

Hidayat menilai kesenian gamad juga melahirkan adanya perpaduan yang menyatukan nilai-nilai beberapa etnik dan negara. Sehingga kesenian gamad ini menjadi perekat keberagaman. Dengan nilai-nilai kesenian gamad tersebut, Hidayat berharap agar ada upaya pelestarian kesenian ini agar menjadi warisan budaya tak benda. Bahkan kalau perlu bisa perjuangan sampai menjadi warisan budaya UNESCO.

Hidayat juga berharap, Festival Gamad ini daat digelar setiap tahun dan periodik, sehingga ada kesempatan untuk proses mewariskan kepada generasi penerus atau muda. “Kalau hanya sekedar pokir, bisa hilang lagi tahun besok. Jadi harus berkelanjutan. Kita apresiasi Dinas Kebudayaan dan kurator yang terlibat dalam penyelenggaraan Festival Gamad ini,” ucapnya.

Hidayat juga mengungkapkan, musik berkembang menurut selera pasar. Yang menjadi pertanyaan, apakah gamad ini harus bertahan dengan pakem yang ada atau perlu beradaptasi dimodifikasi sesuai selera zaman? “Saya pikir sebuah seni dan kebudayaaan beratraksi berubah sesuai perkembangan zaman sangat dimungkinkan,” terangnya.

Ferry Yan Juneid, anak dari Almarhum Syofjan Yuneid (Yan Juneid), tokoh kreasi kesenian gamad mengatakan, kesenian gamad dipopulerkan tahun 1970. Mendiang orang tuanya berasal dari keluarga kesenian gamad yang ikut terlibat mempopulerkannya.

Ferry mengungkapkan, gamad perpaduan tentang nada, ada gerak, tari dan pantun. Uniknya gamad harus dimainkan dengan aturan-aturan. Tanpa aturan, misalnya antar japuik, (irama musik penggiring masuknya lagu gamad) maka musik gamadnya tidak akan muncul.

Gamad juga termasuk kesenian yang mengandung nilai-nilai adat dan budaya Minangkabau yang kuat. Ferry mengakui, kesenian gamad sekarang termasuk kesenian yang sudah langka. Namun, yang membuatnya bersyukur, kini ada generasi muda yang mulai menggeluti dan bermain kesenian gamad.

Padahal, dulunya gamad kurang digemari generasi muda, karena waktu itu generasi muda Sumbar marak menggandrungi band luar negeri bernama Deep Purple. Saat itu, orang tuanya ingin gamad ingin digemari oleh generasi muda. Maka gamad dipopulerkan dengan band menggunakan alat musik modern. “Jadi gamad termasuk musik modern pertama di Sumbar waktu itu,” terangnya.

Setelah orang tuanya meninggal 2009, diakui Ferry, gamad mulai hilang dari peredarannya. Tahun 2011, dirinya bersama rekan seniman lainnya kembali mengangkat kesenian gamad ini. “Kita kembali menghubungi pemain gamad dahulu. Lalu bermain gamad lagi. Sekarang berkat perhatian pemerintah, gamad mulai berkembang kembali,” terangnya.

Menurutnya, kesenian gamad kini telah mengalami perkembangan cukup pesat. Bahkan sekarang tidak hanya generasi tua, generai muda juga sudah bisa menampilkan kesenian gamad, dengan aransement musik yang milenial.

Kasi Produksi dan Kreasi Seni Budaya UPTD Taman Budaya Dinas Kebudayaan Provinsi Sumbar, Ade Efdira, SS mengatakan, sesuai Undang-Undang (UU) Nomor 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, tugas pokok dan fungsi (tupoksi) Dinas Kebudayaan yakni salah satunya pelestarian kebudayaan.

Hadirnya Festival Gamad ini sebagai salah satu upaya pelestarian kebudayaaan dan regenerasi. “Festival Gamad ini hadir untuk menjawab tantangan generasi muda yang tidak menyukai gamad. Kini sudah ada anak-anak muda ikut tampil pada Festival Gamad ini, ada yang dari Alumni UNP,” terangnya.

Setelah hadirnya Festival Gamad ini, langkah selanjutnya UPTD Taman Budaya Dinas Kebudayaan Provinsi Sumbar akan menggelar pertunjukan seni budaya pada tahun 2024 nanti. “Di mana melalui pertunjukan nanti kita coba tampilkan kesenian gamad,” harapnya.*